Waktu Berjalan Begitu Cepat

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, enam bulan sudah berlalu, sehingga hari ini Yudha bersama pengacaranya akan mendatangi kantor pengadilan agama untuk mengambil surat cerai itu.

Mereka berdua melangkah dan masuk kedalam yang langsung disambut para pekerja disana.

Mereka langsung menuju ruangan sang kepala pengadilan lalu masuk dan dipersilakan duduk, setelah itu mereka bertiga berbincang cukup lama, hingga akhirnya surat cerai itu sudah Yudha pegang. Dan akan diberlakukan sidang minggu depan.

Setelah dapat apa yang di butuhkan. Yudha beserta pengacaranya keluar dari gedung itu.

"Terimakasih banyak Pak Farhan." Ucap Yudha.

"Sama-sama Pak Yudha. Kalau begitu saya pamit permisi." Balas Farhan.

"Iya, hati-hati."

Dan keduanya memasuki mobil masing-masing dan meninggalkan tempat itu.

"Mas darimana sih? Lama banget." Tanya Fiona.

"Aku habis dari kantor pengadilan agama ngambil surat cerai." Jawab Yudha dan duduk dengan kasar di atas sofa.

Fiona pun duduk di sisinya. "Syukurlah akhirnya kamu pisah juga sama dia." Kata Fiona tersenyum sementara Yudha memasang wajah sedih.

"Muka mu kenapa Mas, kok kayak sedih gitu?" Tanya Fiona.

"Entahlah, aku gak nyangka bakalan seperti ini. Rumahtangga yang ku bangun dari awal harus berakhir seperti ini." Keluhnya.

"Kamu menyesal?" Tanya Fiona tak suka.

"Kadang aku merasa bersalah banget sama dia. Tapi ... Saat aku ingat dia dengan lelaki lain saat itu ... aku membencinya karena begitu mudahnya dia melupakan aku." Papar Yudha.

"Awas aja kalau kamu mau balikan lagi sama dia. Aku gak mau ya kalau sampai itu terjadi." Tekan Fiona. Tapi Yudha tak menanggapinya.

"Aku kangen banget sama anakku, sudah lama aku gak bertemu dengannya."

"Besok aku akan berikan surat ini sekaligus ingin ketemu anakku." Desis Yudha.

"Aku ikut." Ujar Fiona.

"Untuk apa?"

"Pokoknya aku ikut, aku takut kamu tak memberikan surat itu, dan malah ingin kembali padanya."

"Kalaupun iya, mana mungkin Ajeng mau menerimaku lagi." Ujarnya.

"Mas." Sentak Fiona kesal.

"Sudah lah Fiona, kamu sendiri yang memulai. Sekarang kita bicara soal rumahtangga kita." Tukas Yudha.

"Maksudnya?" Tanya Fiona menoleh.

"Kamu sudah telat belum?" Tanya Yudha.

"Telat apa sih Mas?"

"Itu ... kamu udah pernah tespect kan? Gimana hasilnya?" Tanya Yudha membuat Fiona tersentak dengan pertanyaan itu.

Karena sebelumnya ia pernah memeriksakan soal kondisi rahimnya tanpa di dampingi Yudha karena belum juga hamil. Namun dokter mengatakan ia terkena penyakit endometriosis.

Suatu penyakit yang merupakan penyakit inflamasi yang menurunkan kualitas dan kuantitas sel telur serta membuat perubahan anatomi normal organ reproduksi sehingga mempersulit kehamilan [sumber dari halodoc].

Akan tetapi penderita endometriosis masih bisa hamil, tapi hanya tiga puluh sampai lima puluh persen saja. Dan bukan berarti tidak bisa sembuh. Endometriosis bisa di sembuhkan tapi tidak menyeluruh. Hanya saja memakan waktu cukup lama.

Maka sang penderitanya di usahakan harus rajin berolahraga minimal tiga puluh menit, jaga pola makan agar tetap ideal, juga dilarang meminum minuman beralkohol atau yang mengandung kafein.

Karena jika di biarkan akan berisiko tinggi dan menyebabkan kemandulan juga pengobatan harus dilakukan dengan jalan operasi endometriosis itu sendiri. [papar dokter itu sehabis Fiona menjalani serangkaian pemeriksaan].

Sementara Fiona dulunya sebelum kenal dengan Yudha dia pemabuk berat dan sulit lepas dari dunia gelapnya.

"Fiona?" Panggil Yudha karena Fiona malah bengong..

"Ehh iya Mas." Jawab Fiona berusaha tersenyum.

"Kamu kenapa dari tadi? Aku tanya kamu udah tespect apa belum tapi kamu malah bengong. Ada apa sih?" Tanya Yudha heran.

"Nggak kok, gak ada apa-apa. Kalau soal tespect aku udah pernah kok tapi mungkin belum di kasih saja. Jadi Mas harus sabar ya." Kata Fiona berusaha tersenyum dan merangkulnya.

"Iya gak papa, karena aku pengen banget punya anak lagi dan itu dari kamu." Godanya sambil tangannya menjawil hidung Fiona.

Seketika Yudha mendekatkan wajahnya dan ... napas mereka terhenti sesaat saat bibir mereka melakukan penyatuan.

Lalu Yudha melepas pagutannya dan berdiri kemudian membopong tubuh Fiona, membawanya ke dalam kamar dan pintu tertutup rapat.

Sedetik kemudian mereka kembali mengulang hal yang sama seolah tak ada bosannya.

Hingga hampir satu jam, mereka pun usai. Dan Yudha merebahkan dirinya disamping Fiona.

"Kamu selalu membuatku puas sayang." Puji Yudha menatap perempuan yang katanya mantan terindahnya.

"Mas, aku ingin bertanya sesuatu boleh?" Tanya Fiona.

"Tentu saja! Tanya apa?"

"Kapan kamu meresmikan hubungan kita. Dulu kamu bilang akan secepatnya."

"Maaf sayang, mungkin karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku apalagi sempat meghadapi beberapa masalah. Kamu tau sendiri kan? Dan aku berniat meresmikan hubungan kita saat aku dan Ajeng sudah resmi bercerai." Papar Yudha.

Dan itu membuat Fiona tersenyum bahagia.

"Makasih sayang."

Sedetik kemudian mereka melakukannya lagi kali kedua.

***

Sementara ruko yang ditempati Ajeng kini semakin ramai pengunjung, hingga pembeli pun mengantri untuk melakukan pembayaran. Dan Ajeng kini sudah mempunyai tiga karyawan.

Riana nama karyawan yang duduk di bagian kasir. Sedangkan dua karyawannya bernama Yumna dan Zia mereka bertugas melayani para pembeli.

"Waahhh rame banget nih." Ujar Hasna saat datang kesana dan langsung disambut sahabatnya.

"Hasna." Ajeng memeluknya dan mereka berdua berjalan ke ruang tunggu lalu duduk.

"Aku beneran kaget banget, rame banget sekarang." Kata Hasna tersenyum bahagia.

"Alhamdulillaahh Na, berkat do'amu juga." Kata Ajeng.

"Qeera gak kamu ajak?" Tanya Hasna.

"Dia inginnya dirumah sama pengasuhnya."

"Ehh ini ada yang pesan parfum nih." Ujar Hasna saat membuka ponselnya.

"Minta di antar ke alamat ini. Tapi aku gak tau alamat ini. Kamu tau tidak?" Tanya Hasna sambil memperlihatkan alamat itu di ponselnya.

Ajeng membaca nama alamat itu. Tertulis nama Kantor Hadiningrat.

"Ini kan alamat kantornya Mas Yudha." Ucap Ajeng.

"Serius kamu?" Tanya Hasna kaget sambil melihat kembali nama itu.

"Iya, benar, Mas Yudha bekerja di kantor ini."

"Yahh terus gimana dong." Kata Hasna lirih.

"Gimana apanya?" Tanya Ajeng yang malah biasa saja.

"Kalau kamu kesana kan berarti kamu bakalan ketemu si Yudha."

"Ya gak papa lah, memangnya kenapa?" Tanya Ajeng tetap santai.

"Iya sih. Tapi biar aku saja deh yang kesana, sekarang kasih tau alamatnya dimana."

"Udah, biar aku saja." Balas Ajeng.

"Beneran gak papa nih? Maaf ya."

"Gak usah minta maaf ih. Emangnya habis ngapain." Kekeh Ajeng dan dibalas rengkulan oleh Hasna. "Semoga kamu baik-baik saja saat disana." Kata Hasna dan Ajeng hanya tersenyum menanggapinya.

Dan kini Ajeng melajukan mobilnya menuju kantor Hadiningrat itu berada.

Setelah hampir memakan waktu satu jam, akhirnya sampai di halaman kantor itu dan ia langsung turun kemudian bertanya kepada satpam disana yang justru di sapa duluan oleh satpam itu.

"Bu Ajeng?" Sapa Dibyo.

"Iya Pak." Jawabnya tersenyum.

"Mari silakan masuk bu." Ujar Dibyo.

"Gak usah Pak, disini saja. Saya kesini mau mencari Bu Diana. Tolong panggilkan ya Pak." Titahnya membuat Dibyo mengerutkan dahinya. Ia lupa soal permasalahan Ajeng dan juga Yudha.

"Ehh cepet sana panggilin Bu Diana. Kamu lupa Ajeng sama Pak Yudha gimana?" Bisik Darman.

"Iya iya maaf aku lupa." Bisik Dibyo kemudian ia melangkah masuk dan memberitahukan Diana bahwa ada yang mencarinya.

Diana pun muncul dan menyambut kedatangan Ajeng dengan menunduk sopan.

"Ehh kenapa Bu Ajeng yang nganterin kesini? Maaf merepotkan." Diana mengangguk sopan. Karena ia sudah tau soal rumahtangganya.

"Iya kebetulan orangnya gak bisa anterin kesini." Jelasnya tersenyum.

Dari kejauhan ada yang menatap senyum itu. Hingga hilang konsentrasi, maka ia tak sengaja menabrak karyawan yang sedang berdiri memegang kain pel sehingga orang itu jatuh mengenai ember yang berisikan air dan air itu tumpah. Membuat Ajeng dan yang lain menoleh ke arah insiden kecil itu.

"Maaf-maaf." Ujar Abian pada orang yang ia tabrak. Ia pun membangunkannya.

"Tidak usah Pak, terimakasih. Bapak gak salah. Mungkin saya yang sembarangan naruh ember d isitu. Biar saya bersihkan." Papar karyawan itu.

Padahal jelas Abian yang salah, tapi karena posisinya Abian adalah bosnya, maka sudah tentu karyawan itu sungkan dan gak enak hati.

"Makasih Bu Ajeng." Ujar Diana saat menerima paket yang ia beli.

"Iya sama-sama."

"Gak masuk dulu Bu?" Tanya Diana.

"Tidak perlu, terimakasih, saya pamit kalau gitu." Ujar Ajeng dan ia pamit darisana.

Entah kenapa Abian malah ingin mengikutinya dari belakang. Dan pada saat di jalanan sepi. Seperti biasa mobil Ajeng mogok dan ia pun turun untuk mengeceknya lalu membuka bagasi mobil bagian depan.

"Kenapa sekarang sering banget mogok sih. Mana jalanan sepi lagi. Gak ada orang lewat satu pun." Keluhnya.

Abian yang berada di belakangnya ia pun turun dan menghampirinya.

"Kenapa mobilnya?" Tanya Abian mendekat.

"Pak Abian?" Tanya Ajeng.

"Ajeng?" Tanya Abian pura-pura baru lihat.

"Bapak bukannya di singapore?" Tanya Ajeng.

"Sudah lama kok di indo. Ini kenapa mobilnya?"

"Tau nih sekarang sering banget mogok."

"Bentar, saya lihat dulu ya."

Abian mengecek mobil itu dan mengutak-atiknya cukup lama.

"Coba di hidupkan." Titahnya.

Ajeng langsung menghidupkannya dan mobil pun kembali menyala.

"Makasih banyak Pak." Balas Ajeng tersenyum.

"Ahh jangan panggil saya Bapak." kekehnya.

Terpopuler

Comments

Intan IbunyaAzam

Intan IbunyaAzam

tukan Abian menaruh hti apiwittt

2023-10-09

0

Uthie

Uthie

mending Abian aja dehhh... lebih ngeba feel chemistry nya dengan Ajeng 👍😁

2023-07-11

1

lihat semua
Episodes
1 1. Minta Cerai
2 2. Memilih Untuk Pergi. Namun ...
3 3. Ajeng dan Fiona
4 4. Kemarahan Ajeng
5 5. Perdebatan
6 6. Pergi
7 7. Foto Mesra
8 8. Bertemu Seseorang
9 9. Ingin Rujuk
10 10. Kebencian Qeera
11 11. Masih Cemburu.
12 12. Urus Surat Cerai
13 Sosok Luthfan Aqmar
14 Waktu Berjalan Begitu Cepat
15 Belum Sembuh Dari Luka
16 Sidang Pertama
17 Mengambil Barang
18 Ajeng dan Abian.
19 Salah Sangka
20 Resmi Berpisah.
21 Kegelisahan Sang Anak
22 Abian Qadafi
23 Kebenaran Terungkap
24 Ujian Hidup Yang Tak Sama
25 Belum Move On
26 Bertemunya Abian dengan Luthfan
27 Kepanikan Yudha
28 Mengungkapkan Isi Hati
29 Masalah Hati Siapa Yang Tahu
30 Abian Kerumah Ajeng
31 Lagi Fiona Berulah
32 Kedatangan Ibu Mertua
33 Gelisah
34 Mertua Dan Menantu
35 Cincin Berlian
36 Cemburu
37 Membuat Rancangan Baju
38 Sekolah Baru
39 Penyesalan Yudha
40 Will You Marry Me
41 Perdebatan Antara Retno dan Fiona
42 Rebutan Sertifikat
43 Qeera Menjenguk Yudha
44 Qeera Dilarikan Kerumah Sakit
45 Cincin Itu...
46 Luthfan Akhirnya Tahu Siapa Ajeng
47 Saat Hasna Melihat Cincin Itu
48 Kepasrahan Ajeng, Kebahagiaan Abian.
49 Cemburu Berat
50 Menahan Malu
51 Tawaran Kerjasama Baru
52 Retno Ke Kantor Abian
53 Rekreasi
54 Mengetahui Fakta.
55 Rumit
56 Sebuah Permintaan.
57 Ijab Qabul
58 Canda Tawa Sang Pengantin Baru
59 Rencana Penjebakan.
60 Sebuah Intrik
61 Aksi Penjebakan
62 Kemarahan Abian.
63 Disebuah Rumah Sakit
64 Kembalinya Ajeng
65 Melepas Rindu
66 Sebuah Keputusan
67 Bermuara Dititik Kerinduan
68 Sisa Pengantin Baru
69 Hasna dan Alvino
70 Perdebatan Dua Sahabat
71 Merajuk
72 Kebebasan Yudha
73 Amarah yang Memuncak
74 Kecelakaan
75 Luthfan Sadar Akan Kesalahannya
76 Konflik
77 Fakta yang Baru Diketahui Yudha
78 Hamil
79 Waktu Tak Mungkin Bisa Diputar Kembali
80 Mengalah Bukan Berarti Kalah
81 Kesabaran Luthfan Menghadapi Hasna
82 Bunuh Diri
83 Prasangka Alvino
84 Kotak Kecil
85 Introgasi
86 Ide Gila Hasna
87 Berfikir Lebih Dewasa
88 Jujur Itu Kadang Menyakitkan
89 Jatuh Talak
90 Kelicikan Dibalas Kelicikan
91 Pura-puranya Suami Istri
92 Rencana Berikutnya
93 Persiapan Pesta Pernikahan
94 Hasna Terkejut
95 Saat Bukti-bukti Diperlihatkan
96 Siapa yang Menanam. Maka Ia Sendiri yang Menuai
97 Keguguran
98 Kritis
99 Merajuknya Ibu Hamil
100 Kecemasan Kembali Melanda
101 Ferdy Masih Belum Terima
102 Proses Transfusi Darah Berjalan Lancar
103 Mood Ibu Hamil
104 Pikiran Buruk Kembali Hadir
105 Membaiknya Dua Sahabat
106 Drama Ngidam
107 Tak Mau Egois
108 Kedatangan Sang Ibu
109 Masih Mengedapankan Ego
110 Retaknya Hubungan Antar Teman
111 111. Debat Mantan Suami Istri
112 112. Alur Kehidupan yang Berbeda
113 113. Kecewa yang Teramat Dalam
114 114. Rindu yang Menggunung
115 115. Hanya Masalah Hati
116 116. Salah Paham
117 117. Apa Karma Itu Memang Ada?
118 118 Pilihan yang Sulit.
119 119. Semangat Kembali Hadir
120 120. Keadaan yang Sama Persis
121 121. Pengakuan Cinta dan Luluhnya Hati
122 122. Kembali Ditangkap Polisi
123 123. Ending
Episodes

Updated 123 Episodes

1
1. Minta Cerai
2
2. Memilih Untuk Pergi. Namun ...
3
3. Ajeng dan Fiona
4
4. Kemarahan Ajeng
5
5. Perdebatan
6
6. Pergi
7
7. Foto Mesra
8
8. Bertemu Seseorang
9
9. Ingin Rujuk
10
10. Kebencian Qeera
11
11. Masih Cemburu.
12
12. Urus Surat Cerai
13
Sosok Luthfan Aqmar
14
Waktu Berjalan Begitu Cepat
15
Belum Sembuh Dari Luka
16
Sidang Pertama
17
Mengambil Barang
18
Ajeng dan Abian.
19
Salah Sangka
20
Resmi Berpisah.
21
Kegelisahan Sang Anak
22
Abian Qadafi
23
Kebenaran Terungkap
24
Ujian Hidup Yang Tak Sama
25
Belum Move On
26
Bertemunya Abian dengan Luthfan
27
Kepanikan Yudha
28
Mengungkapkan Isi Hati
29
Masalah Hati Siapa Yang Tahu
30
Abian Kerumah Ajeng
31
Lagi Fiona Berulah
32
Kedatangan Ibu Mertua
33
Gelisah
34
Mertua Dan Menantu
35
Cincin Berlian
36
Cemburu
37
Membuat Rancangan Baju
38
Sekolah Baru
39
Penyesalan Yudha
40
Will You Marry Me
41
Perdebatan Antara Retno dan Fiona
42
Rebutan Sertifikat
43
Qeera Menjenguk Yudha
44
Qeera Dilarikan Kerumah Sakit
45
Cincin Itu...
46
Luthfan Akhirnya Tahu Siapa Ajeng
47
Saat Hasna Melihat Cincin Itu
48
Kepasrahan Ajeng, Kebahagiaan Abian.
49
Cemburu Berat
50
Menahan Malu
51
Tawaran Kerjasama Baru
52
Retno Ke Kantor Abian
53
Rekreasi
54
Mengetahui Fakta.
55
Rumit
56
Sebuah Permintaan.
57
Ijab Qabul
58
Canda Tawa Sang Pengantin Baru
59
Rencana Penjebakan.
60
Sebuah Intrik
61
Aksi Penjebakan
62
Kemarahan Abian.
63
Disebuah Rumah Sakit
64
Kembalinya Ajeng
65
Melepas Rindu
66
Sebuah Keputusan
67
Bermuara Dititik Kerinduan
68
Sisa Pengantin Baru
69
Hasna dan Alvino
70
Perdebatan Dua Sahabat
71
Merajuk
72
Kebebasan Yudha
73
Amarah yang Memuncak
74
Kecelakaan
75
Luthfan Sadar Akan Kesalahannya
76
Konflik
77
Fakta yang Baru Diketahui Yudha
78
Hamil
79
Waktu Tak Mungkin Bisa Diputar Kembali
80
Mengalah Bukan Berarti Kalah
81
Kesabaran Luthfan Menghadapi Hasna
82
Bunuh Diri
83
Prasangka Alvino
84
Kotak Kecil
85
Introgasi
86
Ide Gila Hasna
87
Berfikir Lebih Dewasa
88
Jujur Itu Kadang Menyakitkan
89
Jatuh Talak
90
Kelicikan Dibalas Kelicikan
91
Pura-puranya Suami Istri
92
Rencana Berikutnya
93
Persiapan Pesta Pernikahan
94
Hasna Terkejut
95
Saat Bukti-bukti Diperlihatkan
96
Siapa yang Menanam. Maka Ia Sendiri yang Menuai
97
Keguguran
98
Kritis
99
Merajuknya Ibu Hamil
100
Kecemasan Kembali Melanda
101
Ferdy Masih Belum Terima
102
Proses Transfusi Darah Berjalan Lancar
103
Mood Ibu Hamil
104
Pikiran Buruk Kembali Hadir
105
Membaiknya Dua Sahabat
106
Drama Ngidam
107
Tak Mau Egois
108
Kedatangan Sang Ibu
109
Masih Mengedapankan Ego
110
Retaknya Hubungan Antar Teman
111
111. Debat Mantan Suami Istri
112
112. Alur Kehidupan yang Berbeda
113
113. Kecewa yang Teramat Dalam
114
114. Rindu yang Menggunung
115
115. Hanya Masalah Hati
116
116. Salah Paham
117
117. Apa Karma Itu Memang Ada?
118
118 Pilihan yang Sulit.
119
119. Semangat Kembali Hadir
120
120. Keadaan yang Sama Persis
121
121. Pengakuan Cinta dan Luluhnya Hati
122
122. Kembali Ditangkap Polisi
123
123. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!