Bagian 8

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Usai upacara penyambutan para taruna Akmil dan pembagian perlengkapan TNI, Bima langsung menuju kamar yang sudah ditentukan.

Cleek...

Tampak seorang pemuda seusianya saat Bima membuka pintu kamar tempat ia tinggal selama menempuh pendidikan militer empat tahun ke depan.

Pemuda itu menegakkan badannya dan keduanya saling memberi senyum sebagai sapaan pertama pada teman barunya ini.

"Hai. Baru tiba juga?" Tanya Bima saat ia melihat pemuda di depannya ini masih menyusun barang bawaannya kelemari.

"Iya, baru sepuluh menitan lah." Sahut teman barunya, Ia mengulurkan tangannya. "Gue Yudha, Yudhatama. Asal Jakarta."

Dengan senang hati, Bima membalas jabat tangan itu. "Aku Bima, Bima Arya. Asal Sumatra Utara."

"Woho... Orang Medan?" Seru Yudha.

"Ya daerah Medan, tapi bukan dikotanya, tapi disalah satu desa kecilnya," ucap Bima apa adanya.

Yudha mengangguk paham. Mungkin kedepannya mereka akan lebih saling mengenal lagi mengingat mereka adalah teman satu kamar.

Tok tok tok...

Bima dan Yudha mengalihkan perhatian pada sosok yang kini tengah berdiri didepan pintu kamar mereka yang memang masih terbuka.

"Waahh... Ternyata teman satu kamar gue udah pada kumpul semua." Sosok yang tampak ceria kini masuk ke kamar Bima dan Yudha.

"Belum semuanya kumpul. Dan untungnya kita berempat di kamar ini. Bagus deh kalau gitu. Kalau cuma berdua ngeri - ngeri sedap juga." Yudha menimpali.

"Takut dibilang belok?" Bima menampakan senyum miringnya.

"Nah lo tahu." Yudha menentukan telunjuknya. "Gue Yudha, asal Jakarta. Dan ini Bima, asal Medan."

"Gue Arya Wiguna, asal Bandung." Arya memperkenalkan dirinya. "Yang mana nih tempat tidur gue?"

"Noh masih kosong." Tunjuk Yudha pada dipan tingkat bagian atas dipan Bima.

"Aiss... Dapat diatas lagi." Keluh Arya.

"Kenapa memangnya?" Tanya Bima.

"Gue takut lo nanti kena ompol gue." Kelakar Arya.

"Wah, kacau nih anak. Udah besar tukang ngompol." Bima ikut menimpali.

"Asal jangan ngompol gara - gara yang lain." Ucap Yudha.

Ketiganya saling pandang, dan sedetik kemudian ketiganya saling tertawa karena tahu maksud dari omongan Yudha.

Ha ha ha....

"Gawat lo." Yudha melempar topinya kearah Arya.

Tok tok tok...

Ketiganya menoleh. Kini lengkap sudah formasi mereka. Sosok pemuda jangkung menghampiri ketiganya.

"Hai! Salam kenal, saya Arman, asal Batam. Senang bergabung Dengan kalian." Sapa pemuda itu.

"Salam kenal kembali. Aku Bima Arya, asal Sumatera."

"Gue Yudhatama, asal Jakarta."

"Gue Arya wiguna, asal Bandung."

Keempatnya saling memperkenalkan diri masing - masing. Tampaknya mereka akan menjadi teman akrab kedepannya.

****

Hari ini cukup melelahkan bagi para penghuni asrama. Karena memang ini adalah hari pertama mereka tiba di Magelang. Dan malam cukup larut saat ini, namun mata Bima masih enggan untuk terpejam. Ia menatap ponselnya yang sedari tadi tak ada motif pesan dari orang yang sejak tadi ditunggunya.

"Sekecewa ini kamu sama aku, Ya?" Lirih Bima sambil memandangi foto profil gadis cantik yang tengah tersenyum.

"Aku pikir kita masih bisa berteman baik." Lanjutnya lagi. Kini meletakkan ponselnya begitu saja diatas dadanya. "I love you, Aya." Gumamnya dalam hati dengan mata terpejam.

Ia memandang kolong tempat tidur dimana ada Arya diatasnya.

Bima masakan matanya untuk terpejam, karena esok hari perjuangannya akan segera dimulai.

****

Priiiiiiiittt....

"Perhatian! Persiapkan diri dalam waktu empat puluh lima menit menuju lapangan pelatihan." Ucap seorang senior dengan suara yang menggelegar saat menyambangi kamar para juniornya di pagi subuh ini. "Bagi yang muslim, silahkan ke mesjid untuk menunaikan shalat subuh."

Senior memasuki kamar untuk memastikan para taruna sudah bangun dan merapikan barang para taruna junior.

"Hooaaaammm..." Arya menguap lebar setelah melihat sang senior meninggalkan kamar mereka.

Yudha dengan muka bantalnya mengacak rambutnya. Ia tak menyangka akan bangun sepagi ini ketika menempuh pendidikan.

Beda halnya dengan Bima dan Arman, mereka berdua memang sudah terbiasa untuk bangun subuh.

Keempatnya langsung memasuki bilik kamar mandi untuk membersihkan diri. Dalam bilik kamar mandi terdapat toilet dan bilik juga terbagi menjadi empat sekat yang bisa digunakan para taruna dengan tujuan agar tak memakan waktu lebih lama bila harus menggunakan kamar mandi secara bergantian.

"Kalian mau ke mesjid?" Tanya Yudha pada Bima dan Arman.

"Ya." Jawab keduanya serempak.

"Lo?" Kini pertanyaan tertuju pada Arya.

"Lagi free gue." Sahut Arya cepat.

"Ck. Macam anak perempuan aja pake free segala. Keluar darah sekalian baru nyaho." Sewot Arman mendengar jawaban abstrud dari Arya.

"Dah yok, tar telat." Ajak Bima, saat ia mendengar imam mesjid memulai azan.

****

"Merayap!"

Booommm booommm... Asap mulai mengepul di sekeliling taruna yang sedang melakukan latihan fisik.

"Berguling!"

Dan dengan patuh juga, para taruna mengikuti arahan para pelatih.

Booommm booommm....

Doorrr doorrr doorrr doorrr ....

Terdengar kembali suara bom meledak, dan kini disertai oleh rentetan suara tembakan.

"Astaga Mama...! Baru latihan udah begini." Keluh Arya dan tak dipedulikan oleh teman yang berada didekatnya.

"Merayap!" Terdengar kembali pekikan dari salah satu pelatih.

"Ayo, ayo, ayo merayap, cepat!"

"Kalau bukan demi menuhi ego papa, gue gak mau ngelakuin ini." Gerutu Yudha. Ia sungguh terpaksa mengikuti pendidikan Akmil ini, hanya demi meneruskan cita - cita sang papa yang tak kesampaian.

Arman dengan wajah merahnya menahan lelah, tak sanggup lagi berfikir hal lain meskipun untuk mengeluh sejenak saja.

"Untung bapak selalu paksa aku buat olahraga dulu. Meskipun harus angkat gulungan rumput buat sapi - sapi kesayangan bapak." Gumam Bima sambil terus merayap.

Latihan fisik hari ini sungguh - sungguh melelahkan. Terkhususnya bagi taruna yang belum lama melatih kekuatan fisiknya sebelum masuk ke akademik.

****

"Gila! Gini amat mau jadi tentara. Badan gue pegal semua." Keluh Arya sambil memijit kalinya yang terasa pegal.

"Ho oh." Yudha merasakan hal yang sama dengan Arya. "Besok harus latihan fisik lagi. Kayaknya bakalan tambah berat dari hari ini."

"Emang kalian jarang latihan fisik?" Tanya Bima.

"Enam bulan sebelum masuk Akmil lah."

"Lo masih mending. Lah gue? Siap pendaftaran awal baru latihan. Niat gak niat gue disini." Ucap Yudha dengan wajah yang terlihat lesu. "Demi buat bokap bahagia."

"Apapun alasannya kita ada disini, kita harus bertahan sampai akhir." Bima mencoba memberi semangat pada kedua rekannya yang sudah mengeluh dihari pertama.

"Lah, lo gimana, Man? Diem - diem bae? Gak ada kesan dan pesan gitu?" Arya mengalihkan pertanyaan pada Arman yang sedari tadi hanya diam memandang langit - langit kamar.

"Mau gimana lagi? Ngeluh juga percuma. Toh udah ada disini, mau gak mau harus tetap dijalani. Kalau mau mundur, kenapa gak dari kemaren - kemaren aja?" Arman menatap satu persatu teman sekamarnya.

"Udah lah. Udah waktunya istirahat. Kumpulin tenaga buat latihan besok. Entah latihan seperti apa yang akan kita dapatkan besok." Ucap Bima yang sudah merebahkan tubuhnya. Sebenarnya ia juga merasakan letih, tapi tak separah teman sekamarnya. Karena memang sedari SMP tubuhnya sudah terlatih dalam latihan fisik yang lumayan berat.

...****************...

Ayo beri dukungan kamu. klik tombol jempol dan Deri komentar kamu.

Kritik dan saran author terima.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

TPI BKN ASLI ORG SUMATERA, AYAHNYA ASLI JAWA TUHH

2023-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!