Bab 10

Menjadi seorang sekuriti di sekolah membuat Ali berencana mengumpulkan bukti-bukti untuk membawa kasus kekerasan yang menimpa putranya ke pihak kepolisian.

Selain mencari bukti Ali juga berniat memberikan pelajaran kepada Perundung di sekolah, dan menjadi pelindung bagi para siswa yang selama ini selalu menjadi korban Perundungan.

Ali selalu menyisir setiap ruangan kelas saat jam istirahat, karena ia yakin jam istirahat dalam waktu bagi para Perundung untuk melakukan aksinya.

Bukan hanya ruang kelas, Ali juga memeriksa ruangan lain yang jauh dari pantauan guru.

*Argghhh!!

Seorang siswa berteriak, Ali segera bergegas mencari sumber suara itu.

Seorang siswa tengah merangkak seperti seekor anj*ng membawakan rokok untuk si Perundung.

*Brakkk!!

Ali sengaja menggebrak pintu toilet dan menguncinya untuk memberi shock terapi kepada si Perundung.

Benar saja para Perundung begitu ketakutan melihat kedatangan Ali yang terlihat seperti seorang polisi yang hendak menangkap seorang penjahat.

"Bawa rokok itu kemari!" serunya membuat para Perundung langsung memberikan rokoknya

Ali menampar satu persatu para Perundung dan menyuruh mereka berjemur di bawah tiang bendera hingga jam istirahat usai.

Semenjak kedatangan Ali di sekolah itu, membuat kasus kekerasan di sekolah mulai berkurang.

Setelah menolong para korban bullying Ali selalu meminta para korban bullying untuk menjadi saksi di depan kepala sekolah untuk mengungkapkan para pelaku bullying di sekolah.

Namun tidak semua korban berani bersaksi di depan kepala sekolah. Tentu saja alasannya mereka takut akan mendapatkan tidak kekerasan yang lebih sadis jika berani mengungkapkan identitas si Perundung.

"Aku sangat berterimakasih karena Om sudah menolong ku dari para Perundung itu. Tapi maaf Om aku tidak bisa bersaksi di depan kepala sekolah. Aku harus bersekolah di sini sampai lulus om, karena ibuku tidak punya cukup uang untuk pindah sekolah. Jadi maaf,"

Ali mengerti apa yang dirasakan para korban bullying.

"Tidak apa-apa, aku juga tidak akan memaksamu menjadi saksi," jawab Ali

Diam-diam seorang wakil kepala Sekolah menyuruh seorang siswa untuk memata-matai Ali.

Lelaki itu diam-diam menghubungi Max dan memberitahukan sepak terjang Ali selama menjadi satpam sekolah.

"Jadi dia sengaja bekerja di sekolah agar bisa mencari bukti untuk menghukum putraku. Jangan harap kau bisa menyentuh putraku lagi Ali!" seru Max

Wakil kepala sekolah berusaha mengambil hati Max dengan memberikan janji jika ia akan memberikan hukuman yang ringan jika memang Ali akan mengungkap kasus Darren kepada kepala Sekolah.

"Aku minta bantuan mu untuk mengurus kasus ini, aku harap kau bisa bekerja lebih baik dari Median agar aku bisa mempromosikan dirimu sebagai kepala sekolah tahun depan,"

"Tentu saja Tuan, percayakan semuanya padaku, aku pasti akan mengurusnya dengan baik," jawan wakil kepala sekolah

Siang itu sepulang sekolah Ali menemui kepala sekolah. Ia membawa hasil visum dari rumah sakit dan juga resume dokter tentang penyebab Beni koma.

Ia juga menghadirkan beberapa orang saksi yang melihat kejadian hari itu yaitu Aldi dan dua orang siswa lainnya yang bersaksi untuknya.

Ali memberikan bukti-bukti Darren melakukan bullying, dengan meminta beberapa orang siswa bersaksi di depan kepala sekolah.

Kepala sekolah menelpon Max dan memberitahukan tentang bukti-bukti yang dibawa Ali.

Pria itu tampak kesal saat kepala sekolah terus memintanya datang ke sekolah.

"Bedebah sialan, bagaimana ia tidak bisa menghandle satu orang. Padahal aku sudah memberikan banyak untuknya tapi apa balasannya!"

Kembali ponsel Max berdering membuatnya benar-benar menggila.

"Tuan, aku mohon anda bisa segera ke sekolah. Saya sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk membela Darren. Tapi sepertinya orang seperti ku sudah tak bisa berbuat banyak lagi dan sekarang saatnya anda yang menghadapinya.

Aku yakin anda bisa memberikan alibi yang lebih konkret dan masuk akal,"

Max segera mematikan ponselnya dan meminta Ansel untuk menyiapkan mobilnya.

Ia buru-buru memasuki mobilnya dengan wajah serius.

Hanya butuh waktu setengah jam Ansel dan Max tiba di gedung SMA Tunas Bangsa.

Pria itu mempercepat langkahnya menuju ruang kepala sekolah.

Di sana Ali dan beberapa orang siswa yang menjadi saksi Sudah menunggunya.

Kepala sekolah menyambutnya dengan hangat dan menarikkan kursi untuknya.

"Silakan Tuan,"

Max membaca beberapa dokumen yang tergeletak diatas meja dengan teliti.

"Itu adalah resume dokter tentang penyebab Beni koma dan hasil visumnya,"

Max mengangguk dan menatap para siswa di depannya.

"Sebaiknya kalian kembali ke kelas saja, karena aku tak mau kalian mendengar sesuatu yang seharusnya tidak boleh kalian dengar!" seru Max

Ali menahan mereka dan justru meminta mereka membuka pakaiannya untuk menunjukkan bekas luka akibat kekerasan yang dilakukan oleh Darren kepadanya.

Max hanya mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar cerita para siswa.

"Sepertinya tidak mungkin jika Darren melakukan Perundungan terhadap mereka semua seorang diri, aku yakin ada seseorang yang membantunya atau yang memerintahnya melakukan hal itu. Jadi saya minta anda juga harus menghadirkan mereka agar putra saya tidak menjadi satu-satunya tersangka dalam kasus ini," ucap Max dengan santai

Meskipun sudah banyak menunjukkan bukti kekerasan fisik yang dilakukan Darren namun Max tetap membela putranya agar tidak mendapatkan hukuman.

Lelaki itu tetap bersikeras agar Ali mendatangkan para pelaku lain selain Putranya.

*Brakkk!!

Max tampak terkejut saat melihat Ali menggebrak meja karena sudah tidak tahan dengan sikap arogannya.

"Aku yakin kau sengaja melakukan semua ini agar aku merasa bimbang. Tapi sayangnya anda salah, jika kalian tidak mau menyelesaikan masalah ini secara intern maka saya akan melaporkan kasus ini kepada pihak yang berwajib. Aku yakin dengan bukti-bukti ini sudah cukup untuk menyeret anak kesayangan mu ke penjara anak!" ancam Ali kemudian meninggalkan tempat itu.

Kepala sekolah sengaja melimpahkan masalah Perundungan ini kepada Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

Wakil kepala sekolah kesiswaan yang pro terhadap Max, sengaja memberikan hukuman ringan kepada Darren berupa skorsing selama satu minggu.

Hal itu dilakukan untuk menghindari aksi para keluarga korban untuk melakukan demo di sekolah dan juga menutup mulut Ali agar tidak terus berkoar.

Meskipun awalnya Max kecewa Karena Darren harus diskorsing namun wakil kepala sekolah meyakinkan jika itu adalah langkah terbaik untuk menutup mulut Ali agar tidak melaporkan masalah ini kepada pihak kepolisian.

Meskipun Max bersikeras bisa mengurus semuanya, namun wakil kepala sekolah memastikan jika skorsing ini tidak akan memberikan efek apapun terhadap Darren.

"Sebagai seorang yang bijak, aku yakin bapak akan memilih opsi ini. Dengan begitu Darren terhindar dari hukuman penjara. Anda juga akan tetap mendapatkan simpati dari masyarakat karena mau menghukum putra anda meskipun anda punya kekuatan untuk bisa membelanya. Jadi tidak ada ruginya untuk anda Tuan, anggap saja ini sebagai aksi pencitraan untuk tetap menjaga nama baik keluarga anda,"

Mendengar penjelasan Wakil kepala sekolah, Max setuju dengan tawaran tersebut.

Meskipun Ali merasa skorsing satu Minggu itu tak adil namun Ali mencoba menerima hukuman tersebut.

Ia berharap dengan kejadian ini Darren akan berubah.

Terpopuler

Comments

Yuli Eka Puji R

Yuli Eka Puji R

ini kaya karyamu di sebelah thor cm bedanya yg atu kembar dan orang tuanya ga bs apa",dan yg ini orang tuanya bs bertindak

2023-05-19

2

𝐙⃝🦜ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ

𝐙⃝🦜ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ

ringan kali hukumanya😪

2023-05-15

0

💜_Vicka Villya_💜

💜_Vicka Villya_💜

penjilat 👎

2023-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!