Pukul 00.15 Forecaster Academy
Flo merebahkan tubuh lelahnya setelah mengganti pakaian dengan piyama motif Stitch biru miliknya.
Tulangnya seolah retak karena kegiatan yang begitu melelahkan. Terutama kelas Athur! Memusatkan pikiran untuk membangun perisai begitu melelahkan.
Belum lagi tabiat gurunya yang menyeramkan, tidak ada ampun! Ingin rasanya ia menyerah. Tapi melihat pandangan Athur yang meremehkan membuat flo tidak sudi untuk menyerah.
Ia menghembuskan napas dengan kencang, berharap semua beban di pundaknya terangkat. Pelan tapi pasti matanya mulai tertutup dan seketika tertidur lelap. Kali ini dia tidak bermimpi buruk lagi. Syukurlah.
Pukul 06.00 jam pasir berbunyi kicauan burung yang nyaring, ia dengan sangat tidak rela beranjak dari ranjang.
"Okay, i am wake up! Ucapnya pada jam pasir yang seketika hening.
Dengan enggan ia melangkah masuk kekamar mandi, setelah ritual panjang seorang perempuan di pagi hari. Akhirnya ia duduk di depan cermin rias dengan wajah yang sudah siap untuk memulai hari.
Pukul 06.50 iya keluar kamar menuju ruang makan. Ini adalah hari yang baru, perjalananmu masih panjang Flo! Tekadnya pada diri sendiri.
Selang beberapa lama ia duduk di ruang makan, dengan tentu saja Demico didepannya.
"Sepertinya hari ini akan menyenangkan baby girl!" Seru Demico mengerling nakal.
Sebenarnya flo sangat jengah berdekatan dengan Demico, apalagi ia memanggil flo dengan panggilan yang sama dengan kakak nya! Sangat menyebalkan. Pikirnya.
Ia mengacuhkan Demico, mencoba mengedarkan pandangan ke tempat para mentor berada. Ia mencari kakaknya! Namun pandangannya terhenti pada Athur. Athur memakai Celana hitam, Sweater hitam ketat sampai dagu jasnya ter sampir di pegangan kursi. Ia sangat seksi. Glek.
Tanpa di duga pandangan mereka bertemu. Seketika Flo memalingkan wajahnya, sadar akan sangat memalukan jika Athur mendengar pikiran kotornya.
Tepat pukul 07.00 sarapan dimulai, ia dan murid lainnya dengan patuh makan secara bersamaan tanpa ada suara mengobrol hal yang tidak penting. Kenapa? Karena 5 menit untuk makanan pembuka 5 menit untuk makanan utama dan 5 menit untuk makanan penutup. Jika ada murid yang sempat sempatnya mengobrol maka sudah di pastikan makanan di depannya hilang tanpa ia sadari.
15 menit sarapan mereka selesai. Tanpa di instruksi semua murid keluar menuju kelas masing-masing.
Dengan langkah lebar flo berjalan menuju kelas pertahanan, tentu saja di ikuti Demico dengan langkah riangnya.
"Mengacuhkan ku baby girl? Ughh...rasanya sangat menyakitkan. Drama Demico sembari memegang dada kirinya.
"Come on, dem...aku lagi nggak mood buat bercanda!" Balas Flo tanpa mengalihkan pandangan, ia tetap fokus pada jalan yang ia lewati.
Demico tidak menggubris tolak kan flo, ia masih menyerocos semaunya. Flo terus berjalan tanpa menjawab Demico lagi.
Sesampainya di kelas pertahanan, hal yang mereka lihat adalah sebuah meja panjang yang di buat seperti panggung di tengah ruangan. Tidak ada kursi atau apapun selain panggung itu. Apa apaan ini? Apakah mereka tidak perlu duduk?
Mentor kali ini adalah Mr.Arnold, ia berdiri tepat di samping panggung dengan rambut hitam klimis, kulit putih pucat dan pakaian serba hitam ia sangat menakutkan dengan pandangan nyalang seperti itu seolah sudah siap menerkam. hih. Flo bergidik seram.
Tanpa di beri aba aba semua murid berbaris rapi membentuk 4 barisan panjang dan dengan sialnya flo berada di barisan terdepan, disampingnya tentu saja Demico, Felly dan murid laki laki lain.
"Well, selamat datang di kelas pertahanan diri! Perkenalkan saya Mr.Arnold yang akan mengajari kalian ilmu pertahanan dan nantinya pasti ada ilmu menyerang tentunya." Tambahnya dengan seringai menyeramkan.
"Tentunya ilmu ini hanya butuh praktek, jadi...tidak ada sistem catat mencatat." Imbuhnya menjawab pertanyaan semua murid kenapa tidak ada meja, kursi dan papan tulis seperti layaknya kelas yang lain.
"Dan....tanpa bertele tele, mari kita praktekkan ilmu mempertahankan diri terlebih dahulu." Setelahnya ia mencontohkan cara membangun perisai agar mantra musuh tidak bisa mengenai tubuh.
Sepertinya ilmu yang kamu ajari tadi malam berguna Athur! Flo dengan mudah mengusai perisai, tentu saja!
Sepuluh menit pelajaran berlangsung Mr.Arnold memanggil salah satu murid untuk mendemokan ilmu perisai, dan itu adalah murid di samping felly.
"Kamu! Naik ke panggung!" Titah mr. Arnold.
Dengan takut takut, murid yang belakangan diketahui bernama Jonathan maju dengan langkah lemah dan naik ke panggung.
"Berdiri disana!" Perintahnya lagi.
"Tegakkan punggungmu!" Tambahnya lebih seperti berteriak.
Jonathan menegakkan tubuhnya dengan cepat, tangannya bergetar!
"Ingat pusatkan pikiran, lindungi diri dengan benar!" Seru Mr.Arnold. Ia menyeringai!
Semua murid menyaksikan dengan seksama dan jantung berdebar debar. Semua menunggu dengan tegang.
Jonathan berusaha sekuat tenaga memusatkan pikirannya untuk membuat pelindung diri. Nyawa taruhannya!
"DIANDRUM REFIOLUS (terbang)!" Mr.Arnold meneriakkan mantranya dengan nyaring, seketika Jonathan terlempar ke atas dan mengenai langit langit gedung. Gedebuk! Terdengar bunyi keras.
Jonathan masih melayang dengan wajah merah padam. Ia gagal.
"Well, ternyata tidak ada yang benar benar mendengarkan!" Teriak Mr.Anorld dengan mata nyalang nya.
Tentu saja! Aku saja perlu berjam jam! Brengsek! Flo menggeram kesal. Yang benar saja.
"FORTUNA (bebas)!" Mr.Arnold kembali memantrai Jonathan, seketika Jonathan jatuh dengan bunyi gedebuk yang sama. Jonathan turun menahan rasa sakit dan malu.
Mr.Arnold mendesah kesal. Ia kembali menyuruh semua murid berlatih membangun perisai. Dengan sungguh semuanya berlatih, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit! Mr. Arnold kembali berdiri di panggung.
"Sudah cukup?" Tanyanya lebih terdengar seperti pernyataan.
"Well, untuk kali ini kita akan mencari relawan. Jadi? Siapa yang akan suka rela sebagai pendemo?" Mr.Arnold bertanya dengan seringaian nya.
Entah perasaan flo saja, ia seperti memandang flo dengan penuh kebencian. Entahlah.
Semua murid diam, tidak ada yang bergeming. Flo ragu, apakah ia ingin suka rela maju? Bagaimana jika ia terpental seperti Jonathan? Ugh...memalukan.
Ditengah keraguan flo, tangan Demico hampir mengacung ke atas. Tidak! Ia tida mau Demico terluka. Pikir flo, entah dari mana pikiran itu berasal.
"Saya!" Flo berteriak dengan lantang mengejutkan Demico yang sudah bersiap membuka mulut.
Seketika semua mata memandang flo, lagi.
"Hei ratu pencari perhatian, kau tidak bosan mencari masalah?" Ejek Nicole.
Flo memandang sang empu suara, tentu saja Nicole!
"Diam kau rubah betina, apa kamu sudah lupa dengan wajah merahmu? Mau ku tambahkan warna lain, heh?" Balas flo kesal. Kalau tidak terpaksa juga ia tidak akan seperti ini. Pikir flo gusar.
Murid yang lain terkikik mendengar dialog mereka. Tentu saja, melihat Nicole yang cerewetnya minta ampun jadi ciut seperti itu merupakan hal yang seru.
Nicole beringsut mundur, ia masih ingat betapa baunya ramuan yang harus ia oleskan ke wajahnya yang cantik dan pahitnya obat berwarna hijau yang Markeva berikan kepadanya. Ia tak ingin mengulang penderitaan yang sama lagi. Tidak, tidak akan pernah. Walaupun mulutnya masih gatal ingin meledek Flo tapi ia tahan. Awas kau flo!
Berpaling dari Nicole, hendak melangkah ke depan.
"Are you okay baby girl? Bagaimana kalau aku saja?" Demico mencegah Flo dengan tatapan benar benar tulus, ia tak mau Flo terluka. Hei sejak kapan Demico seperti ini!
"I am okay dem, ini hanya demo!" Sahut Flo menenangkan.
Ia menepis tangan Demico dan berjalan kedepan dengan yakin. Ya, ini bukan apa apanya di banding pelajaran Athur bukan?
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments