Bagian 4

Bagian 4

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Anto menyenggol bahu Bima dengan keras hingga pemuda itu sedikit bergeser kedepan.

Bima menoleh dimana Anto sedang berdiri. Mencoba mencari tahu maksud dari perlakuan temannya itu terhadapnya. "Apa sih?" tanyanya.

"Astaga! Nih orang gak ada peka - pekanya ya?" Anto ngedumel. "Jawab dong,"

"Jawab apa?" tanya Bima tak paham. Bukankah tak ada orang yang sedang bertanya padanya? Jadi apa yang harus ia jawab?

"Ya elah, Bim Bim," Rudi berdecak sebal. Temannya ini pura - pura bodoh atau memang boadoh beneran?

"Itu. Si Aya lagi nembak kamu," dewot Anto. Ingin rasanya ia menampol wajah si Bima ini.

Bima melihat kearah Aya yang berdiri tak jauh darinya. "Aya gak ada bilang," ucapnya masih menatap gadis itu dengan intens.

"Au ah. Payah ngomong sama orang modelan begini," sewot Anto.

Bima masih terus menatap gadis itu, hingga membuatnya menjadi salah tingkah.

"Eeemm... Sorry ganggu. Aku balik aja." Aya langsung balik arah meninggalkan keempat orang yang kini menatapnya tak percaya.

"Aya.... Tunggu..." seru Sari yang ditinggal begitu saja oleh temannya itu.

Sari berhasil mengejar Aya. "Kog malah pergi?"

"Udah hilang keberanian aku gara - gara kamu,"

"Hehehe... Habis kamu lelet banget cuma bilang i love you, doang " jawab Sari.

"Au ah. Aku ngambek." Aya mempercepat jalannya.

Istirahat kedua,

Bima melangkahkan kakinya keperpustakaan sekolah. Ia berniat meminjam beberapa buku dari sana untuk menunjang pengetahuannya saat ia lulus seleksi menjadi anggota TNI, dan melanjutkan pendidikan di Akmil nanti.

Bima menyusuri lorong demi lorong rak buku. Masih mencari dan memilih buku yang ia butuhkan. Hingga kini netranya menangkap sosok gadis yang tengah fokus pada buku bacaannya. Cantik, satu kata itu yang terlintas dihatinya.

Cukup lama ia memandangi gadis itu. Hingga tanpa disadarinya, kaki panjangnya melangkah pelan kearah gadis yang kini duduk didekat jendela perpustakaan. Dan tanpa ada rasa ragu sedikitpun, bima mendudukan bokongnya tepat dihadapan gadis itu. Meletskan buku yang dqibaeanya perlahan keatas meja.

Aya terperanjat saat mendapati Bima kini tengah duduk dihadapkannya dengan beberapa buku yang dibawanya.

"Boleh aku duduk disini?" Bima meminta izin Aya agar diperbolehkan duduk didepannya, padahal itu sungguh tak perlu sama sekali. Karena murid manapun bebas menggunakan fasilitas yang ada disekolah ini.

"Bo- bo- leh." Jawab Aya terbata.

Selanjutnya hanyalah keheningan yang terjadi. Kedua anak remaja yang mulai beranjak dewasa itu hanya fokus pada buku mereka masing - masing.

Tapi percayalah, kedua hati mereka sedang tak baik - baik saja saat ini. Ada debaran - debaran yang sangat kencang didalamnya dan ribuan kupu - kupu yang menari - nari diperut mereka, rasanya sungguh menggelitik.

"Aduh... Jantung aku,"

"Kencang benar nih jantung mompa darah,"

Gumam keduanya dalam hati secara bersamaan.

Kini keduanya saling lirik satu sama lain. Dan sialnya setiap kali mereka salik melempar lirikan, dan saat itu pula keduanya saling memergoki satu sama lain.

"Ekhem..." Bima berdehem hanya sekedar untuk menghilangkan sedikit rasa salah tingkahnya.

Sedangkan Aya? Ia merasakan seakan - akan tubuhnya tak dapat bergerak maupun bergeser dari duduknya.

"Aya!" Bima memanggil lirih gadis dihadapannya.

"Ya?" Gadis itu menahalihkan perhatiannya ke Bima.

"Eeeemmm... Ayo kita pacaran," ucap Bima dengan lugas, dan sedetik berikutnya ia menggigit bibir bawahnya, menyesali ajakan konyolnya.

Aya menganga tak percaya. Kenapa ada cowok yang tak ada basa - basinya saat meminta seorang perempuan untuk menjadi pacarnya.

"Kenapa? Kamu enggak mau jadi pacarku?" tanya Bima yang tak sabar menunggu jawaban Aya.

"Eh? Bu- bu- kan begitu. Aaakuuu..."

"Ya atau tidak?" Bima masih mencecar Aya dengan pertanyaan. Sungguh ia tak sabar untuk Aya menjawabnya.

Dengan wajah malu - malunya, Aya mengangguk untuk memberi jawaban atas pertanyaan Bima.

Senyum bahagia pun terbit diwajah Bima. Akhirnya tak sia - sia ia membuang rasa gengsi dan malunya. Akhirnya ia bisa memiliki gadis ini sebaagai kekasihnya.

Bima berdiri dan menumpuk bukunya. "Makasih,"

Aya yang masih setia memperhatikan hal yang dilakukan pemuda didepannya ini hanya menautkan kedua alasnya.

"Makasih udah mau jadi pacar aku." Bima menepuk pelan kepala atas milik Aya dan langsung berlalu dari hadapan gadis yang sedang mematung dihadapannya.

Beberapa saat kemudian Aya tersadar ketika Bima sudah berlalu cukup jauh darinya. Ia menuputup wajahnya dengan kedua telapak tangannya untuk menyembunyikan rona merah karena bahagia. Ia sungguh tak percaya, ia dan bima sudah resmi menjadi pasangan kekasih.

Akhirnya, cinta dan penantiannya terbalas juga. Aya mengibas - ngibas wajahnya, seolah menghalau rasa panas yang sedang menerpanya. Sungguh ia sangat bahagia.

Bel berbunyi tepat saat Aya memasuki kelas. Dibangku bagian tengah barisan, dapat Aya lihat pemuda yang tadi bersamanya diperpus kini tengah duduk dan bercanda dengan kedua temannya.

Aya berjalan kearah bangkunya saat tatapan Bima mengarah padanya. Seulas senyum tipis ia berikan pada gadis yang beberapa saat lalu telah menjadi kekasihnya. Dan itu berhasil membuat Aya kembali merasakan wajahnya kembali memanas.

Beberapa jam berlalu, tiba saatnya para murid SMA Mandiri mengakhiri kegiatan belajar mengajar.

"Oi Bim! Aku nebeng ya?" Tanpa persetujuan sang empu, Anto naik ke jok belakang motor metik Bima.

Bima mau tak mau memberi tumpangan pada temannya itu. Karena jarak rumah mereka yang berdekatan, jadi hal itu tak menjadi masalah baginya.

Keduanya meninggalkan parkiran dan melaju dengan kecepatan sedang.

"Aisss... Macam kura - kura pun bawa motornya," Anto mulai menggerutu.

"Udah, slow aja diboncengan. Yang penting kita nyampai," sahut bima dengan gaya santainya.

Disepanjang perjalanan, Anto tak Hentinya menggerutu. Hingga akhirnya ia menangkap sosok yang ia kenali dengan kendaraan metiknya. Pantas saja temannya tak ingin cepat sampai rumah.

"Heeeemmm... Pantas aja kayak kura - kura nih motor jalannya. Ada ayang embeb rupanya didepan," Anto mendengus.

"Hahaha..."

Ternyata Anto sudah menyadari tingkah konyolnya.

"Ketawa lagi," sewot Anto.

Dan akhirnya mereka tiba didepan rumah Anto. Sedangkan gadis yang mereka buntuti juga membelokan motornya kerumah gadis itu.

Dengan wajah cemberut Anto turun dari motor Bima. "Jadi?" tanyanya ambigu.

"Jadi apa?" Bima bertanya balik.

"Ck," Anto melengos. Ingin rasanya ia menjitak kepala manusia yang satu ini. "Udah jadi pacar lima langkah belum sama si Aya?" lanjutnya sambil bersedekap.

Bima menatap Anto tanpa ekspresi. Sedetik kemudian ia melajukan motornya meninggaalkan Anto yang tengah melongok tak percaya sudah dikacangi oleh temannya. "Bener - bener dah nih orang,"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ayo beri dukungan kamu dikarya aku ini. Beri like dan komentar kamu. Masukan ke list favoritmu juga ya.

Semoga kamu suka.

Thanks yang udah berkenan mampir kekarya aku.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat terus

2023-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!