Bagian 17

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Masih pukul enam lebih lima belas menit, tapi perut Bima sudah mulai keroncongan. Ia memutuskan untuk membuat sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat dinas.

Haaahhh....

Bima menghela nafas pasrah. Ternyata isi kulkas sudah kosong. Tak ada satupun yang dapat ia santap. Kenapa ia bisa melupakan kebutuhan perutnya ini?

Bima teringat dengan obrolannya kemarin pagi dengan Kapten Ayub, bahwa didekat asrama ada yang menjual makanan untuk sarapan.

Bima bergegas mengambil kunci dan mengeluarkan motornya dari dalam rumah.

"Letnan!" Sapa seorang juniornya. Bima hanya mengangguk sebagai tanggapan.

Ternyata jarak warung yang dikatakan Kapten Ayub cukup dekat. Ia menyandarkan motornya didekat steling dimana terdapat beberapa macam makanan yang dapat ia pilih.

"Mau pesan apa, Mas Tentaranya?" Sapa gadis penjual yang bernama Lily.

"Eeemmm, menunya apa aja?" Bima yang berdiri didekat steling pun melongokan kepalanya untuk melihat menu apa saja yang gadis itu jual.

"Hari ini saya jual nasi uduk, kue basah dan gorengan. Bubur kacang hijau juga ada." Lily menyebutkan barang dagangannya hari ini.

"Emang tiap hari menunya ganti?" Tanya Bima.

"Iya, Mas. Biar pembeli gak pada bosan, jadi menunya sering ganti - ganti tiap harinya." Ucap Lily dengan ramah. "Pagi Pak Rahman! Mau beli apa nih?" Perhatian Lily teralihkan pada pembeli yang baru saja datang, sambil menunggu apa yang akan Bima pesan.

Seperti yang Bima lakukan, pria paruh baya itu sedikit melongokan kepalanya. " Nasi uduk ya ,Ly?"

"Iya Pak." Gadis itu tersenyum ramah.

Cantik.

Mata Bima tak berkedip melihat wajah yang sedang tersenyum itu.

"Nasinya tiga sama kue basahnya lima belas ribu ya, Ly." Pesan pria itu.

"Ok, Pak." Lily membentuk huruf O dengan jarinya. "Kalau Masnya mau pesan apa?" Kini gadis itu bertanya pada Bima yang sedari tadi belum memutuskan apa yang akan dia pesan.

Bima gelagapan saat mendapat pertanyaan dari gadis dihadapannya. "Eeee.... Nasi satu, kue basahnya sepuluh biji sama bubur dua."

Ho? Lapar atau lapar Pak Letda?

"Tunggu sebentar ya."

Bima mengangguk, kemudian ia duduk dikeursi yang tak jauh darinya.

Sambil menunggu pesanan selesai, Bima berselancar dengan ponsel pintarnya. Bukan, bukan sibuk bersosmed. Tapi Bima lebih suka membaca berita online terkini dari berbagai negara. Sepuluh menit menunggu, akhirnya pesanannya sudah jadi. "Berapa semuanya?"

"Semuanya tiga puluh ribu, Mas."

Bima mengambil uang pecahan dua puluh dan sepuluh ribu, kemudian menyerahkannya pada Lily.

"Terima kasih. Besok - besok mampir lagi ya kalau lagi malas masak." Ucap Lily sambil bergurau.

Bima tersenyum geli mendengar ucapan gadis ini. Sepertinya dia tipe gadis yang mudah akrab dengan orang.

"Ly, Abang pesan nasi tiga sama gorenagn sepuluh." Instruksi seorang pria saat Lily membercandainya.

"Oh, iya Bang. Tunggu!" Gadis itu melangkah untuk membuat pesanan pelanggannya.

"Bim. Cari sarapan?"

"Siap. Iya Kapten." Sahut Bima dengan posisi seperti biasa, tegak.

Ayub menepuk pundak Bima. "Santai aja. Gak usah bawa - bawa pangkat kalau lagi diluar."

Bima mengangguk paham. Ternyata ia dan Kapten Ayub memiliki kepribadian yang sama. "Saya duluan Bang." Pamitnya pada Ayub.

"Hemm." Ayub mengangguk. "Semoga suka dengan makanannya. Kalau bisa suka sama orangnya juga." Seringai Ayub.

Bima hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepalanya. Ada - ada atasannya sekaligus tetangganya ini.

Selama Bima bertugas enam bulan terakhir, Ayub sudah bisa melihat karakter dari pemuda itu. Pekerja keras, ulet, penyayang dan sabar. Satu lagi, memiliki rasa rendah hati yang tinggi.

Diluar warung, Bima sudah mendapati beberapa rekannya yang baru saja turun dari motornya. Tampaknya mereka juga pelanggan di warung ini.

"Bang!" Sapa juniornya.

"Ya. Pari sarapan?"

Rekan - rekannya mengangguk.

"Sambil lihat yang jualan." Kelakar seorang rekanan yang seleting dengannya.

Hahaha....

Mereka tertawa. Tapi tidak dengan Bima. Entah mengapa hatinya merasa tak suka dengan perkataan terakhir rekannya.

"Ya udah. Saya duluan. Udah lapar." Bima memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu.

"Ok Bang."

Sayup sayup Bima bisa mendengar sapaan rekannya pada gadis itu dengan balasan yang begitu ramah. Kenapa hatinya serasa tak terima?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Terus beri dukungan kamu biar author lebih semangat buat up bab baru guys....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!