...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bima mengguyur tubuhnya dari sisa - sisa lumpur saat melaksanakan latihan fisik kali ini.
Bima memejamkan mata dan meresapi kesejukan air yang mengalir di tubuhnya.
Siluet bayangan gadis cantik berambut lurus yang kini tengah menampakan senyum indahnya.
Bima menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ternyata tidak mudah mengabaikan rasa cinta yang sudah tumbuh dihatinya dua tahun belakangan ini.
Bima menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Meraih ponselnya yang sejak pagi tak ia sentuh sama sekali.
Dibukanya aplikasi pesan berwarna hijau dan berlogo telepon. Digulirnya satu persatu nomor yang tersimpan, hingga akhirnya terhenti disebuah nomor yang lama tak pernah ia hubungi.
Dibukanya profil yang menampakkan foto gadis yang ia cintai sampai detik ini. Terlihat bahwa gadis itu sedang online saat ini.
Untuk pertama kalinya Bima memberanikan diri untuk mengirim pesan pada sang gadis.
"Assalamualaikum, Aya. Bagai mana kabar mu?"
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit.
Hingga tiga puluh menit berlalu, namun pesannya tak mendapat jawaban. Jangankan dijawab, dibaca pun tidak.
Ditengah penantiannya, ternyata sebuah panggilan masuk tertera di ponselnya. Seketika wajah yang tadinya muram berubah bahagia seketika.
"Abaaangggg...." Pekikan nyaring diseberang telefon berhasil menerbitkan senyum seorang Bima.
"Salam dulu, Dek." Bima mengingatkan.
"Wa allaikumussalam, Abang!"
"Assalamualaikum loh." Bima menggelengkan kepalanya mendengar sahutan sang adik, Kiara.
"Hehehe... Abang, pulang!"
"Belum bisa, Kia. Abang belum libur."
"Yaahhh.... Kia 'kan kangen." Suara Kiara terdengar tak sesemangat saat pertama sambungan telefon terhubung.
"Bentar lagi ya? Nanti kalau udah libur, Abang pulang." Tutur Bima.
"Ok deh. Ini Ibu."
Kini ponsel sudah beralih pada Yanti.
"Halo, Bim!"
"Ya, Bu. Assalamualaikum."
"Wa allaikumussalam. Gimana kabar kamu, Nak? Sehat 'kan?" Tanya Yanti dengan suara yang bergetar. Ia sungguh merindukan putranya ini.
"Alhamdulillah, sehat Bu. Keluarga disana sehat juga 'kan?"
"Alhamdulillah kami sehat. Udah makan kamu?"
"Udah Bu." Sedetik kemudian terdengar kericuhan yang terjadi diseberang sana.
Posisi ponsel pun bergulir dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Bima tersenyum bahagia, ingin rasanya ia berada bersama keluarga saat ini. ia merindukan momen saat - saat sedang berkumpul dengan keluarga kecilnya.
Ternyata tak bertemu beberapa bulan ini, sang adik bertambah cerewet. Banyak hal yang ia tanyakan pada sang ibu.
Dengan posisi ponsel yang masih bertengger ditelinganya, Bima mendengar beberapa ovehan yang berujung perdebatan antara ibu dan anak perempuannya.
Ceklek.
Yudha baru saja keluar kamar mandi.
Melihat teman sekamarnya sudah selesai dengan kegiatan membersihkan diri, sontak Bima melirik jam dinding dikamar. Ternyata waktu sudah mulai larut.
"Halo, Bu!"
"Ya Bim?" Sahut Yanti.
"Bima tutup teleponnya ya? Udah jam sepuluh, takut besok bangun kesiangan."
"Ya udah. Kamu istirahatlah. Jaga kesehatan ya, Nak. Latihan dan belajar yang rajin."
"Iya, Bu. Bima tutup teleponnya ya? Assalamualaikum." Bima menutup teleponnya setelah mendapat balasan salam dari sang ibu.
"Udah berkurang rindunya?" Tanya Arya yang sedari tadi sibuk dengan bukunya, nyatanya ia masih menyempatkan untuk menguping pembicaraan Bima dan keluarganya.
Bima menatap ponselnya yang sudah padam. "Hemm. Sedikit."
"Ck. Kenapa muka lo kecut? Gak ada kabar dari DOI?" Yudha ikut menimpali.
Bima mengangkat pandangannya dan mengalihkannya pada Yudha yang sedang mengeringkan rambut yang mulai memanjang. "Ternyata temen ku udah jadi dukun. Bisa tau isi hati orang."
Yudha melempar handuknya kearah Bima. "Sial! Gue dibilang dukun."
"Eh, Bim! Lo punya adik cewek 'kan?" Tanya Arya.
Bima mengangguk. "Kenapa? Mau kamu pacari?" Tebak Bima.
Tinggal sekamar beberapa bulan ini, sedikit banyaknya mereka saling memahami dan mengetahui tentang teman - teman sekamarnya.
"Pinter." Arya menghentikan jari telunjuknya.
"Kau mau jadi fedofil, Ar?" Kini Arman ikut ambil bagian dalam obrolan mereka.
Arya melirik sinis kearah Arman. "Ck. Jangan sembarangan ngomong ya."
"Ya habisnya. Kau lupa apa pikun, kalau adik ceweknya si Bima masih bocil? Masih piyik banget. Baru netes." Sewot Arman.
"Eh, iya kah?" Arya menegakan posisi duduknya.
"Ck. Selama ini kemana aja?" Ejek Yudha sambil merebahkan tubuhnya ke kasur.
"Makanya, kalau orang ngomong tuh simak bener - bener." Ucap Arman juga mengambil posisi rebahan.
"Ya kalau mau nunggu lima belas tahun lagi gak apa. Adek aku juga bakalan gede." Bima ikut merebahkan tubuhnya.
"Yah. Keburu karatan gue entar." Arya ikut menyusul ketiga temannya keperaduan.
"Belajar dulu yang benar. Titi karir sebaik mungkin. Masalah cewek bakal datang dengan sendirinya kalau isi dompet penuh." Tutur Arman.
"Penuh apa?" Tanya Arya.
"Penuh bon cicilan." Kelakar Yudha.
Keempatnya tertawa. Beruntungnya mereka bisa saling menghibur satu sama lain disaat mereka berada jauh dari keluarga.
Ting...
Notif pesan masuk di aplikasi chat ponsel Bima.
Tak menunggu lama, Bima langsung membuka pesan dari sahabatnya dari orok, Anto.
Tampak sebuah foto dimana seorang gadis sedang duduk bersender dibahu seorang pemuda. Dengan caption:
"Keputusan kamu buat akhiri hubungan dengan Aya udah benar. Jadi gak perlu mikirin tuh cewek lagi. Kejar terus cita - cintamu wahai sobat."
Hati Bima seketika teriris melihat siapa gadis yang berada didalam foto yang dikirim oleh Anto. Aya, gadis yang masih menempati hatinya hingga saat ini, kini tengah menjadikan bahu pria lain srbagai sandaran, yang Bima ketahui bahwa pemuda itu adalah anak kepala desanya
Bima tersenyum miris. "Ternyata gak butuh waktu lama buat kamu lupain aku."
****
Hari ini seluruh taruna masih digembleng dengan latihan fisik. Dan tampaknya mereka sudah mulai terbiasa dengan kerasnya latihan ini.
"Huuffft... Gak sabar rasanya buat nunggu tiga tahun kemudian." Keluh Arya.
"Udah gak usah banyak ngeluh. Ikhlas aja jalaninya. Biar waktu cepat berlalu." Sahut Bima
Kali ini Bima mencurahkan seluruh fokusnya untuk mengikuti pengajaran yang diberikan oleh pelatih.
Bima berharap semoga dengan fokusnya ia bisa mengalihkan pikirannya tentang gadis yang bernama Aya, tetangga depan rumahnya yang kapan saja bisa ia lihat diwaktu yang tidak terduga saat ia mendapat cuti dari akademik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Jangan sampai lupa buat like ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BETUL KATA ANTO, UNTUNG BIMA SDH MUTUSIN AYA, KLO GK, BIMA DIKHIANATI, NNTI SETELAH BIMA TMAT AKMIL, DN JDI PRWIRA MUDA, NYESEL TU SI AYA..
2023-10-22
0
Sulaiman Efendy
TERNYATA SI AYA HNY SGITU SAJA DITINGGAL BIMA, SDH DPTKN PENGGANTI, GMN KLO DITINGGAL TUGAS, PAS UDH NIKAH, PSTI SELINGKUH TU SI AYA.. KYK NOVEL DINIKAHI SERSAN MAYOR, YG TOKOHNYA JUGA BRNAMA BIMA, LNGKAPNYA SERSAN MAYOR BIMASENA.. YG DISELINGKUHI ISTRINYA
2023-10-22
0