...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"I'm come back." Gumam Bima pada diri sendiri saat ia baru saja keluar dari terminal kedatangan di bandara internasional Kuala Namu.
Ini adalah cuti pertamanya setelah setahun lamanya menempuh pendidikannya di akademik kemiliteran.
Tanpa ragu, ia berjalan menuju salah satu bus yang akan membawanya ketempat pemberhentian dimana nanti ia akan melanjutkan perjalanannya menuju kampung halaman.
Nyatanya perjalanan cukum lama hingga ia kini sudah berada pada sebuah rumah permanen sederhana yang sangat ia rindukan setahun ini.
Bruukkk...
Bima menoleh ke belakang saat mendengar ada sesuatu yang jatuh dibelakangnya.
Senyumnya terkembang saat melihat keterkejutan dari raut wajah sang ibu. Disisi kanannya ada sosok gadis kecil yang sangat ia kenali, Kaira.
"Bi, Bi-ma!" Mata Yanti sudah mulai mengembun. Ia serasa tak percaya putra pertamanya kini sudah berada dihadapannya. Tubuhnya tampak tegap dengan otot - otot yang ketara dari balik seragamnya.
Dengan langkah lebar dan sedikit terburu, Bima menghampiri sang ibu sambil merentangkan tangannya untuk memeluk wanita terhebatnya. "Ibu!"
"Bima! Kamu udah pulang Nak?" Yanti menyambut pelukan hangat itu dengan suara yang bergetar menahan tangis.
"Ya, Bu. Bima pulang." Bima memeluk begitu erat wanita paruh baya itu.
"Kenapa gak kasih kabar kalau mau pulang? 'Kan bapak bisa jemput kamu ke bandara." Yanti menepuk gemas lengan putranya.
"Surprise." Cengir Bima.
"Surprise, surprise. Udah yuk masuk. Bapak belum pulang dari kebun." Ajak Yanti.
Bima tersenyum dan mengangguk. Senangnya bisa bertemu langsung dengan sang ibu. Bima menunduk, kini perhatiannya teralihkan pada sosok yang sedang menatapnya sedari tadi tanpa mengeluarkan suara.
Bima berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan sang adik. "Kenapa bengong?"
Kiara mengedip - ngedipkan matanya lucu. Ia masih ragu dengan pemuda didepannya saat ini. "Ini Bang Bima?"
Pasalnya Kiara tak menyangka bahwa sang abang akan jauh terlihat lebih keren saat menggunakan seragam berwarna hijau army ini.
Bima tertawa geli melihat reaksi adiknya yang tumbuh semakin cantik. "Ia. Ini Bang Bima. Kiara gak kangen gitu? Gak mau peluk?"
"Bang Bima?" Tanyanya lagi.
Bima mengangguk cepat dan kemudian dengan gerakan tak terduga, Kiara langsung menubruk tubuhnya yang terbilang semakin terbentuk dengan otot - otot yang sedikit menonjol.
Bima mengendong sang adik dan membawanya kedalam rumah untuk bergabung dengan sang ibu. Ternyata suasana didalamnya tak jauh berbeda dari saat pertama kali ia meninggalkan rumah ini.
"Makan dulu, Bim. Ibu cuma masak apa adanya karena gak tau kamu bakal pulang. Nanti sore Ibu Masakin masakan kesukaan kamu." Terlihat Yanti tengah menyiapkan piring dimeja makan untuk putranya.
"Apapun masakan Ibu, pasti itu bakal selalu enak buat Bima." Ia menurunkan Kiara pada kursi yang ia tarik. "Bima ke kamar sebentar. Mau ganti baju dulu." Pamitnya, namun terlebih dahulu ia mengecup pucuk kepala sang adik sebelum meninggalkan wanita - wanita cantiknya.
"Assalamualaikum."
"Wa allaikumussalam." Yanti berlalu menuju pintu dapur dimana suaminya kini terlihat masih menurunkan tong - tong yang digunakan sebagai penampung getah karet.
Cipto menatap wajah istrinya yang tampak bahagia saat ini. "Wiiih... Ada yang lagi senang nih?"
"Iya dong, Ibu senang." Senyum Yanti semakin lebar.
"Tentara Bapak udah nyampe?" Tebak Cipto.
"Kog Bapak tahu?" Tanya Yanti heran. Padahal ia belum sempat cerita.
"Tau lah, Bapak gitu loh." Ucap lelaki paru bayah itu bangga.
"Iiih. Curang banget gak kasih tahu Ibu." Kesal Yanti.
"Surprise katanya." Cipto meninggalkan istrinya yang masih manyun.
Dimeja makan sudah tampak anak gadisnya dan putranya yang sedang duduk membelakanginya. Hati Cipto terasa sangat bahagia melihat putra yang ia rindukan dalam keadaan sehat walafiat.
"Udah lama nyampainya, Bim?"
"Bapak!" Bima langsung berdiri dan langsung menghambur kepelukan Cipto.
"Bagaimana perjalananmu tadi?"
"Aman terkendali, Komandan." Kelakar Bima saat pelukan mereka terlepas seraya memberi hormat kepada pimpinannya.
"Kamu ini." Cipto menepuk pundak sang anak. Ia merasa bangga, karena perjuangan sang anak selama masih SMP membuahkan hasil yang memuaskan, hingga sang anak dapat diterima sebagai salah satu taruna di akademik kemiliteran.
Meskipun Bima bukanlah taruna penerima penghargaan dalam pendidikannya, tapi Bima adalah salah satu taruna yang terbaik dari yang terbaik.
****
"Eh, Bima! Waahhh... Baru dapat jatah libur?" Sapa seorang tetangga yang dikenal dengan nama Wito saat berpapasan dengan Bima dijalan.
"Iya, Pakle. Udah kangen banget sama keluarga, setahun gak pulang." Sahut Bima ramah.
"Ya ya ya. Makin keren aja nih badan? Ikut Akmil apa ikut nge-gym?" Kelakar Wito.
"Hahahaha... Palek bisa aja."
"Mau kemana?"
"Nih." Tunjuk Bima kearah Kiara dengan dagunya. "Minta jajan."
"Halah - halah Kia Kia. Biasanya ya pergi sendiri kekedai. Mumpung abangmu dirumah ya? Mau nempel - nempel kayak dulu lagi?" Goda Wito pada gadis cilik berkepang dua ini.
"Ia. Kalau jajan sendiri nanti cuma dikasih uang dua ribu aja sama Ibu." Jawaban Kia terlampau jujur.
"Jadi ceritanya mau ngabisin uang abangmu nih?"
Kiara mengangguk cepat. "Mumpung abang dirumah."
"Hahahaha.... Porotin terus uang abang mu. Nanti habis minta lagi sama ibu, ok?" Ucap Wito memprovokasi.
"Ok." Jawab Kiara cepat.
"Ya udah, Pakle mau ngarit dulu." Pamit Wito.
"Ya Pakle."
Usai saling menyapa, Bima dan Kiara melanjutkan perjalanan menuju kedai jajanan yang sudah dekat.
"Loh, Bim! Udah nyampe?" Sapa Rudi yang kebetulan berada dikedai untuk mengisi bensin eceran dikedai.
Keduanya saling memberikan kepalan pertemanan satu sama lain.
"Iya. Pengajuan cuti di ACC lebih cepat. Mau kemana?" Tanya Bima saat melihat sahabatnya dengan pakaian tempurnya.
"Biasa. Mau balik lagi angkat sawit. Hari ini panen." Jawab Rudi. Bima mengangguk paham.
"Cuti berapa hari?" Tanya Rudi lagi. Kali ini ia sudah mengangkat kembali keranjang yang terbuat dari besi baja dan rantai keatas keretanya kembali.
"Cuma dapat cuti lima hari."
"Dikit bener? Pelit banget mereka kasih cuti calon pereiranya?"
"Hahaha.... Udah sana pergi. Tar dicari juragan Indra." Usir Bima.
"Sialan. Bapakku itu. Ya udah abang berangkat ya, Dek." Ucapnya seakan pamit pada sang istri. Lalu mengenkol motornya.
"Najis. Udah sana. Tar malam kita ngumpul dirumah Anto."
"Loh! Anto pulang juga." Tanya Rudi heran karena memang ia tak mendapat kabar kepulangan kedua sahabatnya. "Waahhh.... Parah kalian berdua gak kasih tahu aku."
"Biar surprise katanya." Jawab Bima enteng.
"Kog berasa aku ini pacar kalian ya?" Rudi memiringkan kepalanya. "Udah ah, aku cabut dulu cari duit biar bisa cari istri." Rudi berlalu dengan membawa motornya yang punya suara yang dapat memekakkan telinga siapa saja.
Bima geleng - geleng melihat kelakuan temannya yang satu itu, tak berubah sama sekali.
Bima mengedarkan pandangannya ke sekeliling mencari keberadaan sang adik. Dan ternyata Kiara sedang sibuk memilih banyak jajanan yang sudah terkumpul di lengan kecilnya.
"Waduh...! Alamat minta tambahan uang saku sama ibu kalau begini." Keluhnya.
Usai memenuhi keinginan sang adik, keduanya kini menuju rumah. Namun dari jarak yang tidak terlalu jauh, Bima dapat melihat sosok gadis yang kini tengah melambaikan tangannya pada seorang pemuda yang kenal bernama Zaki, sang anak kepala desa.
Saat gadis itu hendak berbalik, ia menangkap kemunculan Bima bersama Kiara. Bima bisa menangkap raut wajanh yang terkejut dari gadis itu. Hingga kini jarak mereka sudah tak begitu jauh, dengan senyum Bima menyapa sang mantan. "Hai, Aya!"
"Ha, hai Bim!" Sahut Aya terbata dengan menampilkan senyum kakunya.
"Kak Aya!" Kini Kiara ikut menyapa. Kerena ia dan Kiara cukup akrab.
"Hai, Kia! Wiihh... Habis borong jajanan nih." Aya mencoba mengalikan perhatiannya ke arah Kiara.
"Iya. Abang yang beliin."
"Waahhh... Awas gendut." Ucapnya pada Kiara, namun matanya melirik Bima dari ekor matanya.
Keren.
Satu kata itu yang terlintas di otaknya. Meskipun Bima sering berpanas - panasan dilapangan hingga membuat kulitnya menjadi sedikit menghitam, namun tak hal itu melunturkan wajah tampannya, malah terlihat semakin seksi di mata para gadis.
Apakah Aya menyesal telah berpaling ke lain hati?
...****************...
...Jangan lupa beri dukungannya....
...Beri like dan komentar kamu. Masukan kelist favorit kamu....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PASTI ADA NIAT PNGN BALIKAN TU SI AYA, GOBLOK KLO BIMA MAU TRIMA AYA LAGI, DMN HRGA DIRI TNI YG TRIMA BARANG BEKAS.. TU AYA TK MNGKIN PACARAN CMA JLN2,, NONTON, NONGKRONG DOANK, PSTI UDH CIUM2AN DN PELUK2AN, SYUKUR2 GK ZINAH..
2023-10-22
0
Yunia Afida
semangat terus
2023-05-12
2