CHAPTER 19

...***...

Di hutan larangan.

Pagi telah menyapa. Arya Susena, Patari, Darsana dan Nismara yang telah ikut bergabung dengan mereka. Tidak ada pembicaraan diantara mereka, hingga saat itu Darsana melihat kedatangan Bajra yang terlihat sedikit kelelahan.

"Lama sekali kau kembali bajra." Darsana menepuk kursi di sebelahnya.

"Kau ini mencari anak panah permintaan?. Atau pergi mencari kijang buruan?." Nismara terlihat jengkel.

"Diamlah sebentar. Aku memiliki informasi yang sangat penting." Bajra juga kesal. "Selain itu. Saat aku melihat keadaan hutan larangan, aku melihat ada bekas pertarungan. Apakah kalian habis bertarung dengan iblis?. Harimau? Atau apa?. Sehingga kondisi hutan rusak parah?." Ia sangat heran ketika masuk ke dalam hutan larangan. Kondisi hutan berantakan, banyak mengalami kerusakan.

Untuk menjawab pertanyaan Bajra?. Arya Susena, Darsana dan Patari melihat ke arah Nismara. Tentunya jawaban ada pada wanita itu, alasan kenapa hutan bisa rusak?.

"Jangan melihat aku seperti itu." Nismara semakin jengkel pada mereka, seakan-akan meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah terjadi.

Mereka semua hanya menghela nafas panjang, karena ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat, jadi mereka mengalah untuk hari ini saja demi mendengarkan informasi penting apa yang telah didapatkan Bajra, setelah tidak pulang satu malam.

"Katakan pada kami, informasi apa yang telah kau dapatkan?." Arya Susena terlihat sangat serius.

"Keadaan di luar sang sangat gawat." Jawab Bajra.

"Bukankah biasanya memang gawat terus?." Nismara sedikit mengerutkan keningnya. "Apakah ada yang lebih gawat lagi?." Nismara terkadang merasa bingung dengan sifat temannya itu.

"Benar yang dikatakan nismara. Apakah ada yang lebih gawat lagi?!." Darsana juga ikutan penasaran, kadang Bajra memiliki sifat hiperbola dalam berbicara.

"Hufh!." Bajra sedikit menghela nafasnya. "Aku tahu, dan kalian juga mengetahuinya. Jika keadaan di luar memang gawat. Namun kali ini tingkatnya lebih gawat lagi." Ucapnya dengan perasaan yang berkecamuk.

...***...

Di istana.

Sebenarnya Ratu Arundaya Dewani merasa keberatan dengan kepergian anaknya. Hanya saja ia terpaksa merelakannya demi kesembuhan anaknya.

"Maafkan ibunda nak. Ibunda akan menunggumu di sini." Ratu Arundaya Dewani menggenggam tangan anaknya. Hatinya sangat sedih dengan keadaan putranya.

"Ibunda tidak perlu cemas. Ananda akan menjemput ibunda." Dalam hati Raden Kanigara Lakeswara bersumpah akan melakukan itu dengan segenap hatinya. "Setelah ananda bebas dari jurus ini. Ananda akan menyusun rencana untuk membalas semua perbuatan mereka." Dalam hatinya telah bertekad akan melakukan semuanya demi mendiang ayahandanya.

"Sekali lagi ibunda minta maar nak. "Ratu Arundaya Dewani berusaha untuk menahan tangisnya.

Masih dalam lingkungan Istana.

Prabu Maharaja Kanigara Rajendra saat ini sedang bersama kedua anaknya. Keduanya tampak cemas dengan rencana Prabu Maharaja Kanigara Rajendra, tentang pengobatan yang telah dilakukan terhadap Raden Kanigara Lakeswara.

"Apakah tidak apa-apa ayahanda prabu?. Jika ayahanda prabu akan mengobati lakeswara?." Raden Kanigara Ganda terlihat sedikit cemas

Qdengan apa yang telah dilakukan ayahandanya.

"Bagaimana jika setelah sembuh?. Ibundanya menceritakan kenyataan itu?. Lantas dia mau balas dendam ayahanda prabu. Raden Kanigara Hastungkara sedikit kecewa dengan apa yang telah dilakukan oleh ayahandanya. "Apakah menurut kalian?. Ayahanda akan melakukan itu?." Prabu Maharaja Kanigara Rajendra melempari kedua putranya dengan sebuah pertanyaan?.

Setelah melihat bagaimana raut wajah ayah hendaknya?. Ketawa mereka terlihat sangat pecah, seakan-akan mereka mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Prabu Maharaja Kanigara Rajendra.

"Ahahaha!. Mana mungkin itu terjadi." Keduanya terlihat sangat memahami bagaimana sikap dan watak ayahandanya. 

"Ya. Tidak mungkin ayahanda melakukan itu." Prabu Maharaja kanigara Rajendra mengiyakan apa yang telah dikatakan oleh kedua putranya.

"Ternyata ayahanda prabu memang sangat kejam." Ia tidak dapat menahan tawanya, sehingga dalam keadaan tertawa keras ia masih bertanya kepada ayahandanya. "Memangnya apa yang telah ayahanda prabu rencanakan padanya?." Raden Kanigara Ganda sangat penasaran dengan rencana yang telah dibuat oleh ayahandanya.

"Itu pasti sesuatu yang Sangat luar biasa raka." Raden Kanigara Hastungkara malah kagum dengan apa yang telah dilakukan oleh ayahandanya.

"Jika kalian memang merasa penasaran?. Akan ayahanda ceritakan, bagaimana rencana yang telah ayahanda susun untuk membunuh lakeswara." Prabu Maharaja Kanigara Rajendra menghentikan tawanya, setelah itu ia terlihat sangat serius menatap kedua anaknya.

...***...

Di Hutan larangan.

Saat itu mereka semua sangat serius mendengarkan apa yang telah dijelaskan oleh Bajra.

"Dari gunjingan rakyat, serta selebaran daun, atau apapun itu. Aku melihat pengumuman dari raja kejam itu yang mengatakan." Bajra mengingat apa saja yang telah ia dapatkan pada saat itu. "Mereka yang meminta bantuan pada kelompok pendekar kegelapan akan mendapatkan hukuman mati." Bajra merasa berat mengatakan itu kepada mereka semua.

Untuk sesaat mereka terdiam, karena mereka tidak menduga jika rakyat kecil akan mendapatkan hukuman mati jika meminta bantuan kepada pendekar kegelapan?.

'Sepertinya raja memberikan tekanan hidup yang lebih berat lagi pada rakyat." Patari terlihat geram sambil mengepal tangannya yang hendak memukul seseorang.

"Memang seperti itulah kenyataannya. kita sama-sama melihatnya." Darsana tentunya dapat merasakan itu semua. "Kita kalangan pendekar dan kalangan bawah tentunya dapat mengetahui itu semua." Selanjutnya dengan perasaan yang sangat pilu.

"Lalu bagaimana dengan nasib kita sebagai pendekar kegelapan yang membantu rakyat kecil?." Arya Susena mendapatkan firasat yang lebih buruk lagi. "Aku rasa raja itu bukan hanya mengancam rakyat kecil saja. Aku sangat yakin raja itu juga merencanakan sesuatu yang sangat buruk kepada kita, bukan?. Apakah kau telah mendapatkan informasi itu?." Entah kenapa firasatnya mengatakan seperti itu.

"Kau benar arya." Balas Bajra. "Raja kejam itu telah mengeluarkan pengumuman untuk memburu kita semua. Mereka akan mendapatkan hadiah yang sangat luar biasa jika berhasil membunuh kita semua." Lanjutnya.

"Aku sempat mendengarkan ucapan pemuda yang telah Aku bunuh itu. Bahwa dia akan mendapatkan hadiah istimewa jika ia berhasil membunuhku. Aku rasa itulah yang menyebabkan dia datang masuk ke hutan ini." Nismara saat itu ingat dengan sesuatu ketika ia bertarung dengan pemuda yang berhasil ia bunuh. Saat itu juga ia melihat ke arah Arya Susena yang seakan-akan mengerti sesuatu.

"Aku tidak mengetahui itu dengan pasti. Tapi bagiku kedatangan pemuda itu terlihat sangat mengancam. Karena itulah aku menyuruhmu untuk membunuhnya." Ucap Arya Susena sama tersenyum kecil.

"Lalu apa yang akan kita lakukan?. Jika kita jadi buronan seperti ini?." Darsana sedikit cemas.

"Benar itu arya. Kita akan mengalami kesulitan nantinya." Patari juga cemas.

"Kalian tentang saja." Balasnya dengan sangat enteng. "Ayo ikuti aku. Kita akan membuat sejarah baru dalam dunia pendekar." Ia berdiri, berjalan?. Dan menuju ke luar?.

Mereka hanya menurut saja, dari pada mencari masalah besar nantinya?.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!