Ali menghentikan motornya di parkiran sepeda motornya setibanya di SMA Tunas Bangsa tempat Beni bersekolah.
Lelaki itu segera menuju ruang guru untuk bertemu dengan Ilham.
Saat melintasi Selasar ia melihat beberapa pintu ruang kelas terbuka. Kebetulan Ali tiba saat jam istirahat sehingga ia bisa melihat bagaimana para siswa bercengkerama dan bermain saat guru tak mengawasi mereka.
Pria itu melihat beberapa kamera cctv di sepanjang Selasar.
Karena penasaran, Ia berhenti sejenak untuk mengamati beberapa siswa yang menghabiskan jam istirahat di didepan kelas dengan bersenda gurau dengan teman-temannya.
Seketika atensinya teralihkan saat melihat kelas Beni. Lelaki itu kemudian mendekati kelas itu dan melihat aktivitas siswa di dalamnya dari bibir pintu.
Ali tersenyum melihat beberapa siswa yang terlihat menikmati makanannya di dalam kelas ataupun sedang merayu gebetannya.
Ali terkesiap saat seorang siswa melambaikan tangan kepadanya.
"Saya?" Ali menunjuk dirinya untuk memastikan siswa itu benar memanggilnya
"Haish dasar OB sialan, cepat kemari!" seru Darren dengan suara lantang
Ali segera masuk dan menghampiri pemuda itu.
"Belikan aku rokok seperti biasa!" seru Darren kemudian memberikan selembar uang lima puluh ribuan kepadanya
"Maaf tapi aku...." belum selesai Ali menjawab ucapan Darren pemuda itu sudah memotongnya
"Sepertinya kamu OB baru, pantas saja aku tak pernah melihatmu,"
Darren memperhatikan penampilan Ali dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Ia kemudian mengulangi perintahnya kepada Ali yang dianggapnya sebagai office boy baru.
"Belikan aku sebungkus rokok A Mild menthol, ambil saja kembaliannya," ucap Darren
"Maaf nak, tapi aku bukan OB. Dan juga jangan merokok di masa pertumbuhan karena tidak baik untuk kesehatan," jawab Ali kemudian mengembalikan uang itu kepadanya
Darren tertawa saat mendengar nasihat dari Ali. Ia justru meminta lelaki itu untuk memperbaiki dirinya sebelum menasihatinya.
"Dasar pria miskin tak tahu diri, perbaiki dulu hidup Lo sebelum menasihati orang lain. Orang miskin aja sok nasihatin gue!" seru Darren dengan sombongnya
Ali mencoba menahan emosinya saat mendengar hinaan pemuda itu.
Darren yang gagal meminta Ali membelikan rokok untuknya kemudian menyuruh salah seorang siswa untuk membelikan rokok tersebut. Namun siswa itu menolak dengan alasan takut di keluarkan dari sekolah jika ketahuan oleh Guru.
Darren menjadi marah saat siswa itu menolak perintahnya. Ia kemudian memukul kepala siswa itu membuat Ali seketika menghentikan langkahnya.
Ali melihat Darren beberapa kali memukul dan menendangnya karena siswa itu tetap menolak untuk membelikannya rokok.
"Dasar pecundang, beraninya kau menolak perintahku!" serunya sembari menendangi pria itu.
Awalnya Ali tak peduli dengan kelakuan Darren yang merundung temannya.
Namun saat lelaki itu merundung siswa lainnya membuat pria itu tak bisa tinggal diam.
Ali menahan lengan Darren saat ia kembali hendak melayangkan tinjunya.
Darren menyeringai dan berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Ali.
"Jangan pernah ikut campur urusan kami, ingat ini urusan anak sekolah jadi pihak luar dilarang ikut campur!" seru Darren menatap nyalang kearah Ali
Ali kemudian melepaskan tangan Darren dan meninggalkannya.
Tentu saja melihat kejadian ini membuat Ali jadi mulai mencurigai Darren sebagai pelaku tindak kekerasan terhadap putranya.
Melihat Darren kembali merisak teman-temannya , membuat Ali segera bergegas ke ruang guru untuk memanggil wali kelas agar melerai mereka.
Mendengar laporan Ali, Ilham hanya bersikap santai dan menganggap hal itu sebagai hal biasa.
"Wajarlah Pak anak-anak kalau jam istirahat, aku yakin mereka hanya bercanda," tandas Ilham
"Tapi ini dia tidak bercanda, aku sudah mencoba melerainya tapi ia tak mendengarkan ku karena aku bukan gurunya. Aku yakin dia akan mendengarkan anda. Jadi tolong hentikan bullying yang di lakukan anak itu, agar tidak ada korban lagi seperti Beni!" pinta Ali sedikit memaksa
Melihat Ali yang terus memaksanya membuat Ilham akhirnya mau mengikutinya ke ruang kelas Darren.
Darren segera berhenti memukuli temannya saat melihat kedatangan Wali Kelasnya.
Pemuda itu berdecak kesal saat mendengar Ali mulai mengadukan perbuatannya kepada Ilham.
"Sial, kenapa orang miskin itu masih di sini," gumamnya seraya menatap jengah kearah Ali
"Lihatlah anak itu, tidak ada orang bercanda sampai memukuli temannya sendiri hingga babak belur seperti ini. Apa anda masih menganggap ini sebagai candaan semata?" ucap Ali memperlihatkan kondisi korban bullying kepada Ilham
"Aldi, apa benar Darren sudah membully mu?" tanya Ilham
Aldi tampak ragu saat hendak memberitahukan apa yang dilakukan Darren kepadanya. Melihat wajah bengis Darren membuat pemuda itu lebih memilih menyangkal tuduhan Ali.
Pemuda itu memilih tak mempermasalahkan perundungan yang menimpanya karena itu sudah biasa. Hal yang lebih menakutkan adalah jika ia mengiyakan ucapan Ali maka Darren akan menyiksanya dua kali lebih menyakitkan dari biasanya.
"Tidak pak, kami hanya bercanda," jawab Aldi menggerakkan bibirnya yang tampak berdarah
Darren tersenyum mendengar pengakuan Aldi. Kini tatapannya beralih kembali ke Ali. Pemuda itu cukup senang karena berhasil mempermalukan pria itu.
"Sekarang bapak dengar sendiri kan pengakuan dari Aldi. Jadi sekali lagi saya tegaskan kepada anda bahwa tidak ada bullying di sekolah kami. Kalau saja ada siswa kami yang berkelahi seperti ini, itu hanya bercanda saja dan tidak serius. Apalagi sekarang jam istirahat wajarlah jika anak lelaki seusia mereka melakukan hal itu. Kita juga dulu pernah kan melakukannya bukan," tandas Ilham
Melihat kejadian hari itu dan sikap santai pak Ilham semakin memperkuat kecurigaan Ali terhadap tindak kekerasan yang dialami putranya hingga menyebabkan Beni koma.
"Sebaiknya kita kembali ke ruang guru untuk melihat cctv sekolah sebelum jam istirahat selesai," ajak Ilham
"Maaf Pak Ilham, sepertinya lain kali saja saya lihat cctv nya karena ada hal penting lain yang harus saya urus," jawab Ali
"Baik, hubungi saja aku jika bapak ingin datang ke sekolah,"
"Tentu, terimakasih banyak waktunya," jawab Ali kemudian bergegas meninggalkan ruangan kelas itu
Melihat Ali pergi Ilham pun segera menyusulnya.
Sementara itu Darren yang belum puas melampiaskan kekesalannya kepada Aldi kembali memukuli pemuda itu.
Ali yang bersembunyi di balik rimbunan tanaman kembali lagi ke kelas untuk memastikan Darren tak melakukan bullying lagi kepada Aldi.
Betapa terkejutnya Ali saat melihat Darren kembali memukul dan menendang Aldi meski ia sudah menyangkal pembullyan yang dilakukan olehnya.
Ia melihat Ilham belum jauh meninggalkan ruang kelas itu dan Ali yakin lelaki itu mendengar jeritan Aldi yang begitu keras. Namun Ilham tak bergeming dan tetap melenggang pergi.
Karena tidak ada yang peduli dengan nasib Aldi tentu saja membuat Ali harus ikut campur. Lelaki itu tidak mau Aldi terbaring koma seperti putranya.
Ali melangkah masuk dan menahan kaki Darren saat akan menendang Aldi.
"Haish dasar tua bangka sialan, enyah dari sini sebelum aku menghajar mu juga!" hardik Darren
Ali yang sudah jengah dengan sikap arogan Darren kemudian memelintir kaki pemuda itu dan mendorongnya.
*Bruugghhh!!
Darren yang tak terima dengan perlakuan Ali meminta teman-temannya membantunya, Ali hanya mengelak setiap serangan dari mereka tanpa membalasnya.
Gerakan Ali yang cepat mampu membuat bocah-bocah itu kewalahan dan memilih mundur. Darren segera bangun dan berusaha menghantam Ali dengan sebuah kursi. Seketika Ali memutar tubuhnya dan menghancurkan kursi itu hanya dengan sekali pukul.
*Brakk!!
Darren yang ketakutan mencoba melarikan diri. Darren yang terluka segera menghubungi ayahnya dan memberitahukan kejadian itu kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
ᴊɪʀᴏ ⍣⃝☠️
itu nanti pasti nangis di pangkuan ibunya
2023-06-08
0
ᴊɪʀᴏ ⍣⃝☠️
kayak e darren ini anak orang kaya,sampai2 membuat wali kelas tidak bersni bertindak,padahal jelas terlihat di depanya ada pemukulan.
pak ilham ini pake celana pa pake rok y?🤭
2023-06-08
3
Yuli Eka Puji R
jujur thor novelmu itu bagus yg horor horor 😁😁
2023-05-19
1