TERNYATA AYAHKU SEORANG JAGOAN
Seorang pria tua tampak begitu semangat saat meniup lilin ulang tahunnya. Ya... hari ini adalah hari ulang tahun Raden Wijaya Hari Aji.
Meskipun bukan keturunan ningrat namun Hari begitu bangga menyandang nama Raden sebagai lambang kebesaran keluarganya.
Ditengah kebahagiaannya menerima berbagai macam hadiah dari anak dan menantunya, ia begitu terkesiap saat menerima hadiah dari menantu anak bungsunya Ali.
"Apaan ini!" Seru Hari saat menerima sebuah hadiah multivitamin dari Ali.
"Itu multivitamin ayah bagus buat kesehatan ayah, jadi kalau ayah mengkonsumsi suplemen itu ayah gak gampang sakit-sakitan lagi," jawab Ali
*Brakk!!
"Dasar menantu kurang ajar bagaimana mungkin kau mendoakan ayah mertuamu sakit-sakitan!" seru Hari kemudian melemparkan multivitamin pemberiannya.
"Haish, dasar menantu kere, dimana-mana mertua ulang tahun itu kasih kado motor, mobil, ini malah multivitamin benar-benar mengsad!" sindir Dirga menantu terkaya keluarga tersebut
"Harusnya aku tak memberikan restu saat kamu saat merengek meminta menikah dengan sampah itu. Selain hidupmu menderita aku juga harus menanggung malu karena memiliki menantu yang bekerja sebagai seorang buruh serabutan. Sebaiknya kau bercerai saja dengan Ali, lagipula kamu ini cantik, dan sangat terpelajar aku yakin masih banyak pria di luar sana yang tertarik denganmu," tutur Hari menasihati Regina putrinya
Ali begitu muak saat mengetahui sang mertua selalu memprovokasi istrinya untuk bercerai darinya. Ia memilih meninggalkan ruangan itu daripada harus mendengar hinaan mereka.
"Ayah kenapa berbicara seperti itu, lagipula ini adalah kehidupanku jadi aku yang berhak mengatur hidupku sendiri. Meski Mas Ali memang orang yang tidak bisa membahagiakan aku secara materi setidaknya ia masih mau bertanggung jawab dan tetap menyayangi kami," jawab Regina
"Terserah kamu saja Re, tapi jika kamu gak keberatan kamu boleh tinggal di sini lagi. Dengan begitu uang yang seharusnya buat bayar kontrakan bisa kamu pakai untuk kebutuhan Beni dan Dayu," ucap Hari
"Iya ayah nanti aku akan bicarakan dengan Mas Ali," jawab Regina
Melihat Suaminya yang memilih duduk di beranda rumah membuat Regina segera pamit pulang dan mengajak anak-anaknya pulang.
Setibanya di rumah wanita itu langsung mengajak Ali berbincang di kamarnya.
"Kenapa sih sikap mas seperti itu, gak baik kan saat bertamu mas malah duduk di depan rumah bukannya di dalam," ucap Regina
"Aku hanya berusaha menjaga hatiku Re, aku tak mau menjadi menantu durhaka yang membenci ayah mertuanya karena selalu menghinanya, itulah alasan aku memilih menepi," jawab Ali berkaca-kaca
"Aku tahu perasaan mu tapi setidaknya kamu bisa kan menahannya sebentar," jawab Regina
"Memangnya belum cukup selama ini aku selalu menahan semuanya. Kau tahu ayah dan semua keluargamu selalu menghinaku saat aku berkunjung ke rumah itu, kau bahkan tak pernah membelaku malah seperti mengiyakan perkataan mereka, tanpa menghiraukan perasaan ku," jawab Ali
Tidak lama Beni keluar, pemuda itu sebenarnya ingin meminta Ali mengantar ke rumah temannya, namun melihat pertengkaran mereka membuat ia mengurungkan niatnya dan menyambar kunci motor yang tergeletak di meja
" Mau kemana malam-malam begini?" tanya Ali
"Ada kerja kelompok," jawab Beni datar
"Memangnya kerja kelompok apa sehingga harus dikerjakan malam-malam begini?" tanya Ali
Namun Beni tak menjawab dan berlalu pergi.
"Ah dasar brengsek, kenapa ia selalu saja tidak sopan padaku!" gerutu Ali
Pukul satu dini hari, Ali terjaga saat mendengar suara sepeda motor berhenti didepan rumahannya. Ia segera keluar dan melihat Beni baru pulang dengan baju acak-acakan dan bau rokok.
"Kenapa jam segini baru pulang memangnya kamu ngerjain apa sih sampai larut malam begini. Dan juga kenapa tubuh mu bau rokok, apa kamu sekarang mulai merokok?" tanya Ali
"Ayah tak perlu tahu urusan anak muda, lebih baik ayah cari duit saja yang banyak biar kami bisa hidup layak!" sahut Beni kemudian membanting pintu kamarnya
*Brakkk!!
"Semakin hari kenapa sikapnya semakin kurang ajar," ucap Ali menghela nafas
Saat kembali ke kamarnya ia melihat Regina terjaga dan duduk di bibir ranjangnya.
Wanita itu kemudian menyampaikan pesan ayahnya yang memintanya untuk kembali tinggal bersamanya, namun Ali menolak karena ia mau hidup mandiri tanpa campur tangan kedua orangtuanya.
"Keadaan perekonomian kita makin ke sini kan semakin sulit, gimana kalau kita pindah lagi aja ke rumah ayah, kan kita jadi bisa menghemat uang kontrakan, lumayan kan uang satu juta bisa kita pakai untuk keperluan anak-anak sekolah," tutur Regina
"Aku gak mau Re. Apa kamu mau selamanya tergantung sama orang tua kamu. Bukankah lebih enak kita tinggal di rumah sendiri, apapun keadaannya tetap saja kita bebas melakukan apapun di sini tanpa campur tangan orang tua," jawab Ali
"Selalu saja begitu, percuma hidup mandiri kalau istri juga yang harus turun tangan cari nafkah. Bukanya punya suami aku hidup enak malah aku harus ikut campur banting tulang menghidupi keluarga!" gerutu Regina kemudian segera membalik posisi badannya membelakangi suaminya
"Dari dulu sudah aku katakan kalau kamu gak mau kerja juga gak papa, aku gak pernah nyuruh kamu kerja. Tapi kamu sendiri yang ngotot mau kerja, terus kalau begini kenapa aku yang harus disalahin?" sahut Ali
"Tentu saja, karena kalau aku gak kerja terus buat biaya hidup sehari-hari dari mana. Kalau ngandelin dari kamu kita bisa mati kelaparan!" seru Regina kemudian menutupi tubuhnya dengan selimut
"Ah sial!" pekik Ali kemudian segera bangun dari ranjangnya dan memilih tidur di sofa.
Pagi harinya seperti biasa Ali tampak sibuk menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya yang hendak pergi ke sekolah.
"Nasi goreng sudah siap!" seru Ali dengan wajah sumringah
"Asyik, makasih ayah," ucap Dayu begitu senang menerima nasi goreng buatan ayahnya
"Aku gak mau sarapan, bosan. Masa tiap hari selalu makan nasi goreng memang gak ada yang lain apa!" ujar Beni
"Gak ada Ben, tadi kalau kamu request pasti ayah sisain nasinya," jawab Ali sembari mengamati wajah lebam Beni
"Kenapa dengan wajahmu, apa ada seseorang yang memukulmu?" telisik Ali
"Kemarin aku jatuh saat main futsal," jawab Beni
"Oh begitu rupanya, apa kamu mau ayah buatkan roti bakar?" tanya Ali
"Gak usah,!" seru Beni kemudian beranjak dari duduknya
"Kalau gitu bawa saja bekal ayah," Ali buru-buru memberikan kotak bekalnya kepada putranya, namun Beni menampiknya hingga kotak bekal itu jatuh ke lantai
"Tidak perlu, memangnya aku anak Tk apa bawa bekal segala!"
"Kalau kakak tidak mau biar buat Ayu aja yah," ucap Dayu segera memungut kotak itu dan memasukannya ke tasnya
Melihat istrinya keluar dari kamarnya, Ali kemudian memberikan seporsi nasi goreng kepadanya, "Ini sarapannya sayang,"
"Hari ini aku gak sarapan, soalnya ada meeting pagi jadi aku buru-buru," tandas Regina segera bergegas keluar dan menyalakan sepeda motornya.
Ali hanya menghela nafas melihat kepergian Regina dan Beni.
"Apa aku harus kembali menjadi tentara bayaran lagi, agar semua orang menghormati ku dan tak memandang ku sebelah mata?" gumamnya dengan tatapan mata sendu
"Ayah, ayo kita jalan, nanti telat loh!" seru Dayu membuyarkan lamunan Ali
"Iya nak," jawab Ali kemudian mengambil tas ranselnya dan bergegas meninggalkan rumahnya.
Setelah mengantar Dayu ke sekolahnya, Ali menuju ke tempat kerjanya.
Baru saja ia menggunakan pakaian kerjanya, tiba-tiba ponselnya berdering. Hisyam, wali kelas Beni mengabarkan jika Beni mengalami kecelakaan saat olahraga.
Ali terlihat begitu panik setelah mendengar kabar tersebut. Wajahnya yang biasanya begitu bersemangat tiba-tiba mendadak sayu seperti seorang pemuda yang baru saja kehilangan kekasihnya.
Berkali-kali ia sampai tak bisa menyalakan sepeda motornya karena begitu tegang hingga seorang rekannya menawarkan diri untuk mengantarnya ke sekolah Beni.
Setibanya di sekolah istri dan mertuanya sudah tiba di sana lebih dulu.
Mereka tengah menjelaskan kronologi kejadian bagaimana Beni jatuh. Hisyam kemudian mengajak mereka ke klinik sekolah tempat Beni di rawat.
Melihat kondisi Beni, Ali menemukan beberapa kejanggalan di tubuh putranya. Ia mulai membandingkan penjelasan Hisyam dengan luka ditubuh putranya. Ali mulai memandang curiga kepada Hisyam yang tak berani menatapnya saat menjelaskan kronologi kejadian yang menimpa putranya.
"Putra anda jatuh saat gagal melompat di ketinggian 140 cm," ucap Hisyam kemudian memalingkan wajahnya
Sebagai seorang tentara bayaran Ali tak mempercayai ucapan pria itu seratus persen. Ia kemudian memeriksa luka yang dialami oleh putranya tersebut dan mulai menganalisisnya.
"Aku yakin ini bukan kecelakaan, tapi sebuah upaya pembunuhan,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-07-28
1
🏖⃟⃞🌺 _᩸ _ᷢ
keputusan yg tepat, buat apa ngumpul kalau akhirnya hanya bertengkar.
2023-06-08
0
🏖⃟⃞🌺 _᩸ _ᷢ
kasih restu kok nyesel, gmn sih..?
2023-06-08
0