2. Memilih Untuk Pergi. Namun ...

Pagi pun menyapa. Tapi Ajeng masih berkutat mempersiapkan keperluannya juga anaknya karena ia memilih pergi dari rumah itu, rumah yang selama ini membawa kebahagiaan dan kenyamanan baginya juga merasa disayangi oleh perlakuan suaminya.

Tapi apa sekarang? Di usia pernikahan yang menginjak enam tahun ia dikejutkan dengan kenyataan pahit. Ia tidak kuat jika harus serumah dengan madunya. Lebih baik ia pergi dan membawa sang anak dengan bekal yang selama ini ia kumpulkan atas jerih payahnya sendiri. Karena selama ini ia diam-diam berjualan online apa saja. Dan uang yang dikumpulkan pun sudah lumayan besar.

Ia melakukan itu semata karena jika ada masalah keuangan dalam rumahtangganya jadi uangnya bisa digunakan untuk kebutuhannya. Namun nyatanya bukanlah masalah ekonomi yang ia hadapi tapi penghianatan suaminya.

"Nak bangun sayang, kita sarapan dulu." Ucap Ajeng membangunkan sang anak.

Qeera pun terbangun dan melihat ibunya.

"Bunda kenapa? Kok matanya sembab?" Tanya Qeera, anak itu sudah berusia lima tahun dan sedang duduk dibangku sekolah TK.

"Tidak nak, bunda hanya kurang tidur. Ayo kita sarapan." Ajaknya sambil mengusap kepala Qeera.

"Jam berapa ini bunda? Sekarang hari senin, Aku harus sekolah."

"Sekarang Qeera gak sekolah dulu ya? Tapi besok sekolah lagi." Ucap Ajeng dengan lembut.

"Kenapa? Aku maunya sekolah." Qeera menatap bundanya serius.

"Bunda ada keperluan diluar, tapi Qeera harus ikut, gak usah bersama Sus Rini lagi."

"Kemana?" Tanya Qeera karena memang anak itu selalu banyak tanya.

"Ke suatu tempat. Yasudah sekarang Qeera siap-siap ya." Ajeng membantu Qeera untuk bangun lalu mengajaknya sarapan lebih dulu didalam kamar setelah itu mandi.

Dilantai bawah ...

"Mas, mbak Ajeng kok belum turun juga?" Tanya Fiona yang sudah duduk di kursi untuk sarapan. Ia tak tau kalau Ajeng sudah bangun lebih dulu membuatkan sarapan untuk putrinya tapi tidak lagi untuk suaminya.

"Biar saja lah, nanti juga turun." Jawab Yudha duduk di sebelah Fiona.

"Gak boleh gitu lah Mas, dia istrimu juga." Ujar Fiona sambil mengambilkan roti tawar lalu diolesi selai coklat untuk Yudha.

Lalu terlihat Ajeng dan Qeera sedang menuruni tangga, juga satu koper yang dibawanya.

Yudha dan Fiona melihat ke arah ibu dan anak itu.

Seketika Yudha yang hendak memasukkan lagi rotinya kedalam mulut pun ia urungkan dan meletakkannya lagi diatas piring, lalu mendekat pada Istri dan anaknya.

"Kalian mau kemana?" Tanya Yudha heran sambil mengerutkan dahinya.

Tapi Ajeng tak menghiraukan pertanyaan Yudha dan tetap melanjutkan langkahnya.

"Apa ini yang disebut seorang istri yang baik. Ditanya pun tak mau menjawab." Ujar Yudha yang kini sudah berada dibelakangnya.

Ajeng berhenti dan mengambil napas berat, lalu menoleh kebelakang.

"Untuk apa aku disini jika hanya untuk merasakan penderitaan." Paparnya.

"Penderitaan apa? Kamu disini aku nafkahi, apapun yang kamu mau aku turuti. Bahkan hampir seluruh gajiku kamu yang pegang." Ujar Yudha.

"Percuma bicara sama yang tidak punya hati." Ajeng membalikkan badannya lagi hendak melangkah.

"Pikirkan anak kita," Yudha melangkah dan berdiri dihadapan Ajeng dan juga Qeera.

"Bunda, Ayah, jangan berantem," Ujar Qeera melihat keduanya. Karena anak sebesar itu bisa mengerti kalau orangtuanya sedang tidak baik-baik saja.

Ajeng menunduk lalu duduk mensejajarkan putrinya. "Tidak nak, Ayah sama Bunda cuma salah paham, sekarang Qeera sama sus Rini dulu ya?" Ucap Ajeng lalu memanggil pengasuh, menyuruh Qeera untuk dibawa keluar sebentar.

Setelah memastikan Qeera hilang dari pandangan, Ajeng memejamkan matanya, mencoba menetralkan perasaannya, bahwa ia harus bisa bangkit tanpa suami seperti Yudha.

"Kamu dan Qeera tidak boleh pergi dari sini." Tukas Yudha.

"Tapi keputusanku sudah bulat. Dan tolong jangan halangi aku," Ajeng hendak melangkah.

"Tidak, kalian akan tetap disini, aku tidak mau hidup Qeera kekurangan,"

"Setelah apa yang kamu lakukan, kamu baru memikirkannya? Ayah macam apa kamu ini." Ajeng menggelengkan kepalanya. "Dan kamu jangan khawatir, aku akan pastikan Qeera pun tidak akan merasa kekurangan meski tidak lagi bersama Ayahnya."

"Kalau kamu bersikuku tetap ingin pergi. Silakan kamu pergi, tapi jangan bawa Qeera,"

"Mas, dia itu anakku, aku gak mungkin meninggalkan dia," ucap Ajeng mendengus kesal, juga menahan sesak.

"Tapi dia juga anakku," bentak Yudha.

"Aku tak habis pikir apa yang ada dikepalamu saat ini. Kamu lelaki paling egois yang pernah aku temui. Sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan anakku,"

"Kalau itu mau mu, kamu tetap harus tinggal disini. Cobalah kalian saling kenal dulu, Fiona tak seburuk itu."

Fiona mendekat dan menyentuh pundak Ajeng. "Mbak,"

"Diam kamu." Bentak Ajeng sambil menepis tangan Fiona.

"Lihat. Fiona pun mau belajar menerima kamu." Tukas Yudha.

"Sebaik apa pun madu ku, dia tetap duri dalam kehidupanku, karena sampai kapanpun aku gak rela dimadu." Ucap Ajeng menatap tajam pada Yudha lalu melangkah cepat dan menabrak bahu Yudha hingga sedikit terhuyung.

Yudha mengejarnya keluar, terlihat Ajeng menggenggam tangan Qeera.

"Bunda kok nangis? Bunda, kita mau kemana? Bunda, aku gak mau pergi. Aku gak mau jauh dari Ayah." Pertanyaan demi pertanyaan Qeera lontarkan. Namun Ajeng tak menjawabnya. Ia terus melangkah dengan menenteng kopernya.

Yudha yang mendengar ucapan Qeera bahwa tak ingin jauh darinya, segera ia memanggil satpam untuk menghalangi kepergian mereka.

"Pak, pak Hendra, tolong jangan biarkan Ajeng dan Qeera pergi. Biarkan dia disini." Perintah Yudha pada satpam yang bekerja dirumahnya.

"Baik pak," Jawab Hendra lalu mendekat kearah Ajeng dan juga Qeera.

"Ayo bu,, kita masuk," ajak Hendra berdiri dihadapan keduanya.

"Tidak pak, saya ingin pergi, tolong jangan halangi saya,"

"Ini perintah pak Yudha, saya hanya menjalankan tugas." Hendra menunduk sopan.

"Bapak tau masalah kami? karena semalam bapak sempat masuk kerumah kan?" Tanya Ajeng

Hendra menganggukkan kepalanya.

"Lalu apa yang akan bapak lakukan jika diposisi saya?"

Hendra melihat iba pada Ajeng, ia pun menundukkan kepalanya kemudian menoleh pada Yudha.

"Jangan dengarkan dia, disini aku yang gaji kamu, bawa mereka kedalam kalau kamu tidak ingin saya pecat." Ujar Yudha.

"Maaf bu, ibu dengar sendiri Pak Yudha gimana, mari saya antar kedalam." Hendra mengangguk sopan.

"Bunda, Qeera gak mau pergi, Qeera inginnya sama Ayah juga." Qeera merengek sambil memeluk kaki sang bunda.

Lalu Qeera menangis sesenggukan, ia ingin tetap ada dirumah itu.

Ajeng yang melihatnya ia menyeka sudut matanya. Secinta itu Qeera pada Ayahnya, padahal Ayahnya lelaki tak tahu diri, hanya mementingkan syahwat, tidak memikirkan dampak dari semuanya.

Dengan terpaksa, Ajeng pun menuruti keinginan putrinya. Ia akan mencoba sabar dan perlahan membuat Qeera mau untuk ia ajak keluar dari rumah itu.

"Terimakasih Ajeng." Ucap Yudha ketika Ajeng melintas di hadapannya.

"Ini semua demi Qeera, kalau saja dia mau aku ajak pergi, pasti aku sudah pergi jauh dari rumah ini." Tukas Ajeng menatap Yudha dengan tatapan tajam.

Yudha tersenyum akhirnya ia bisa membuat Ajeng mau tinggal lagi bersamanya, meski bukan demi dirinya. Karena ia yakin kalau dirinya bisa berbuat adil pada Ajeng dan juga Fiona.

Terpopuler

Comments

Intan IbunyaAzam

Intan IbunyaAzam

ego tggu suami ap seperti it

2023-10-09

0

guntur 1609

guntur 1609

basi... lki2 egois

2023-08-14

1

Ozma Fridani

Ozma Fridani

kau sakiti hati istri sah kamu Judha demi syahwatmu .. hukum karma akan berlaku

2023-08-06

0

lihat semua
Episodes
1 1. Minta Cerai
2 2. Memilih Untuk Pergi. Namun ...
3 3. Ajeng dan Fiona
4 4. Kemarahan Ajeng
5 5. Perdebatan
6 6. Pergi
7 7. Foto Mesra
8 8. Bertemu Seseorang
9 9. Ingin Rujuk
10 10. Kebencian Qeera
11 11. Masih Cemburu.
12 12. Urus Surat Cerai
13 Sosok Luthfan Aqmar
14 Waktu Berjalan Begitu Cepat
15 Belum Sembuh Dari Luka
16 Sidang Pertama
17 Mengambil Barang
18 Ajeng dan Abian.
19 Salah Sangka
20 Resmi Berpisah.
21 Kegelisahan Sang Anak
22 Abian Qadafi
23 Kebenaran Terungkap
24 Ujian Hidup Yang Tak Sama
25 Belum Move On
26 Bertemunya Abian dengan Luthfan
27 Kepanikan Yudha
28 Mengungkapkan Isi Hati
29 Masalah Hati Siapa Yang Tahu
30 Abian Kerumah Ajeng
31 Lagi Fiona Berulah
32 Kedatangan Ibu Mertua
33 Gelisah
34 Mertua Dan Menantu
35 Cincin Berlian
36 Cemburu
37 Membuat Rancangan Baju
38 Sekolah Baru
39 Penyesalan Yudha
40 Will You Marry Me
41 Perdebatan Antara Retno dan Fiona
42 Rebutan Sertifikat
43 Qeera Menjenguk Yudha
44 Qeera Dilarikan Kerumah Sakit
45 Cincin Itu...
46 Luthfan Akhirnya Tahu Siapa Ajeng
47 Saat Hasna Melihat Cincin Itu
48 Kepasrahan Ajeng, Kebahagiaan Abian.
49 Cemburu Berat
50 Menahan Malu
51 Tawaran Kerjasama Baru
52 Retno Ke Kantor Abian
53 Rekreasi
54 Mengetahui Fakta.
55 Rumit
56 Sebuah Permintaan.
57 Ijab Qabul
58 Canda Tawa Sang Pengantin Baru
59 Rencana Penjebakan.
60 Sebuah Intrik
61 Aksi Penjebakan
62 Kemarahan Abian.
63 Disebuah Rumah Sakit
64 Kembalinya Ajeng
65 Melepas Rindu
66 Sebuah Keputusan
67 Bermuara Dititik Kerinduan
68 Sisa Pengantin Baru
69 Hasna dan Alvino
70 Perdebatan Dua Sahabat
71 Merajuk
72 Kebebasan Yudha
73 Amarah yang Memuncak
74 Kecelakaan
75 Luthfan Sadar Akan Kesalahannya
76 Konflik
77 Fakta yang Baru Diketahui Yudha
78 Hamil
79 Waktu Tak Mungkin Bisa Diputar Kembali
80 Mengalah Bukan Berarti Kalah
81 Kesabaran Luthfan Menghadapi Hasna
82 Bunuh Diri
83 Prasangka Alvino
84 Kotak Kecil
85 Introgasi
86 Ide Gila Hasna
87 Berfikir Lebih Dewasa
88 Jujur Itu Kadang Menyakitkan
89 Jatuh Talak
90 Kelicikan Dibalas Kelicikan
91 Pura-puranya Suami Istri
92 Rencana Berikutnya
93 Persiapan Pesta Pernikahan
94 Hasna Terkejut
95 Saat Bukti-bukti Diperlihatkan
96 Siapa yang Menanam. Maka Ia Sendiri yang Menuai
97 Keguguran
98 Kritis
99 Merajuknya Ibu Hamil
100 Kecemasan Kembali Melanda
101 Ferdy Masih Belum Terima
102 Proses Transfusi Darah Berjalan Lancar
103 Mood Ibu Hamil
104 Pikiran Buruk Kembali Hadir
105 Membaiknya Dua Sahabat
106 Drama Ngidam
107 Tak Mau Egois
108 Kedatangan Sang Ibu
109 Masih Mengedapankan Ego
110 Retaknya Hubungan Antar Teman
111 111. Debat Mantan Suami Istri
112 112. Alur Kehidupan yang Berbeda
113 113. Kecewa yang Teramat Dalam
114 114. Rindu yang Menggunung
115 115. Hanya Masalah Hati
116 116. Salah Paham
117 117. Apa Karma Itu Memang Ada?
118 118 Pilihan yang Sulit.
119 119. Semangat Kembali Hadir
120 120. Keadaan yang Sama Persis
121 121. Pengakuan Cinta dan Luluhnya Hati
122 122. Kembali Ditangkap Polisi
123 123. Ending
Episodes

Updated 123 Episodes

1
1. Minta Cerai
2
2. Memilih Untuk Pergi. Namun ...
3
3. Ajeng dan Fiona
4
4. Kemarahan Ajeng
5
5. Perdebatan
6
6. Pergi
7
7. Foto Mesra
8
8. Bertemu Seseorang
9
9. Ingin Rujuk
10
10. Kebencian Qeera
11
11. Masih Cemburu.
12
12. Urus Surat Cerai
13
Sosok Luthfan Aqmar
14
Waktu Berjalan Begitu Cepat
15
Belum Sembuh Dari Luka
16
Sidang Pertama
17
Mengambil Barang
18
Ajeng dan Abian.
19
Salah Sangka
20
Resmi Berpisah.
21
Kegelisahan Sang Anak
22
Abian Qadafi
23
Kebenaran Terungkap
24
Ujian Hidup Yang Tak Sama
25
Belum Move On
26
Bertemunya Abian dengan Luthfan
27
Kepanikan Yudha
28
Mengungkapkan Isi Hati
29
Masalah Hati Siapa Yang Tahu
30
Abian Kerumah Ajeng
31
Lagi Fiona Berulah
32
Kedatangan Ibu Mertua
33
Gelisah
34
Mertua Dan Menantu
35
Cincin Berlian
36
Cemburu
37
Membuat Rancangan Baju
38
Sekolah Baru
39
Penyesalan Yudha
40
Will You Marry Me
41
Perdebatan Antara Retno dan Fiona
42
Rebutan Sertifikat
43
Qeera Menjenguk Yudha
44
Qeera Dilarikan Kerumah Sakit
45
Cincin Itu...
46
Luthfan Akhirnya Tahu Siapa Ajeng
47
Saat Hasna Melihat Cincin Itu
48
Kepasrahan Ajeng, Kebahagiaan Abian.
49
Cemburu Berat
50
Menahan Malu
51
Tawaran Kerjasama Baru
52
Retno Ke Kantor Abian
53
Rekreasi
54
Mengetahui Fakta.
55
Rumit
56
Sebuah Permintaan.
57
Ijab Qabul
58
Canda Tawa Sang Pengantin Baru
59
Rencana Penjebakan.
60
Sebuah Intrik
61
Aksi Penjebakan
62
Kemarahan Abian.
63
Disebuah Rumah Sakit
64
Kembalinya Ajeng
65
Melepas Rindu
66
Sebuah Keputusan
67
Bermuara Dititik Kerinduan
68
Sisa Pengantin Baru
69
Hasna dan Alvino
70
Perdebatan Dua Sahabat
71
Merajuk
72
Kebebasan Yudha
73
Amarah yang Memuncak
74
Kecelakaan
75
Luthfan Sadar Akan Kesalahannya
76
Konflik
77
Fakta yang Baru Diketahui Yudha
78
Hamil
79
Waktu Tak Mungkin Bisa Diputar Kembali
80
Mengalah Bukan Berarti Kalah
81
Kesabaran Luthfan Menghadapi Hasna
82
Bunuh Diri
83
Prasangka Alvino
84
Kotak Kecil
85
Introgasi
86
Ide Gila Hasna
87
Berfikir Lebih Dewasa
88
Jujur Itu Kadang Menyakitkan
89
Jatuh Talak
90
Kelicikan Dibalas Kelicikan
91
Pura-puranya Suami Istri
92
Rencana Berikutnya
93
Persiapan Pesta Pernikahan
94
Hasna Terkejut
95
Saat Bukti-bukti Diperlihatkan
96
Siapa yang Menanam. Maka Ia Sendiri yang Menuai
97
Keguguran
98
Kritis
99
Merajuknya Ibu Hamil
100
Kecemasan Kembali Melanda
101
Ferdy Masih Belum Terima
102
Proses Transfusi Darah Berjalan Lancar
103
Mood Ibu Hamil
104
Pikiran Buruk Kembali Hadir
105
Membaiknya Dua Sahabat
106
Drama Ngidam
107
Tak Mau Egois
108
Kedatangan Sang Ibu
109
Masih Mengedapankan Ego
110
Retaknya Hubungan Antar Teman
111
111. Debat Mantan Suami Istri
112
112. Alur Kehidupan yang Berbeda
113
113. Kecewa yang Teramat Dalam
114
114. Rindu yang Menggunung
115
115. Hanya Masalah Hati
116
116. Salah Paham
117
117. Apa Karma Itu Memang Ada?
118
118 Pilihan yang Sulit.
119
119. Semangat Kembali Hadir
120
120. Keadaan yang Sama Persis
121
121. Pengakuan Cinta dan Luluhnya Hati
122
122. Kembali Ditangkap Polisi
123
123. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!