Bagian 20

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bima menatap pintu berwarna hijau lumut yang ada dihadapannya. Ia sudah memantapkan hati dengan niat awalnya hingga ia bisa menjadi bagian dari salah satu anggota TNI.

Tok tok tok...

"Ya, masuk."

Setelah mendapat izin, Bima memasuki sebuah ruangan yang digunakan sang komandan bekerja.

"Lapor, Ndan. Izin menghadap." Seperti biasa, Bima bersikap tegak dan memberi hormat pada pimpinannya dikesatuan.

"Ya, Bim. Duduk dulu."

"Terima kasih, Ndan."

"Bagaimana? Sudah mantap dengan keputusan mu untuk menjadi bagian dari Pasukan Garuda?" Tanya Pramana, Danyon dimana Bima bertugas.

"Siap, Ndan." Sahut Bima dengan mantap.

Pramana mengangguk, ia suka dengan kepribadian dan keberanian pemuda ini.

"Baik, saya terima surat pengajuan diri kamu. Dan menyampaikannya ke pusat. Dan bersiaplah untuk melakukan tes seleksi. Dan... Semoga kamu lulus."

"Siap, Komandan. Izin pamit." Ucap Bima Dengan suara tegas khas TNI. Sang komandan mengangguk, tanda mengizinkan.

Drrrttt drrrttt drrrttt...

Bima merogoh saku celana lorengnya, tertera nomor orang paling berjasa dalam hidupnya. Dengan penuh semangat ia menjawab panggilan dari bapaknya. "Assalamualaikum, Pak!"

"Wa allaikumussalam. Bapak sudah ada didepan gerbang asrama kamu, Bim." Ternyata sang bapak memberi kabar keberadaannya saat ini.

"Wah! Cepatnya nyampai yang mau dapat mantu." Gurau Bima pada bapaknya yang cepat tanggap atas permintaannya untuk meminang Lily.

"Hahaha... Ibu kamu yang gak sabaran. Suruh Bapak cepat - cepat datang."

"Ibu ikut juga?" Tanyanya lagi sambil berjalan menuju gerbang asrama.

"Ibu gak bisa ikut, Kia lagi ujian. Jadi bapak datang sendiri gak masalah 'kan? "

"Iya gak apa. Bapak saja sudah cukup."

"Bang!" Sapa seorang juniornya pada Bima, ia mengangguk sebagai balasan. Bima terus berjalan untuk menjemput bapaknya didepan. "Ya udah, Bapak tunggu sebentar. Bima kesana sekarang."

****

"Assalamualaikum!" Sapa seorang dari tiga tamu yang datang kerumah kontrakan kecil Lily.

"Wa allaikumussalam." Sahutan riang terdengar dari dalam. "Bang, Mbak!" Lily menyalim dua orang yang sangat ia hormati. Dan mencium gemas putri abangnya.

"Ada apa, Ly? Kog tumben suruh Abang sama Mbak mu malam - malam kemari?" Tanya Ayub pada gadis yang tampak sedang bahagia ini.

Lily mengembangkan senyumannya, seolah - olah sedang memamerkan hatinya yang sedang berbunga - bunga.

"Ih, ditanyain malah senyum - senyum lagi." Sinta, istri Ayub menoel pipi tirus Lily.

Lily semakin mengembangkan senyumannya, ia tertunduk dan sedikit malu menyampaikan maksud menyuruh kedua orang hebat ini mendatanginya malam hari.

"Malam ini ada yang mau minta aku ke Abang dan Mbak." Ucapnya sambil senyum - senyum tak jelas.

"Oh ya!" Wajah Sinta tampak sumringah mendapat kabar yang terbilang tiba - tiba ini. Lily mengangguk cepat dan tetap disertai senyum bahagianya.

"Setau Abang, kamu lagi gak dekat sama pria manapun?" Ayub menautkan alisnya. "Kamu nyasar kehati pria mana, Ly?"

"Ih... Abang mah gak asik." Lily mengerucutkan bibirnya.

Ayub terkekeh melihat respon Lily, ia bahagia kalau adiknya ini bisa menemukan tambatan hatinya, lelaki yang bersedia menerima kekurangan sang adik. Tapi sayang, lelaki yang ia harapkan untuk sang adik tidak memberi respon apapun.

"Memang siapa laki - laki itu? Apa dia dan keluarganya udah tahu tentang diri kamu?" Tanya Ayub, ia tak ingin adiknya kecewa untuk yang kedua kali karena ditolak karena asal usulnya.

"Dia udah tau tentang Lily, Bang Mbak. Dan dia juga bilang, keluarganya juga bisa terima keadaan Lily." Ucap gadis itu dengan tenang.

Tok tok tok...

"Assalamualaikum!" Bima mengetuk pintu rumah Lily yang memang terbuka.

"Wa allaikumussa--- Bima!" Ayub bangkit dari duduknya, kemudian ia melihat adiknya yang kini tengah tersenyum bahagia. "Jadi?" Tunjuk Ayub kearah Bima.

Lily tersenyum dan mengangguk. "Bang Bima yang Lily maksud ke Abang tadi."

Sinta merangkul Lily, ia begitu senang setelah mengetahui siapa pemuda yang dikatakan adik suaminya ini. Ia bahagia, bahwa keinginannya dan suaminya menjadikan asik iparnya menjadi terwujud.

Ayub langsung menghampiri Bima dan merangkulnya. "Terima kasih, Bim. Terima kasih sudah menerima adikku." Ucapnya penuh haru.

"Bukannya Abang yang sudah memberi kode padaku?" Sahut Bima saat rangkulan itu terlepas.

"Hahaha... Ternyata Letda Bima Arya cepat tanggap. Tapi kenapa tidak ada tanda - tanda sudah menerima kode?" Kelakar Ayub. Kemudian ia melihat sosok pria paruh baya yang berdiri tak jauh dari Bima.

"Ini Bapak ku. Baru sampai tadi siang. Pak! Ini Kapten Ayub senior Bima sekaligus tetangga Bima."

Keduanya saling berjabat tangan. Dan setelahnya terjadilah pembahasan antara hubungan Bima dan Lily.

"Makasih ya, Mas." Ucap Lily saat mengantar Bima dan bapaknya yang akan kembali.

"Seharusnya aku yang berterima kasih karena sudah mau jadi Persit seorang tentara. Karena itu tak mudah bagi kebanyakan wanita."

Bima dan Lily saling melpar senyum. Malam ini adalah malam yang penuh kebahagiaan bagi mereka. Walaupun mereka tahu, jalan kedepannya tak semudah yang mereka bayangkan.

"Ekheemm.... Bapak jadi obat nyamuk nih?" Gurau Cipto melihat Bima dan calon mantunya.

Lily tersipu malu mendengar omongan calon mertuanya itu. Kenapa ia bisa sampai lupa ada orang lain selain mereka saat ini?

"Kalau gitu, aku pulang dulu. Mimpi indah." Pamit Bima pada Lily.

"Ya."

Diatas kereta dan disepanjang perjalanan pulang, tanpa Bima sadari ia bersenandung sepanjang jalan.

"Ciye... Yang habis ngelamar anak gadis orang." Goda Cipto.

Hahaha....

Bapak dan anak itu serempak tergelak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!