MPS. 20

Ridhi membuka matanya ketika ia sudah berada di tempat tidur rumahnya. Ridhi melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk disebelahnya dengan perasaan bersalah.

Ridhi mengingat-ingat apa yang sudah terjadi kepada dirinya. Kejadian yang menimpanya berputar di kepalanya bagai klip rusak yang terus berputar tidak beraturan. "Iya Ridhi sedang hamil.."

Ridhi menangis sesenggukan ketika ingat Dokter Devi mengatakan hal tersebut.

"Hiks hiks apa yang terjadi Bu, kenapa hukuman Ridhi belum juga usai" Mira ikut menangis ketika melihat putrinya yang sangat rapuh

"Sayang dengarkan ayah" ucap Wira dengan lembut

Ridhi menatap mata ayahnya. "Kita akan mempertahan bayi itu nak, walau bagaimanapun dia adalah cucu ayah. Setelah nanti dia lahir ayah dan ibu yang akan membesarkannya. Dan kamu akan melanjutkan kuliah kamu tanpa ada masalah" Kata Wira memberi pengertian.

Entahlah ucapan Wira membuat dirinya sedikit tanang. Jujur Ridhi masih bingung dengan yang ia alami. Ketika mendengar kabar ini awalnya Ridhi ingin menghilangkan bayi yang ada dikandungnya. Tetapi jika dipikir kembali bayinya tidak bersalah. Walau bagaimanapun Ridhi juga tidak akan tega menggugurkan kandungannya.

*

*

Disisi lain Bara masih termenung di tempat kerjanya. Kejadian dimana kejan*ananya tidak berfungsi dengan baik membuat bara kacau, bara sudah mencoba beberapa cara dengan menonton film blu tapi tak kunjung mengalami kemajuan.

"Kenapa bro?" Tanya Radit yang melihat Bara seperti tidak bersemangat

"Lu tau nggak Dit bagaimana cara supaya kita kembali normal?" Tanya Bara dengan pelan

Radit mengerutkan keningnya bingung. "Hah maksudnya?"

"Kenapa sih lu kalau ditanya selalu bertanya balik. Tinggal jawab saja apa sih susahnya" Kata bara dengan kesal apakah dirinya harus menjelaskan secara gamblang, pastinya bara malu mengatakan itu

"Lu nggak papa bro? kok lu yang sewot, seharunya gua yang kesel sama elu. Pertanyaan yang elu tanyain gak jelas banget. Yang kembali normal itu apa?!" Tanya Radit dengan kesal

"Okey maksud gua, bagaimana cara membangkitkan si JNR" Ucap bara pelan

"Lu ngomong apa sih bar! Kagak denger gua" Lagi-lagi Radit tidak mengerti ucapan bara

"Ah! Junior! Gimana kalau junior kita mengalami masalah!?" Ucap bara dengan kesal. "Jangan ketawa lu!" Tambah bara ketika Radit sudah tertawa terbahak bahak

"Lu impoten? Hahaha.." Radit berdiri dan menunjuk Bara sembari terus saja tertawa

"Bukan impoten tapi sedang mati suri saja. lagian ini bukan hal yang lucu Dit, kalau sampai itu terjadi secara berkepanjangan, bagaimana cara Morgan mendapat keturunan" Ucap bara dengan serius

"Gampang banget kan bisa cari anak Lu yang di USA barangkali ada yang nyangkut" Ucap Radit dengan enteng

" Nggak mungkin lah Dit, secara gua selalu main aman. Apalagi cewek disana sudah pada bar-bar, mereka lebih pro dibandingkan gua. Se brengseknya gua, gua juga pingin punya keturunan dari cewek baik-baik" Kata bara dengan serius

"Tapi kalau udah kek begini lu mau bagaimana, apa iya lu harus berharap ke Ridhi. Secara Ridhi adalah satu-satunya cewek yang paling benar yang pernah lu coblos. Apalagi penyakit impoten itu susah diobatin" Bara yang mendengar ucapan Radit seketika bergidik takut.

Mau ditaruh dimana mukanya ketika penyakit impoten nya belum sembuh.

"Lu jangan nakutin gua dit, Lagian mana mau Ridhi sama gua dit. Sepertinya dia mending ngejomblo seumur hidup dari pada hidup sama gua" Jawab Bara

"Waduh pada asik ngobrol disini,,," Suara Surya membuat mereka berdua bubar, Radit segera berpamitan ke omnya untuk kembali ke meja kerjanya.

"Tumben sekali papa kesini?" Tanya Bara dengan malas. Jangan dikira Bara mendapatkan posisi yang menyenangkan di kantor papanya sendiri. Surya sengaja menempatkan Bara di bagian administrasi biasa.

"Kenapa memangnya? Ini kantor papa, papa bebas melakukan apapun. Dari tadi papa melihat kamu hanya bengong dan melamun dimeja. Ada apa lagi?" Tanya Surya, dirinya sudah memantau putra semata wayangnya itu.

Bara menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bara hanya sedang bosan pah" Jawab Bara sekenanya

"Ya mau bagaimana, Kamu mau tetap disini melanjutkan kuliah disini sembari bekerja di kantor papa tapi dengan posisi ini. Atau kamu mau kembali ke USA dengan biaya hidup yang papa potong" Tawar Surya dan menurut Bara tawaran papanya tidak ada yang menggiurkan

"Baiklah Bara akan kembali ke USA saja pa" Ucap Bara dengan yakin, karena Bara ingin menyembuhkan penyakit yang memalukan ini di USA. Untuk masalah biaya, masih ada Radit yang siap menjadi ATM berjalannya. Karena Radit tidak akan tega dengannya.

Tapi bagaimana dengan Ridhi, ah aku harus secepatnya mendapatkan maaf darinya supaya aku bisa melanjutkan kehidupanku dengan tenang ucap Bara dalam hati

"Kamu yakin? Papa tidak akan tinggal diam kali ini bar, apa yang kamu lakukan papa tau semuanya. Bahkan tadi malam kamu juga masih mengunjugi tempat clubing" Bara terkejut dibuatnya, ia pikir papanya tidak mengetahuinya.

"Bara tidak melakukan apapun pa, Bara hanya mampir untuk minum" Jelas bara singkat, tentu saja dirinya hanya minum sebab kegiatannya gagal karena JNR tiba-tiba mati suri

Surya menganggukkan kepalanya "iya papa tau, papa harap tobatmu berlaku untuk selamanya. Sudah cukup Ridhi dan keluarganya memberikan pelajaran sekaligus pengampunan untuk kamu" Jawab Surya dengan serius

*

*

Setelah seminggu berlalu, Bara menunggu kabar dari Ivi tentang kunjungannya ke rumah Ridhi. Bara yang tidak sabar menunggu instruksi dari Ivi akhirnya berinisiatif untuk langsung pergi ke rumah Ridhi.

Sore hari setelah pulang dari kantor, Bara mengendarai mobilnya menuju ke rumah Ridhi. Seperti biasa yang menyambutnya adalah Wira

"Kenapa lagi kamu kesini bar?" Ucap Wira

Bara seperti sedang ditolak kehadirannya di rumah ini. "Bara ingin berpamitan om, karena Bara memutuskan akan kembali ke USA. Jadi sebelum itu Bara ingin mendapat maaf dari Ridhi supaya Bara bisa pergi dengan tenang" Ucap Bara dengan pelan

Wira akhirnya membiarkan Bara untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Mira yang mengetahui kedatangan Bara segera ikut bergabung dengan mereka. Mira ingin tau apakah kedatangan Bara ada hubungannya dengan berita kehamilan Ridhi

"Bara hanya ingin berpamitan buk" kata Wira seolah tau kegundahan hati istrinya. Mira lantas menghela nafas dengan lega

"Baiklah tunggu sebentar biar Tante buatkan minum dulu" Kata Mira dengan beranjak berdiri

"Tidak perlu repot-repot Tante" Kata bara dengan sungkan

"sudah tidak apa-apa anggap saja ini sebagai jamuan perpisahan" Ucap Wira

Sepertinya mereka senang sekali mendengar jika aku akan pergi, dijamu segala pula tu . Ucap Hati bara dengan sedikit kesal

"Ridhi kemana om?" Bara memberanikan diri untuk bertanya

"Dia sedang di kamar" Jawab Wira singkat

"Apa dia baik-baik saja om? kenapa sore begini didalam kamar" Pertanyaan Bara yang tidak masuk diakal

"Ridhi memang lebih sering menghabiskan waktu dikamar kalaupun keluar rumah, pasti hanya dengan sahabatnya saja. Kamu tau kan pergaulan jaman sekarang seperti apa. Anak gadisnya om sudah om jaga malah kamu usik" Ucap Wira menyindir Bara

Bara menundukkan kepalanya seraya mengucapkan permintaan maaf berkali-kali. Sedangkan Wira mengatakan hal demikian supaya Bara ingat jika perbuatan yang dia lakukan mampu membuat kehidupan seseorang hancur.

"Iya om berharap kamu bisa berubah lebih baik lagi" kata Wira sedangankan Bara hanya mengangguk saja.

Tak lama kemudian Mira kembali ke rumah tamu dengan membawa es teh dan beberapa kue dan diikuti dengan Ridhi yang terlihat tampak pucat.

Yah begitu baiknya keluarga Wira seorang pemerkosa putrinya masih ia berikan ampunan dan masih diperlakukan dengan baik.

Bara melihat kondisi Ridhi cukup terkejut karena wajahnya tampak pucat dan lemas. "Kamu sakit?" Tanya Bara dengan lembut bahkan Bara berbicara lembut kepada 2 wanita yaitu mamahnya dan yang kedua Ridhi.

"Bukan urusan mu dan jangan sok perduli! Cepat katakan apa yang kamu mau dan pulanglah" Ucap Ridhi dengan ketus. Sedangan Mira dan Wira hanya saling pandang melihat interaksi mereka

"Aku hanya ingin meminta maaf, karena aku akan segera kembali ke USA ridh. Jadi dari lubuk hatiku yang paling dalam aku meminta ampun kepadamu ridh" Ucap Bara dengan memohon

"Baiklah aku maafkan dan segera pergi dari sini!" lagi-lagi hanya kata ketus yang Bara dengar.

"Buk...!! Kak Febi telepon katanya hasil USG nya kakak disuruh bawa untuk rujukan ke dokter kandungan buk!_" Ivi tidak melanjutkan ucapannya sebab ia melihat Bara sedang di ruang tamu

"Ivi!! Diam!" Ucap Mira, tapi sudah telat sebab Bara sudah mendengar dengan jelas perkataan ivi

"Opss!!" Ridhi menoleh kearah adiknya dan menatapnya tajam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!