Bagian 3

Bagian 3

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bima berusaha untuk terus mengayuh sepedanya dengan tenaganya yang masih tersisa ditengah teriknya matahari.

Remaja tanggung itu menyusuri jalanan desa yang bebatuan akibat tanah yang tergerus saat hujan tiba.

Dengan dahi yang dipenuhi peluh dan perut yang keroncongan, karena tak sempat masuk kedalam rumah lebih dulu, Bima terus memacu sepedanya kearah puskesmas yang terletak diujung desa.

Sepulang sekolah tadi, saat ia hendak memasuki pagar besi rumahnya, ada tetangga yang memberikan kabar, bahwa sang ibu sedang berada diunit kesehatan desa mereka untuk mendapatkan penanganan persalinan.

Dan tampa meletakan tas ataupun mengisi perutnya, bima langsung menuju tempat dimana ibunya berada.

Braak...

Bima meletakan sepedanya dengan asal dihalaman puskesmas desa. Ia berlari menyusuri koridor puskesmas untuk mencari dimana ruangan sang ibu berada.

Diujung sana, Bima mendapati sosok tetangga depan rumahnya, yang tak lain adalah ibunya Aya.

"Bulek? Apa ibuku ada didalam?" tanya remaja itu dengan wajah yang terlihat panik.

"Iya. Sama bapakmu. Bentar lagi adik kamu lahir, Bim," setelah bulek Sumi berucap begitu, sedetik kemudian terdengar lengkingan tangis seorang bayi yang baru saja lahir.

Oooweeekkk... Oooweeekkk...

"Alhamdulillah..." seru Bima dan bulek Sumi serempak. Keduanya saling bertukar senyum.

Setelah menunggu beberapa saat, keluarlah pak Cipto yang masih menyisakan raut wajah tegangnya. Ia sedikit terperanjat saat mendapati sang putra sudah berada didepan ruang bersalin istrinya, dan masih menggunakan seragam lengkap dan sebuah tas dipunggungnya.

Pak Cipto tersenyum, tampak seksali raut wajah bahagianya. Ia menghampiri sang putra, menepuk pundaknya dan sedikit menekan. "Adik kamu sudah lahir," ucapannya terhenti sejenak, ia menoleh pada bulek Sumi sekilas dan berkata lagi pada putranya. "Sesuai keinginanmu, dia seorang perempuan yang tak kalah cantik dari ibumu,"

Mendpati kabar bahagia itu, Bima langsung meunbruk bapaknya dan memeluk pria yang menjadi pahlawan dalam hidupnya itu. Menyalurkan rasa bahagia yang ia punya saat ini.

Bagaimana tidak bahagia? Setelah sekian tahun menungagu, akhirnya ia bisa memiliki seorang adik. Mengingat seberapa besar perjuangan sang ibu, hingga mengalami beberapa kali keguguran.

"Bima udah boleh lihat princess kecil Bima?" pintanya dengan wajah antusias.

Tak menunggu lama, pak Cipto langsung mengangguk pada anak pertamanya yang sekarang telah menjadi seorang kakak. "Bapak kekamar mandi dulu, mau wudhu sebelum meng-iqamat-kan adikmu." Sekali lagi, pak Cipto menepuk pundak Bima. "Titip istri dan anakku sebentar, Mak Aya,"

Bulek Sumi mengangguk lalu bangkit dari duduknya untuk mengikuti Bima kedalam ruangan bersalin bu Yanti.

"Akhirnya ya, Yan. Lahir juga si adik dengan selamat." Bulek sumi mendekati ranjang pasien yang sudah ada bayi dalam gendongan Yanti.

"Iya, Mak. Akhirnya aku sama mas Cipto dikasih kepercayaan lagi buat punya momongan." Ucap Yanti sambil mengelus pipi putri kecilnya.

"Boleh Bima yang kasih nama, Bu?" pinta Bima yang masih betah memandangi adik bayinya yang masih merah.

Yanti menoleh kearah suaminya yang baru saja masuk. Wanita dua anak itu mendapatkan anggukkan sang suami, pertanda memberi izin.

"Emang kamu udah nyiapin nama?" tanya Yanti pada sang putra.

"Udah," Bima menjawab dengan mantap.

"Siapa?" Tanya ibunya.

"Alika Kiara. Kebenaran yang akan selalu bercahaya." Bima langsung mengecup pipi merah sang adik.

"Nama yang indah, dengan arti yang penuh dengan makna, Bang." Cipto menepuk lembut kepala sang putra sulung. "Sini. Bapak mau iqamat si Kiara dulu,"

****

Kini rumah kediaman keluarga Bima sudah ramai oleh para tamu undangan. Hari ini, Cipto dan keluarga tengah mengadakan aqikahan anggota keluarga baru mereka.

Lantunan ayat - ayat suci Al - Qur'an serta sholawatan sudah terdengar dari dalam rumah yang tak terlalu besar itu. Dan tiba saatnya pemotongan rambut si jabang bayi yang sudah berumur tujuh hari ini.

Sedangakan diluar, Bima sedang berkumpul dengan kedua teman karibnya, Anto dan Rudi. Mereka bertiga membicarakan hal - hal random yang berhasil mendatangkan gelak tawa antar ketiganya.

Hingga akhirnya Bima dan kawan - kawan melihat sosok gadis cantik seusia mereka baru saja keluar dari rumahnya.

"Weesss... Calon pacar si Bima, Rud," Tunjuk anto dengan dagunya.

"Lihat, lihat. Doi lihat kemari. Tapi lihatin siapa ya?" Rudi mulai beraksi.

"Gak mungkin lihat kita lah." Anto menggeplak kepala Rudi.

"Aduh! Sakit be gok!" Rudi meringis sambil mengelus bagian belakang kepalanya.

"Gak usah ngadi - ngadi. Masih piyik juga," sewot Bima, namun tatapannya tak lepas dari gadis remaja yang baru saja melintas diahadapan mereka dengan wajah yang tertunduk.

"Prikiteeeww... Cuit cuit... Aya...!" goda Anto saat remaja itu melintas.

Tanpa menghiraukan godaan dari Anto, Aya terus berjalan menuju kearah rumahnya.

Melihat kejahilan teman - temannya, Bima hanya bisa mencibir kelakuan mereka berdua.

****

Hari - hari terus berlalu, tanpa terasa Bima dan kedua temannya sudah menginjak kelas tiga dibangku SMA.

Mereka bertiga memutuskan untuk melanjutkan sekolah ditempat yang sama. Tak terkecuali juga dengan Aya, ia juga bersekolah ditempat ketiga remaja semprul itu belajar.

Dan disinilah Aya berada. Tepat didepan ketiga temannya semenjak SD, SMP hingga SMA.

"Eh... Ada Aya," Anto yang pertama kalinya menyapa.

Gadis itu tersenyum dengan manisnya. "Eeemmm..." gadis itu sedikit ragu saat bicara pada salah satu pemuda diantara mereka.

"Iya, Aya... Ngomong aja. Kita bertiga siap buat dengerin kamu kog," ucap Rudi dengan tengilnya dan langsung diangguki oleh Anto.

Memang ya, kedua pemuda ini tak ada berubahnya dari dulu sampai sekarang. Dan diantara ketiga pemuda itu, hanya Bima lah yang paling kalem dan memiliki wajah tak kalah tampan dari aktor FTV dengan tubuh tegap tinggi yang lumayan berotot akibat latihan rutin dari olahraganya.

"Eeemm, Bim," Aya sedikit ragu meneruskan ucapannya. Lima menit berlalu, tapi belum ada lanjutan dari perkataan Aya.

"Aya suka sama kamu, Bim. Aya mau kamu jadi pacarnya. Diammmpphh...." Celetuk sari yang tak sabar dengan keleletan temannya. Dan Aya langsung membungkam mulut Sari agar berhenti bicara.

"Woooaaahhh..." Anto dan Rudi berseru dengan girangnya.

"Iya, iya. Bima terima Aya jadi pacarnya kog," jawab Rudi dengan cepat, dan anto hanya mengangguk saja.

Melihat kehebohan teman - temannya, Bima masih bisa duduk dengan tenang dan santainya. Ia masih melihat gadis dihadapannya kini tengah tersipu malu sambil ngedumel dengan temannya.

Nyali Aya seaketika menciut, saat ia melihat Bima sedang menatapnya dengan intens. Ia meremas jari - jemarinya yang mulai berkeringat, menunggu sebuah tanggapan apa yang akan diberikan pemuda yang sejak lama ia sukai itu.

****

Bagaimana tanggapan dan jawaban Bima?

Yuk! Terus ikuti kisahnya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jangan lupa untuk bari dukungan kamu ya. Beri like dan komentar kamu. Dan masukkan kedaftar favoritmu.

Semoga hari - hari kita dipenuhi keberkahan dan kebahagiaan.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KLO JODOH TKKN KMANA,, YG PTG GIAT BELAJAR DLU....GK USH PACAR2AN, BGITU UDH MAPAN, SIAP LAHIR BATIN, LAMAR, NIKAH..

2023-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!