...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Gemeeisik suara dedaunan yang menyapu atap rumah terdengar begitu ribut. Udara juga cukup dingin malam ini disertai angin kencang.
Bima mengintip dari jendela yang ia sibakkan kainnya. Tampak olehnya pepohonan bergoyang tak beraturan. "Kencang banget anginnya." Gumamnya.
Semakin lama tiupan angin kian terasa hingga membuat suara atap yang seperti hendak terangkat, disertai derasnya hujan.
Kretak... Bruukkk....
Suara dahan pohon yang rubuh dan disertai padamnya lampu.
"Astaghfirullah! Apa terjadi angin pu ting beliung?" Bima masih memantau keadaan diluar melalui jendela, gelap gulita.
Bima merogoh saku celananya mengambil ponsel sebagai salah satu sarana penerangannya saat ini.
Cukup lama hembusan angin kencang itu terjadi, hingga akhirnya mulai mereda dengan perlahan.
"Huuffft.... Nasib jomblo. Udah mati lampu, hujan lagi. Gak ada yang nemani tidur." Gerutunya meratapi nasib.
****
Pagi ini Danyon menurunkan beberapa personel untuk membereskan kekacauan yang terjadi akibat hujan deras disertai angin kencang tadi malam.
Ternyata kerusakan yang ditimbulkan cukup parah dikawasan tempatnya tinggal, apalagi daerah rumah para warga.
Banyak atap rumah para warga yang berterbangan dan nyaris tak bersisa.
"Terima kasih, Mas." Ucap seorang gadis yang Bima bantu mengangkat beberapa timpukan seng diatas stelingnya.
Bima bisa melihat wajah murung dari gadis didepannya ini. Tampak gadis tersebut menghela nafas pasrah dengan keadaan steling itu yang kacanya retak akibat benturan benda keras.
"Nanti bisa diperbaiki." Ucap Bima menguatkan.
Bibir gadis itu tampak manyun. "Perbaikan juga butuh biaya." Gumamnya lirih namun masih bisa Bima dengar.
Bima tak mengeluarkan kata - kata lainnya. Memang pada dasarnya Bima bukan tipe orang yang banyak omong.
"Saya pindah ketempat lain. Sudah beres semua 'kan?" Pamitnya kemudian setelah dirasanya gadis ini tidak mengalami kesulitan lagi.
"Emm. Sekali lagi terima kasih." Sahut gadis yang sering dikenal dengan nama Lily.
"Sama - sama." Bima meninggalkan Lily dan bergabung dengan rekan lainnya yang masih membantu warga.
"Bagaimana? Sudah selesai kamu bantu gadis yang saya bilang?" Ayub sang kapten bertanya.
"Siap. Sudah Kapten." Sahut Bima dalam posisi tegak.
Orang yang disebut kapten oleh Bima itu mengangguk puas. Kemudian memerintahkannya kembali untuk membantu warga yang lain.
****
Beberapa hari setelah bencana itu berlalu, kini suasana sudah kembali kondusif.
Usai shalat subuh, Bima memutuskan untuk berolahraga didepan rumahnya hingga matahari mulai menampakan eksistensinya di dunia.
Tin... Tin...
Bunyi klakson motor yang ditujukan pada Bima tanda menyapa.
"Habis darimana sepagi ini Kapten?" Sapanya.
Motor berhenti tepat di depan rumah yang ada di samping rumah Bima.
Pria yang lebih tua darinya itu mengangkat sekantong kresek berisi beberapa bungkusan. "Beli sarapan."
"Sarapan?" Beo Bima.
Ayub mengangguk. "Beli ditempat gadis yang beberapa waktu lalau sayah perintah kamu buat bantu dia."
"Ooo."
"Sekali - sekali coba beli sarapan disana. Masakannya enak. Istri saya sampai ketagihan." Ayub menyarankan.
"Istri atau Kapten?" Goda Bima dengan alis terangkat sebelah.
"Hahaha.... Gak mungkin lah ketagihan sama adik sendiri." Ayub tergelak mendengar gurauan Bima.
"Oh, adik?" Tanya Bima tak percaya. "Kenapa tidak mirip?"
Ayub tersenyum. Sudah biasa ia mendapat pertanyaan seperti itu. "Adik waktu masih sama - sama di panti."
Bima tampak terkejut mendengar penjelasan dari atasannya itu.
"Dia wanita pejuang keras dan sabar. Cocok jadi ibu Persit." Setelah mengucapkan kalimat ambigu itu, Ayub meninggalkan Bima sendiri dihalaman rumahnya.
Bima masih memikirkan kalimat terakhir yang Ayub katakan padanya. "Apa maksudnya?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Jangan lupa untuk selalu like dan komen ya. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Yunia Afida
jodoh bima ni
2023-05-19
1