07.00 AM Forecaster Academy
Flo POV
Seolah mengulang masa SMA, euforia akan masa orientasi kembali menguak ke permukaan. Gugup, kali ini aku benar-benar gugup. Ku pegang kancing teratas kerah ku, mematut kembali wajah di cermin. Aku bisa! Ucapku pada diri sendiri sembari berbalik dan berjalan keluar kamar. Hal pertama yang ku lihat adalah pemandangan anak seumuran ku dengan raut wajah yang sama berjalan dengan cepat. Okay, you are not alone flo!
Aku berjalan mengikuti kerumunan yang sepertinya bernasib sama denganku, anak baru. Ck. Setelah susah payah berdesakkan dengan siswi lain, akhirnya sampai lah kami di sebuah aula besar. Sangat besar, hingga ku pikir bisa main bola disini.
Oke, kembali ke aula...sepertinya ini adalah ruang penyambutan siswa siswi baru. Sejauh mata memandang, terlihat siswa siswi yang sepertinya adalah senior kami duduk mengelilingi kami yang berdiri di tengah layaknya penonton sepak bola.
Di tengah keributan dan saling berdesakkan, terdengar bunyi terompet di tiup dan memekakkan telinga hingga membuat susana hening. Refleks semua siswa siswi memandang ke depan, ke arah asal suara.
"Attention please!" Seru seorang wanita paruh baya yang betuliskan Mrs.Markeva di depan mejanya.
"Sebelumnya perkenalkan saya Markeva wakil kepala sekolah Forecaster Academy, dan di sebelah saya adalah kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah ini Mr.Gerald John Austin!
Gerald berdiri dan memberi hormat sekilas.
"Hari ini adalah hari penting untuk sekolah kita, hari di mana semua wajah baru ini akan mengemban ilmu baru dari sekolah kita!"
" Kembali saya perkenalkan sejarah sekolah ini, Forecaster Academy adalah sekolah untuk para peramal dan penyihir berbakat dari semua belahan dunia. Yang telah lama berdiri bahkan saat nenek moyang kita masih hidup. Adapun tujuan sekolah ini adalah, menempa kemampuan sihir dan peramal baru untuk bisa mengendalikan kekuatannya."
" Maka dari itu, suatu kehormatan besar untuk kami melihat wajah baru anda semuanya, karena itu artinya akan banyak peramal dan penyihir berbakat yang akan menghuni sekolah ini!"
"Untuk mempersingkat waktu, saya menyampaikan tujuan berkumpulnya kita semua disini adalah untuk menentukan ke kelas mana kalian akan masuk. Peramal atau penyihir?
"And Show begin!"
Seketika sekelebat cahaya putih bersinar terang di depan podium, setelah cahaya itu hilang muncul lah sebuah tongkat kristal berwarna hijau jambrud berdiri dengan tegaknya dan sebuah bola kristal putih melayang di sampingnya.
"Berbaris!" Perintahnya sembari mengayunkan tangan, seketika kami membentuk barisan panjang. Wow.
Sebenarnya secara garis besar penempatan kelas itu tidak sulit. Siswa dan siswi hanya perlu mendekatkan tangannya ke dekat dua benda itu, jika kemampuannya adalah penyihir maka tongkat jambrud akan melayang ke tangannya dan sebaliknya.
Hanya saja siswa dan siswi ini berjumlah 500 orang! Coba bayangkan bagaimana panjangnya antrian ini.
Aku melangkah maju entah untuk yang keberapa kalinya, tangan dan kakiku sudah keram. Hingga tiba saatnya giliran ku.
Aku mendekat dengan jarak semeter di depan kedua benda itu, dan mengangkat tangan kanan ku di depan dada. Semenit berlalu, tidak ada perubahan apapun kedua benda itu sama sekali tidak bergerak. Glek. Aku mulai resah. Ku pandangi wajah seseorang yang berdiri tepat di podium, kakakku. Terlihat wajahnya pucat pasi.
Seketika aku menunduk. Aku tidak berani memandang manik matanya, apa jadinya kalau ternyata adiknya kepala sekolah sama sekali tidak memiliki kekuatan? Mau taruh di mana muka ku.
Kerumunan di belakangku mulai rusuh dengan berbagai macam komentar buruk.
"Bukannya dia adik Mr. gerald yaa? Harusnya dia punya kekuatan lebih besar daripada kita dong yaa? Apa jadinya kalau dia sama sekali tidak ada apa-apanya? Lalu bagaimana ia akan menjalankan isi ramalan itu?"
"Shhh....bisa diam tidak!" Seru seorang perempuan pirang di belakangku.
Jujur, ini adalah saat tergugup di hidupku. Tanganku mulai berkeringat dingin. Oh my, tidak bisa kah hidupku lebih tenang dari ini?
Ditengah kekalutanku, tiba-tiba cahaya putih terang mengelilingi dua benda di depanku dan secepat kilat melesat berputar ke udara hingga membuat teriakan riuh di seluruh ruangan.
Aku tertegun dan tanpa sadar mengangkat kedua tanganku untuk menggapainya, seketika itu pula kedua benda itu melayang ke arahku yang dengan sigap ku tangkap dengan kedua tangan.
Ku hembuskan napas panjang, lega benda itu tidak terlempar ke wajah atau mengenai tubuhku.
Hening, ruang dengan sejuta umat itu sama sekali tidak bersuara lagi. Ku coba untuk mengitari pandangan ke seluruh sudut ruangan. Semua orang menatapku?
Ku tatap wajah Gerald, lagi. Ia sama bingungnya dengan wajah wajah yang lain.
Semenit kemudian, keheningan itu berubah menjadi keriuhan yang lebih dari sebelumnya.
"Oh my God, bagaimana bisa!"
"Sepertinya ramalan itu benar!"
"Aku belum pernah melihat kejadian seperti ini!"
Dan banyak lagi komentar-komentar yang terus keluar dari mulut semua orang di ruangan itu.
Aku tertegun, hingga Lily mendekat ke arahku dan melepaskan kedua benda itu dari tanganku. Ia menarik tanganku ke luar aula. Di ikuti dengan Gerald dan yang mentor yang lain.
Sementara itu Markeva menenangkan kembali keriuhan di ruangan itu dan melanjutkan pembagian kelas.
Aku berdiri kaku di tengah ruangan kepala sekolah, kakak ku Gerald.
Di lain sisi ruangan aku mendengar kakak ku, Lily dan mentor yang lain berdebat.
"Come on dude, kita punya peraturan!"
" Iya, tapi bagaimana dengan penempatannya?"
"Dia punya dua kekuatan masukkan saja dia di dua kelas"
"Bagus sekali, dan keputusanmu akan membuat semua peraturan di sekolah ini goyah!"
"Jadi apa yang harus kita lakukan?"
"Aku tidak mau mendengar ada nepotisme di sekolah ini!"
Okay, aku masih berdiri di ruangan ini. Mereka membicarakan ku, tapi sepertinya mereka tidak sadar orang yang mereka bicarakan ada di sini, di ruangan yang sama dengan mereka.
Setelah perdebatan yang panjang, kakakku dan mentor yang lain keluar dengan wajah berbeda beda. Aku memandang Lily lebih lama daripada yang lain, berharap aku bisa menemukan jawaban dari nya. Tapi, nihil.
"Ms Austin!" Seru Gerald.
Aku berdiri lebih tegap dari sebelumnya, dan menghadapi kakak ku dengan serius.
"Yes sir!"
Setelah mendengar semua keputusan dari semua mentor, kamu akan di masukkan ke kelas penyihir.
Deg. Penyihir? Apa itu artinya aku akan punya sapu terbang? Topi panjang? Ck.
"Tapi,...Gerald menekankan kata empat huruf itu dan menatap ku lebih dalam.
"Tepat pukul 22.00-23.00 malam, kamu akan mempunyai jam pelajaran tambahan dengan mr. Patterson. Untuk lebih jelas nya nanti Abigail akan menyampaikan semua nya kepadamu.
Berhubung mr. Patterson sedang dalam perjalanan, pelajaran tambahan mu akan di mulai besok lusa. Tepat pukul 22.00 Abigail akan menjemputmu di kamar dan membawamu keruangan nya . Sampai di sini, apa kamu mengerti?
"Yes sir!"
" Bagus, kamu boleh kembali ke Aula." Gerald berujar.
Dengan tergesa-gesa aku keluar ruangan, meninggal kan sayup sayup perdebatan yang masih berlanjut dari dalam ruangan. Oke, pertama yang harus ku laku kan ada lah mengingat dimana kah Aula tadi? Bodohnya aku berjalan menunduk mengekor Lily.
Aku berdiri di koridor dan melihat sekeliling. Kanan? Kiri? Oh my, seandainya aku punya telpon seluler yang mana tidak berguna di sini mungkin saja aku bisa menelpon lily dan minta untuk di antarkan, ck.
Di tengah ke kalutan ku memilih kanan atau kiri. Seseorang menepuk bahu ku.
"Butuh bantuan girl?"
Aku berbalik dan seketika terkejut melihat sang empu suara.
"Kamu?!"
Senyum miring di bibirnya membuat ku merasa dunia tidak lagi berputar. Demico.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Bakulgeblek
blm diajari telepati kok y? 😅
2024-03-12
0
garis miring untuk istilah
2023-04-02
0