Tepat pukul 15.00 Flo sudah berada di ruang makan berhadapan dengan Demico seperti biasa. Demico yang khawatir dengan ketidak hadiran flo di kelas olahraga, membuatnya lega sekaligus penasaran dan tidak tahan untuk tidak bertanya.
"Are you okay baby girl?" Tanya Demico dengan nada yang jelas di penuhi kekhawatiran.
"Heumhh." Balas flo sekenanya sembari menyuap appetizer di depannya.
"Kenapa tidak masuk kelas olahraga?" Tanya Demico seolah tidak tau keadaan flo.
"Kau tau alasannya Dem, berhenti menggangu makan siang ku, aku lapar demi Tuhan!" Balas flo mulai jengah.
"Apa sakitnya sudah mendingan?" Tanya Demico mengacuhkan ulti flo barusan, bukan Demico namanya jika mendengarkan penolakan flo.
"Heumhh." Balasnya lagi.
"Hamm hem ham hemm!" Ledek Demico.
Dengan begitu barulah Demico diam makan dengan tentram.
Setelah makan siang flo berniat kembali kekamar karena tidak ada kelas lagi.
Demico masih membuntuti flo. Berjalan di samping Flo sembari menyamakan langkah.
"Kau mau kemana?!" Hardik flo melihat tidak ada sekelebat niat pun untuk Demico menjauhinya.
"Aku hanya ingin mengantarmu kekamar mu saja." Balas Demico tidak memedulikan wajah kesal flo.
Flo mengacuhkan Demico dan terus berjalan seolah tidak ada org di sampingnya.
Sesampainya di pintu kamar, ia berbalik dan masih melihat Demico berdiri seperti ingin masuk juga.
"Kamu nggak mau pergi? Udah sampai lho?" Ucap flo menyadarkan Demico.
"Ups..sorry." Balas Demico dengan seringaian jenakanya.
"Heumhh." Entah sejak kapan satu kata itu sudah menjadi senjatanya untuk menjawab Demico.
"Okay, take care baby girl...see you soon!" Balas Demico berlalu ke sayap kanan dengan riang.
Ya ampun, sampai kapan ia akan terus begitu. Pikir flo heran.
Flo merebahkan kembali badannya, rasa lelah di tubuhnya terlalu berat. Ingin rasanya ia ke ruangan Gerald tapi kakaknya itu sedang keluar sekolah entah ada urusan penting apa yang harus ia selesaikan. Ia mencoba memegang dahinya, panas. Sepertinya ia demam. Ingin rasanya malam ini libur saja, tapi mengingat wajah Athur yang menyeramkan ia mengurungkan niatnya.
Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat. Dan di sini lah ia sekarang, di depan pintu Athur tepat pukul 21.50.
"Masuklah! Kau mau menunggu sampai sepuluh menit di depan sana!" Teriak Athur dari dalam.
Flo lupa di mana ia berada, ck lucu sekali. Pikirnya. Kalau tau begini ia akan melangkah dengan ritme yang pelan saja. Pikirnya lagi.
Dengan enggan ia membuka pintu Athur dan kembali duduk di depannya.
Flo terlihat memakai overall set rok dengan warna pink dan putih, lebih manusiawi. Pikirnya.
"Ku dengar kau membuat masalah lagi hari ini, heh?" Tanya Athur dengan pandangan sinis.
"Heumhh." Jawab flo singkat.
"Heumhh? Kata apa itu?" Athur bertanya dengan menyerngit.
"Iya!" Tambah flo singkat dengan wajah malas.
"Bangga jadi adik kepala sekolah? Segitu bangganya hingga membuatmu pamer kekuatan?" Rentet Athur.
Flo hanya diam tak bergeming, toh ia sudah menganggapku buruk sejak awal? Untuk apa aku menjelaskan sesuatu yang sudah ia tarik kesimpulan lebih dulu? Pikirnya. Dan ia merasa sangat bersyukur sudah membangun perisai sebelum duduk di depan pria menyebalkan ini.
"Kenapa diam?" Tanya Athur yang tau pasti makhluk di depannya ini sedang berpikir buruk tentangnya, karena ia membangun perisai!
"Kurasa kita bukan di ranah saling berbagi masalah mr? Kalau kau keberatan mengajariku, aku akan keluar sekarang." Balas flo geram, entah dapat keberanian dari mana hingga membuatnya bertutur seperti itu.
"Well, wahhh..kau luar biasa bukan?" Ledek Athur dengan gaya menyebalkan.
"Tahukah kau dengan sikap egois mu itu, aku yang harus mengajarimu ilmu pertahanan? " Tambahnya lagi dengan sangat menyebalkan.
"Tidak bisakah kau tidak membuat ulah satu hari saja?" Tambahnya lagi.
Air mata flo mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak bermaksud menyusahkan siapapun, ia juga tidak bermaksud menyombongkan diri sebagai adik kepala sekolah? Apa untungnya buat dia? Kenapa semua orang menganggapnya sama? Tidak bisakah ia dilihat sebagai flo saja? Rasanya begitu menyakitkan.
"Kenapa? Tidak bisa menjawab?" Hardik Athur.
Flo berdiri perlahan berpaling menuju arah pintu. Ia berniat meninggalkan ruangan ini, air matanya sudah menetes.
"Kau berani mengacuhkan ku heh?" Teriak Athur sembari menggebrak meja.
Namun baru saja ia berniat mencekal flo, tiba tiba tubuh flo ambruk di depan matanya.
"Brakk!!!" Tubuh flo terkulai lemas.
"Brengsek!" Umpat Athur sembari meloncat dari kursinya mendekati tubuh flo yang terkulai lemas.
"Hey...wake up!" Seru Athur panik.
Ia meraba kening flo.
"Shitt..!" Ia kembali mengumpat saat merasakan suhu tubuh flo yang sangat panas.
Ia demam! Kenapa gadis bodoh ini keras kepala sekali, harusnya dia ke UKS kalau tau sakit begini. Pikir Athur geram. Dan sekelebat rasa bersalah menyusup ke relung hatinya, mengingat perkataannya tadi. Mengapa ia begitu geram dengan sikap flo? Entahlah.
Dengan segera ia memapah tubuh ringan Flo dan meletakkannya di ranjang. Dengan segera ia bertelepati memanggil Markeva.
Selang beberapa saat Markeva datang dengan peralatan medisnya dan segera duduk di samping tubuh Flo.
"Apa yang ia kerjakan sampai ambruk seperti ini?" Markeva bertanya dengan tatapan menuduh.
"Dia bahkan belum memulai pelajarannya Markeva!" Sahut Athur keras, ia tidak sudi jika harus disalahkan.
"Gerald akan sangat marah melihat adiknya seperti ini Athur!" Balas Markeva tidak senang. Belum berganti hari dan gadis ini sudah 2 kali bertemu denganku. Pikirnya sedih.
"Oh ayolah Markeva, kau tidak percaya perkataanku?" Tanya Athur gusar.
"Bukan tidak percaya Athur, ia sudah 2 kali seperti ini. Pertama karena Arnold, sekarang di jam pelajaranmu? Kau pikir apa yang akan di pikirkan kakaknya? Kau tau dengan pasti bagaimana sikap Gerald jika menyangkut adiknya?" Tutur Markeva dengan tatapan seolah mengatakan kau jangan cari masalah dengannya.
Jadi ia juga sakit di jam pelajaran Arnold? Ia hanya mendengar desas desus bahwa flo membuat masalah lagi tanpa mau mendengar apa penyebabnya! Hah...bagus sekali Athur. Kau bahkan lebih buruk dari Arnold. Pikirnya getir.
Ia bahkan mengingat kembali kata kata kasarnya barusan. Apa yang akan Gerald pikirkan melihat adiknya lagi lagi sakit di jam pelajaran? Dengan Arnold ia pikir tidak masalah, karena ia tau dengan pasti dua makhluk berbeda generasi tersebut memiliki masalah sejak dulu. Tapi dengan dia? Dia dekat dengan Gerald. Ia memulai kelas yang sama dengan Gerald. Ia berteman dengan sangat baik.
Dan benar saja, tidak beberapa lama kemudian pintu Athur kembali di buka dengan bunyi gebrakan yang keras. Tentu saja Gerald! Kenapa kakak beradik ini sama saja? Sangat tidak punya sopan santun dengan daun pintunya. Pikirnya masam.
Gerald masuk dengan mata yang awas. Dan seketika menubruk Athur dengan keras.
"Apa yang kau lakukan padanya brengsek!" Teriak Gerald gusar.
Oh...malam yang panjang. Pikir Athur sembari mendesah berat.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Bakulgeblek
😅
2024-03-12
0