CHAPTER 9

...**...

Raden Kanigara Hastungkara saat itu sedang menunggu kakaknya, tentunya ia ingin mendengarkan kabar bahagia dari kakaknya mengenai rencana yang akan mereka gunakan untuk membunuh Raden Kanigara Lakeswara. Mereka telah memikirkan cara yang sangat ampuh untuk mereka gunakan nantinya.

Kembali ke masa itu, di mana kedua putra Prabu Maharaja Kanigara Rajendra sedang merencanakan hal yang sangat tidak baik pada saudara mereka.

"Ayahanda prabu telah mengizinkan kita untuk menyingkirkan saudara kita sendiri raka. Apa yang akan kau lakukan?."

"Jika ini semua demi menghindari kesialan yang akan menimpa kerajaan ini?. Hanya karena ia mencalonkan diri sebagai putra mahkota sah?. Tentu saja kita harus melakukan ini raka. Aku tidak mau terkena sial nantinya."

"Lalu apa yang akan kita lakukan?. Rencana seperti apa yang akan kita lakukan untuk menyingkirkan dia raka?."

Keduanya tampak sedang memikirkan cara untuk menyingkirkan Raden Kanigara Lakeswara. Keduanya dipengaruhi oleh ayahanda mereka karena sugesti yang diberikan oleh ayahanda mereka.

"Bagaimana kalau kita gunakan kelompok pendekar kegelapan untuk melakukan itu, rayi?."

"Memanfaatkan mereka?. Apa yang raka maksudkan?. Tapi caranya seperti apa?."

"Kabar yang aku dengar, mereka adalah kelompok pendekar yang bekerja atas nama rakyat. Mereka membela rakyat, yang katanya tertindas oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan."

"Tapi apa hubungannya dengan apa yang akan kita lakukan?. Coba kau jelaskan padaku raka?. Supaya aku lebih mengerti."

"Kita buat masalah perampokan di sebuah desa, aku sangat yakin, mereka akan cepat mengatasi masalah itu. Dan saat itu tiba kita suruh rayi lakeswara untuk mengatasi masalah itu. Kita buat berita, bahwa yang menyuruh merampok itu adalah lakeswara. Aku yakin lakeswara akan berhadapan dengan kelompok pendekar kegelapan itu."

"Luar biasa sekali raka. Kau memiliki pemikiran yang sangat luar biasa."

Itulah yang sedang direncanakan Raden Kanigara Ganda pada Raden Kanigara Lakeswara. Niat yang sangat tidak baik terhadap saudara mereka sendiri. Tentu saja itu adalah sumber dari Prabu Maharaja Kanigara Rajendra yang seperti memiliki dendam yang sangat tidak wajar pada anaknya?.

Kembali ke masa ini.

Raden Kanigara Ganda baru saja datang, tentunya raut wajahnya terlihat sangat sumringah yang sangat luar biasa.

"Jika aku lihat dari raut wajah raka, sepertinya berjalan dengan sangat sempurna raka. Apakah aku salah?."

"Kau tidak salah dalam menebaknya rayi. Aku berhasil menjalankan rencana kita dengan sangat baik."

"Raka memang yang terbaik."

"Heh!. Aku memang yang paling terbaik."

Kedua kakak beradik kandung itu sangat senang, karena rencana mereka berhasil dengan sangat sempurna. Mereka tidak sabar lagi mendengarkan kabar yang sangat luar biasa. Apakah rencana mereka akan berjalan dengan sempurna?. Simak dengan baik kisah ini.

...***...

Di sebuah rumah kecil, di mana mereka gunakan untuk pertemuan yang sangat penting. Kali ini mereka mendapatkan surat dari daun lontar yang sangat rahasia. Keadaan yang sangat gawat darurat dari sebuah desa yang tak jauh dari mereka tinggal saat ini?.

"Masalah itu terjadi beberapa malam ini. Tapi kabar yang datang, mereka datang dengan sangat tidak manusiawi sekali."

"Tidak secara manusiawi?. Apakah ada perampok yang datang dengan sangat sopan sambil berkata?. Punten, saya mau rampok. Serahkan semuanya, kami masih berbaik hati merampok dengan sopan?."

Ucapan Nismara saat itu mengandung tawa yang sangat luar biasa. Mereka benar-benar tertawa keras mendengarkan ucapan Nismara, akan tetapi orang yang berkata seperti itu malah masang wajah kesal, dan sangat datar.

"Aku tidak bermaksud berkata seperti itu mbak yu. Aku tadi belum sempat menjelaskannya, tapi mbak yu malah main serobot saja."

"Tapi ucapan nismara tadi itu sangat lucu sekali. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin ada perampok yang seperti itu."

"Aku rasa itu merampok dengan cara yang lebih berbeda lagi. Ahaha!. Aku rasa perampok itu sedang tidur, lalu bermimpi. Dia merampok dengan cara seperti itu."

Bajra, Patari, dan Darsana tidak dapat menahan tawa mereka, dalam bayangan pikiran mereka terbayang bagaimana jika itu terjadi?. Sungguh sangat lucu sekali dunia perampokan yang seperti itu.

"Ekhem!."

Arya Susena memberi kode pada mereka agar lebih serius lagi. Dan benar saja, mereka tidak berani untuk bermain-main lagi.

"Tindakan mereka sangat brutal sekali. Dan yang paling parah adalah, perampokan itu di atas namakan raden kanigara lakeswara."

"Ohokh!. Ohokh!. Aku merasakan panas yang sangat tidak biasa."

"Kenapa tiba-tiba saja panas?. Aku rasa sebentar lagi akan ada badai petir."

"Aku rasa kalian benar. Aku akan pergi ke belakang sebentar, memastikan apakah ada jemuran yang belum aku angkat tadi."

Bajra, Patari, dan  Darsana langsung meninggalkan tempat. Karena mereka sangat faham dengan situasi yang panas mendadak seperti itu.

"Dia sedang marah oi!."

Dalam hati mereka tentunya menyadari, jika hawa panas itu berasal dari Arya Susena yang sedang menahan amarahnay yang sangat berlebihan. Sedangkan Nismara mencoba untuk tetap bertahan, meskipun pada saat itu ia juga menyadarinya.

"Kenapa kau m alah kepanasan?. Bukankah keluarga istana memang tidak menyukai rakyat kecil yang sangat miskin, dan memiliki banyak masalah?. Makanya mereka ingin menyingkirkan rakyat, agar tidak menyengsarakan mereka."

"Kau benar, dan kau benar."

Deg!.

"Aku mau melakukan persiapan!. Aku mau keluar!."

Brakh!.

Niamara yang galak saja takut pada kemarahan yang diperlihatkan Arya Susena, karena saat itu ia terlihat seperti iblis yang hendak memakan korban. Nismara sangat terkejut dengan pemandangan yang seperti itu. Sungguh, sangat menyeramkan baginya, sehingga ia memilih untuk meninggalkan tempat sambil membanting pintu dengan sangat keras.

"Akan aku lihat yang sebenarnya. Apakah memang seperti itu yang terjadi?." Arya Susena tidak akan percaya begitu saja dengan apa yang telah terjadi. Bagaimana dengan kelanjutannya?. Simak terus ceritanya.

...***...

Raden Kanigara Lakeswara saat itu berangkat bersama beberapa prajurit istana yang saat itu. Akan tetapi saat itu Ratu Arundaya Dewani sangat keberatan dengan kepergian anaknya. Hatinya sangat berat untuk melepaskan kepergian anaknya.

"Kenapa ananda setuju begitu saja untuk mengatasi masalah perampokan itu?. Masih banyak prajurit, senopati, dharmapati, yang dapat mengemban tugas ini."

"Tenanglah ibunda. Ananda sanggup melakukan tugas ini dengan sangat baik."

"Tapi nak?. Ibunda-."

"Ibunda tidak perlu khawatir. Semuanya akan berjalan dengan aman. Hanya ananda yang bisa melakukan tugas ini."

"Sungguh, kau adalah anak yang baik. Ibunda hanya mencemaskan keadaanmu saja nak."

"Ibunda percayakan saja pada sang pemilik jiwa ini. Maka semuanya akan baik-baik saja ibunda."

"Baiklah putraku. Doa ibunda akan selalu menyertaimu nak."

"Terima kasih ibunda."

Dengan berat hati ia melepaskan kepergian anaknya. Bagaimana lanjutan dari kisah ini?. Simak terus ceritanya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!