Bagian 6

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Anto duduk dengan tegak dibangkunya dengan kepala tertunduk dan mata yang menatap satu persatu barisan kata yang tak dia mengerti sama sekali artinya apa. Meremas pena yang ia genggam ditangan kananya sambil menghembuskan nafas.

"Coba aku lahir di Inggris, pasti lima menit nih soal udah kelar aku kerjain," Anto meratapi dirinya yang sama sekali tak mengerti soal ujian yang sedang ada dihadapannya saat ini.

"Ada masalah, Anto?" tegur pengawas ujian diruangannya.

Ternyata tak hanya pengawas saja yang mendengar gumamannya, tapi seluruh peserta ujian pun ikut mendengarnya.

Teman - temannya hanya bisa mengulum senyum, tak berani tertawa. Karena memang ujian sudah berjalan selama sepuluh menit. Dan ia sama sekali belum menjawab satupun soal ujiannya. Ternyata tanpa disadarinya, Anto tadi bicara cukup kera.

Anto mulai frustasi, ia melirik kearah Bima yang duduk tak jauh darinya. Berharap temannya itu bisa menjadi dewa penolongnya saat ini.

Namun sayang sungguh disayang, mata sang pengawas ujian seakan seperti elang yang sedang mengincar mangsa dari ketinggian sana.

Mau tak mau, akhirnya Anto memutusakan untuk menggunakan jurus andalan siswa yang sedang dalam keadaan kepepet. Hitung anak kancing baju dan main tebak - tebakan.

Sedangkan Bima sendiri, ia begitu tenang dan penuh konsentrasi saat mengerajakan soal - soal yang ada dihadapannya. Karena memang Bima sudah menyiapkan dirinya jauh sebelum menduduki bangku SMA.

Sementara Rudi, remaja beranjak dewasa itu mendapat ruang ujian yang berbeda dengan Bima dan Anto.

Ya, ini adalah hari terakhir seluruh siswa SMA kelas 3 melaksanakan ujian akhir nasional. Dan ini adalah sebagai awal perjuangan untuk mereka menempah diri agar lebih layak berada dilingkungan masyarakat luas nantinya.

Seluruh siswa meninggalkan ruangan ujian dengan raut wajah yang berbeda - beda. Ada yang merasa lega, cemberut dan biasa saja.

"Gila! Dari soal pertama sampai akhir, aku jawabannya ngasal. Gak ngerti aku tuh apa yang lagi dibahas dalam soal." Gerutu Rudi.

"Senasib kita. Lihatin Si Bima, dia gak noleh - noleh kebelakang buat lihat keadaan temannya yang lagi tertekan ini," ujar Anto sambil melirik sinis pada Bima.

Bima hanya bisa terkekeh kecil melihat penderitaan kedua temannya. "Kalau kalian rajin belajar, gak akan begini kejadiannya,"

"Bisa botak kepalaku kalau belajar terus," sahut Anto diangguki Rudi.

Ketiganya diam untuk beberapa saat. Mencoba merasakan udara dingin dari cuaca mendung ditengah hari. Hingga ketiganya melihat sosok gadis yang hampir setahun ini menjalin kasih dengan Bima sedang melintas dihadapan mereka.

Aya menoaleh kearah tiga pemuda yang juga sedang melihat kearahnya. Gadis itu memberi senyum lebar nan indahnya kepada ketiga pemuda itu, lebih tepatnya kearah Bima.

"Kamu jadi masuk TNI, Bim?" tanya Anto.

Bima mengangguk sambil menatap punggung Aya yang kian semakin menjauh. "Jadi," saat ini ia tengah merasa bimbang untuk hubungannya dengan Aya.

"Udah daftar?" kini giliran Rudi yang bertanya.

"Tinggal daftar ulang dan validasi,"

"Aya udah tahu?" Rudi jadi semakin penasaran dengan temannya ini.

Bima menggeleng sebagai jawaban. "Nanti ajalah, kalau udah pasti lulus seleksi,"

"Terus, hubungan kalian gimana?" tanya Anto yang ikut penasaran.

Bima menarik lalu menghembuskan nafas peralahan. Ia juga bingung harus bagaimana. Melepaskan terasa sakit, bila ia mempertahankan hubungannya, ia tak mau memberi harapan lebih pada gadis itu. Ini impiannya dan keinginannya membanggakan kedua orang tuanya. "Jalani apa adanya dulu,"

Sampai saat ini pun kedua orang tua mereka tidak ada yang tahu kalau kedua anaknya memiliki hubungan. Terlalu dini bila kedua orang tua mereka menaganggap hubungan ini terlalu serius.

Bahkan sampai saat ini pun, keduanya belum pernah merasakan yang namanya malam mingguan.

****

"Gimana ujian terakhirnya hari ini, Bang?" Cipto menghampiri Bima yang sedang memberi pakan ternak sapi mereka.

"Alhamduliallah lancar, Pak,"

"Terus untuk pendaftaran Akmil kamu?" tanya Cipto.

"Nanti malam tinggal daftar ulang dan validasi ...," Bima menjelaskan segala prosedur yang harus dilaluinya untuk menempuh pendidikan akmil kepada bapaknya.

Cipto mengangguk paham. Ia dan sang istri hanya memberi doa dan dukungan untuk cita - cita putra mereka.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hay... Maaf kalau up nya cuma sedikit. Udah mentok idenya untuk hari ini.

Jangan lupa like dan komen ya.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

CURIGA NIHH, SAAT BIMA LGI PNDIDIKN AKMIL, AYA DIJODOHIN ORTUNYA..

2023-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!