Flash back on
Hari ini Gerald mengkhususkan jadwalnya untuk mengunjungi perusahaan untuk terakhir kali. Ia berniat untuk membuka agenda pergantian pemimpin.
Dengan hati yang lapang ia membuat agenda rapat mendadak. Seluruh investor ia wajibkan untuk hadir di tunggu paling lambat jam 21.00. Perintahnya.
Sebenarnya sudah sejak lama ia memikirkan untuk mendapatkan penggantinya sebagai pemimpin di perusahaan. Karena saat flo berusia 16 tahun, ia akan banyak menghabiskan waktunya mendampingi flo di Forecaster Academy. Namun kewajibannya di perusahaan ini juga bukan hal kecil.
Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu bagaimana ia menebak naik turunnya saham dan produk apa yang akan laris di pasaran. Hingga perusahaannya sukses dan berjaya seperti sekarang.
Dengan kemampuan lainnya ia bisa dengan sangat mudah menghandle perusahaannya bahkan tanpa seorang pemimpin sekalipun atau bisa saja ia memberikan sahamnya kepada orang lain.
Namun jika hal tersebut terjadi, akan sangat banyak pertanyaan dari pemegang saham yang lain. Walaupun perusahaan ini di bangun sebagai kedok kehidupannya, akan tetapi ada ribuan nasib karyawan bergantung pada perusahaannya.
Tepat pukul 21.00 semua anggota sudah terkumpul. Rapat dimulai dan berakhir dengan keputusan Andre lah sebagai pengganti Gerald.
Andre ada lah manager divisi perencanaan, dengan wibawa dan kejujurannya yang tinggi ia sangat pantas untuk menggantikannya.
Setelah rapat selesai semua orang keluar ruangan. Gerald melirik jam tangannya pukul 21.50. Saatnya ia pulang. Kewajibannya sebagai kepala sekolah dan kakak dari seorang flo menunggunya.
"Selamat ya ndre!" Ucap Gerald sembari mengulurkan tangannya.
"Terimakasih banyak pak, anda sudah memberikan kepercayaan yang sangat besar kepada saya." Sahut Andre terharu.
"Tapi bapak mau kemana?" Tanya Andre heran dengan keputusan Gerald yang tiba tiba ingin meninggalkan perusahaan dan hanya menjadi pengamat.
"Sudahlah, kau tak perlu tau. Ingatlah, aku akan selalu menuntut hasil kerjamu walaupun aku berada di belahan bumi lainnya!" Ancam Gerald jenaka.
Andre hanya tersenyum dengan rasa terimakasih yang sangat besar. Ia tidak menyangka bisa mendapatkan keberuntungan luar biasa seperti ini. Ia hanyalah seorang bartender di sebuah cafe sebelum mengenal Gerald, bagaimana bisa nasib begitu memihak nya. Dengan segenap hati ia akan mempertaruhkan nyawa untuk perusahaan ini. Pikirnya.
"Lihat, bagaimana aku bisa tidak memilih mu?" Tambah Gerald membalas isi pikiran Andre yang sangat tulus.
"Eh...i..iya pak!" Sahut Andre terbata, karena sadar sepertinya Gerald menyahut isi pikirannya.
Jangan jangan gosip yang mengatakan Gerald bisa membaca pikiran orang lain tersebut benar adanya. Pikir Andre lagi. Tapi ia berusaha mengacuhkan prasangka nya. Yang terpenting sekarang adalah menjalankan perusahaan dengan baik dan tidak mengecewakannya.
Gerald tersenyum dan berbalik meninggalkan Andre. Nicolas asisten pribadinya berusaha mengekor , namun terhenti saat tuannya berbalik.
"Oh yaa, untuk kamu Nicolas sekarang tuanmu adalah Andre. Ikuti semua kata katanya seperti kamu mematuhi ku. Jadi tinggal lah dengannya. Aku bisa pergi sendiri." Sela Gerald.
"Tapi tuan bagaimana?" Tanya Nicolas khawatir.
"Saya bisa sendiri, antarkan saja mobilku kerumah dan berikan kuncinya kepada Robert." Tambah Gerald menyebut kepala pelayan rumahnya.
"Baik tuan." Jawab Nicolas patuh.
Dengan langkah ringan Gerald berjalan masuk ke lift dan berteleportasi ke Forecaster Academy.
Pukul 22.00 ia bediri didepan gerbang masuk Forecaster Academy dan melenggang masuk melewati lapangan yang luas namun tiba tiba ia terduduk lemas di tengah lapangan. Ia merasa dirinya baik baik saja jadi sudah bisa di pastikan ada masalah dengan adiknya!
Dengan sekuat tenaga bangun dari dari duduknya mencoba berpikir sejenak pukul 22.00 harusnya ia berada di ruangan Athur! Dengan sekelibat mata ia berteleportasi dan tiba didepan pintu Athur.
Ia mendobrak pintu Athur. Gerald masuk dengan mata yang awas melihat adik kesayangannya tergolek lemah di atas ranjang dan seketika menubruk Athur dengan keras.
"Apa yang kau lakukan padanya brengsek!" Teriak Gerald gusar.
Flash back off
Athur menghembuskan napas keras.
"Aku bisa menjelaskan semua dude! Ini bukan seperti apa yang kau pikirkan!" Balas Athur juga berteriak. Sudah cukup Markeva menuduhnya, ia tidak terima jika Gerald juga menuduhnya yang bukan bukan.
"Baiklah, sebaiknya jelaskan dengan sejelas jelasnya. Karena jika tidak aku akan memastikan tulang rusukmu patah!" Hardik Gerald sembari mundur melepaskan cengkeramannya.
"Ia baru saja masuk keruangan ku 10 menit yang lalu, kami bahkan belum memulai pelajaran dan dia ambruk di depan mataku badannya panas ia demam! Jadi hal yang bisa ku pikirkan adalah memanggil Markeva. Puas?" Tuturnya.
Dengan tatapan tidak percaya ia mengalihkan pandangannya ke arah Flo yang masih belum sadar, kemudian mendekatinya dan duduk di sisi yang berlawanan dengan Markeva.
"Apa sakitnya parah?" Tanya Gerald menuntut jawab Markeva.
"Apa perlu kubawa kerumah sakit?" Tanya Gerald yang membuat gurat kening markeva terangkat pertanda bahwa pertanyaannya barusan menyinggung perasaan Markeva.
"Tenanglah Mr, ia hanya butuh istirahat. Saya sudah mengoleskan ramuan pendingin suhu badan ke tubuhnya. Ia akan segera sadar." Tutur Markeva dengan sabar.
Athur menatap ketiga orang di depan matanya. Kamarnya jadi ramai gara gara gadis ini! Pikirnya masam.
"Bagaimana urusanmu di New York?" Athur bertanya memecah suasana hening.
Gerald menatap Athur sesaat dan menjawab.
"Semuanya baik baik saja, tidak ada yang perlu kupikirkan lagi." Jawabnya sekenanya.
"Syukurlah." Gumam Athur.
Selang beberapa lama Flo terbangun, bingung melihat keadaan sekelilingnya dan mencoba untuk bangun.
"Tenanglah, jangan bangun dulu tubuhmu masih lemah." Perintah markeva.
"Tapi...kakak? Sejak kapan ada di sini? Aku dimana?" Tanya flo dan kemudian mengingat kejadian sebelum ia pingsan, ruangan Athur tentu saja!
Seketika flo menatap Athur dengan pandangan tidak suka. Ia harus membangun perisai sekarang, jika tidak kakaknya dan semua orang disini akan mendengar apa yang ku pikirkan. Pikir flo.
"Sudah mendingan?" Gerald bertanya dengan raut wajah terlihat jelas khawatir.
"Iya kak, sepertinya sudah mendingan." Jawab Flo singkat.
"Minumlah!" Ucap Markeva sembari menyodorkan air putih di atas nakas tempat tidur Athur.
Flo mengambil air yang di sodorkan Markeva dan meminum setengahnya.
"Terimakasih!" Ucap flo sembari menyerahkan gelas ke tangan Markeva.
"Pulanglah ke kamarmu dan istirahat!" Perintah Markeva.
"Tapi aku ada kelas dengan Mr.Patterson madam." Tolak Flo setengah senang.
Cih. Padahal ia sama sekali tidak ingin melanjutkan kelas dengan pria itu lagi. Pikirnya.
"Jangan pedulikan dia baby girl, ayo kita ke kamarmu sekarang!" Ucap Gerald sembari merengkuh Flo dan menggendongnya.
"Aku bisa jalan sendiri ka." Tolak flo halus.
"Diam lah!" Gerutu Gerald tanpa mempedulikan keinginan flo.
Sebelum keluar kamar Gerald sempat sempatnya menatap Athur dengan tatapan tajam, Awas kau urusan kita belum selesai.
Athur hanya melengos kesal melihat kelakuan Gerald yang menurutnya kekanak-kanakan itu. Cih. Andai saja bukan sahabat sudah ku tonjok tu muka! Pikir Athur kesal.
"Kau juga tidurlah!" Perintah Markeva pada Athur.
"Oh ayolah markeva!" Balas Athur jengah. Ia yakin Markeva masih saja mencurigainya karena kejadian tadi.
Markeva melenggang keluar dari kamar Athur. Ia juga harus istirahat, tidak terhitung berapa murid yang sudah di obati nya hari ini. Semakin hari tubuhnya semakin lelah.
Athur menutup pintu kamarnya dengan kasar sepeninggal ketiga orang tersebut.
Huh menyebalkan! Pikirnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments