Bab 5

Terdengar suara seorang membuka pintu, Max segera bangkit dari duduknya saat melihat Ansel tampak babak belur berdiri di depannya.

Pria yang tak pernah terkalahkan seumur hidupnya terlihat begitu memprihatinkan dengan puluhan luka di wajahnya. Bahkan ia hanya bisa membuka matanya sedikit karena bekas pukulan yang membuat ia kesulitan melihat.

"Siapa yang melakukan semua ini padamu," Max tampak marah wajahnya memerah dan rahangnya mengeras saat melihat Ansel membuka bibirnya

"Ali," jawab Ansel serasa menahan sakit saat membuka mulutnya

"Bagaimana seorang kuli bangunan bisa menghajar seorang petarung handal seperti mu!" Max menghantamkan pukulannya ke meja kerjanya hingga telapak tangannya berdarah

*Brakk!!

"Dari cara dia berkelahi aku yakin dia bukan seorang kuli bangunan biasa. Dia terlalu tangguh untuk ukuran orang biasa,"

Max mengangguk setuju mendengar penjelasan Ansel, bagaimanapun juga selama ini tidak ada seorang penjahat pun yang berani menghubunginya apalagi mengancamnya.

"Kau benar, dia bahkan berani mengancamku. Aku yakin dia bukan orang biasa," Max segera bergegas keluar dan Ansel mengikutinya

Lelaki itu memasuki ruangan VIP dimana para tenaga IT handal bekerja.

Lelaki itu kemudian meminta seorang anak buahnya untuk mencari informasi tentang Ali.

"Cari sedetail mungkin Informasinya,"

"Baik," jawab seorang karyawan mengangguk paham

Max menunggu dengan cemas di sofa. Lelaki itu tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya terhadap Ali yang sudah melukai anaknya dan kini ia bahkan mengalahkan tangan kanannya.

Sementara itu Ali mulai memindahkan ruang perawatan putranya, meskipun awalnya dokter tak menyetujuinya namun akhirnya pihak rumah sakit mengijinkan Beni di pindahkan ke ruang rawat inap biasa.

Setelah berhasil memindahkan ruang perawatan Beni, Ali kemudian menemui istrinya.

Ia memintanya untuk tetap tinggal di rumah begitupun dengan putrinya. Ia bahkan membantu mengawasi Semua barang-barang miliknya dan mengantarnya ke kediaman Hari Aji.

Setibanya di rumah mertuanya, Dirga menyambutnya dengan senyuman mengejek. Lelaki itu berkacak pinggang dengan seutas senyum sinis mencemoohnya.

"Kau pasti sangat kesulitan sekarang hingga harus mengungsikan istrimu di rumah ayah mertuamu. Lalu bagaimana kau bisa membayar rumah sakit jika untuk membayar sewa rumah saja tidak mampu. Sebaiknya kau ceraikan saja Regina, kasian sekali dia harus hidup susah dengan seorang Pecundang yang tak pernah memberikan kebahagiaan seumur hidupnya," cibir Dirga

Ali tak mengindahkan ucapan iparnya itu dan berlalu pergi.

Ia menghampiri Regina yang sedang merapikan rambut putrinya.

Dirga berdecih kesal saat melihat Ali mengabaikan ucapannya.

"Semua barang-barang milikmu dan Dayu sudah ku masukan di dalam koper ini, jadi jangan pernah datang lagi ke rumah kita," ucap Ali

"Kenapa, apa kau sudah memutuskan untuk tinggal bersama ayah sekarang?" tanya Regina

"Tentu saja, dia pasti kebingungan buat bayar sewa rumah makannya buru-buru mengungsikan kamu ke sini," jawab Dirga menghampiri keduanya

"Tentu saja tidak, kalian bisa kembali pulang setelah semuanya membaik. Hanya saja akan lebih aman jika kau dan Datu tinggal di sini untuk sementara waktu karena aku harus menjaga Beni di rumah sakit. Sebenarnya aku sudah membayar uang sewa bulan ini, hanya saja aku khawatir terjadi sesuatu pada kalian disana saat aku tidak ada jadi bertahanlah di sini untuk beberapa waktu. Aku janji akan menjemput kalian pulang setelah menyelesaikan semuanya," jawab Ali

"Kau masih saja bersikap sok jagoan hanya untuk menutupi kebohongan mu, benar-benar menyebalkan!" gerutu Dirga kemudian meninggalkan mereka

"Bagaimana dengan biaya rumah sakit, bukankah kau seharusnya membayar biaya pengobatan Beni lebih dulu daripada membayar sewa rumah. Beni adalah segalanya buatku jadi tolong jangan hanya mementingkan egomu dan mengorbankan putramu. Jangan pernah menyesal untuk kedua kalinya Al,"

Regina terlihat begitu emosi saat mendengar Ali memakai uangnya untuk membayar sewa rumah. Ia tahu benar berapa gaji suaminya, tidak mungkin Ali bisa membayar sewa rumah dan biaya rumah sakit sekaligus dengan uang gajinya.

"Jangan khawatir aku pasti membayarnya," jawab Ali

Ia kemudian berpamitan karena harus kembali ke rumah sakit.

Regina segera berlari menyusul suaminya dan menghentikan langkahnya. Ia kemudian melepaskan perhiasan yang dipakainya dan memberikannya kepada Ali.

"Jualah perhiasan ini, mudah-mudahan saja jumlahnya cukup untuk membayar biaya rumah sakit Beni," ucap Regina

"Tidak usah," jawab Ali kemudian membuka telapak tangan Regina dan meletakkan sepasang anting pemberiannya kepadanya.

"Lalu bagaimana dengan biaya rumah sakit Beni,"

"Aku sudah membayarnya," jawab Ali kemudian melenggang meninggalkan Regina

"Darimana uangnya, jangan bilang kau meminjamkannya dari aplikasi Pinjol!"

Ali tak menghiraukan ucapan istrinya dab tetap berlalu meninggalkannya.

*Ruang VIP MW Finance

Beberapa orang ahli IT berusaha mencari data valid mengenai diri Ali, namun mereka tak menemukan apapun kecuali data yang sama dengan SMA Tunas Bangsa.

Hal itu tentu saja membuat mereka stres karena Max menekan mereka untuk mendapatkan data yang lebih akurat.

"Aku yakin dia bukan orang biasa. Aku sudah membayar mahal kalian, jadi gunakan keahlian kalian untuk mendapatkan informasi tentangnya!" seru Max

"Ketemu!" seru seorang wanita saat berhasil meretas data seorang tentara bayaran dari situs Badan Intelejen Negara.

Maxwell segera berlari menghampiri seorang karyawannya.

Wanita itu berhenti menskroll layar komputernya.

"Sebaiknya Bapak lihat ini, meskipun dia bukan Ali yang kita cari tapi mereka sangat mirip, " ucap wanita itu menunjukkan sesuatu kepada Max

"Alex Rudiart Setiawan, seorang tentara bayaran dari perusahan penyedia bodyguard ternama di Jakarta??" ucap wanita itu dengan wajah memucat

Max tampak mengernyit saat melihat informasi itu.

"Alex Rudiart, black kaiser yang sudah lama bersembunyi akhirnya aku menemukan mu," ucap Max mengatupkan giginya

"Apa anda yakin Ali adalah Black Kaiser yang kita cari?" ucap Ansel tampak Ragu

"Untuk memastikannya aku harus bertemu dengannya secara langsung. Beritahu kepala sekolah SMA Tunas Harapan jika aku ingin bertemu dengan keluarga korban," jawab Max

"Baik,"

*Rumah Sakit tempat Beni di rawat

Sore itu Ilham kembali menjenguk Beni. Lelaki itu memberikan sebuah amplop coklat kepada Ali.

"Ini adalah uang donasi dari pihak sekolah untuk membantu biaya pengobatan Beni," ucap Ilham

Ali perlahan membuka amplop coklat yang tak tersegel itu dan menghitung uangnya.

"Uang ini terlalu banyak untuk hasil donasi sebuah sekolah dengan siswa kurang dari dua ratus orang. Maaf aku tidak bisa menerimanya," jawab Ali mengembalikan amplop itu kepada Ilham.

"Harusnya kau berterima kasih, karena Tuan Maxwell memberikan bantuan untuk biaya pengobatan Beni, meskipun kau sudah mematahkan kaki putranya," jawab Ilham

Seketika raut wajah Ali berubah saat mengetahui pemberi donasi adalah ayah Darren.

"Katakan padanya kalau aku tak butuh uangnya, pertemukan aku dengannya jika kau bisa," jawab Ali

"Kalau begitu mari kita bicara," ucap seorang pria berjas hitam berjalan mendekati Ali.

Terpopuler

Comments

ᴊɪʀᴏ ⍣⃝☠️​

ᴊɪʀᴏ ⍣⃝☠️​

dirga ini kangen sama bogem🤣

2023-06-08

0

𝐙⃝🦜ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ

𝐙⃝🦜ֆɦǟզʊɛɛռǟ🍒⃞⃟🦅👻ᴸᴷ

ali apakah seorang mafia

2023-05-14

0

💜_Vicka Villya_💜

💜_Vicka Villya_💜

Ommmooo 🙀

2023-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!