MPS. 19

Keesokan paginya mual yang dialami oleh Ridhi semakin parah. Hal tersebut membuat Mira gelisah dengan kemungkinan yang bisa terjadi.

Mira menemui putri nya dengan membawakan teh hangat untuknya "sayang ibu ingin bertanya" Ucap Mira dengan pelan dan Ridhi hanya mengangguk sembari memegang teh hangat ditangannya.

"Apa kamu sudah kedatangan tamu bulanan sayang?" Tanya Mira dengan hati-hati

Ridhi tampak berpikir dan menggelengkan kepalanya dengan pelan. Apakah karena ia sedang mengalami tekanan batin sehingga membuat dirinya belum juga menstruasi, itu yang dipikir Ridhi.

"Mungkin karena Ridhi sedang banyak pikiran Bu, jadi sampai sekarang belum juga menstruasi. Karena biasanya jadwal Ridhi selalu maju dan tidak pernah telat" Jawab Ridhi dengan tenang. Mira hanya diam sembari berpikir. Apakah benar dugaannya.

"Oh iya Bu, apakah nanti pria bajingan itu masih kemari? Ridhi sudah sangat muak jika dia terus berkeliaran kemari" Tanya Ridhi dengan tidak suka

Mira mengelus pundak putrinya. "Mungkin saja sayang, sudah kamu jangan memikirkan tentang hal itu. Sekarang yang lebih penting adalah kesehatan kamu. Ibu kebawah dulu ya sayang mau menemui ayah" Ridhi mengangguk dan Mira meninggalkan putrinya.

Setelah dari kamar putrinya Mira segera mencari keberadaan suaminya. Ternyata suaminya sedang di dalam kamar sedang sibuk dengan laptopnya

"Yah.."

Wira menoleh kearah istrinya. "Kenapa buk?"

"Ada yang ingin ibu bicarakan dengan ayah mengenai Ridhi" Kata Mira dengan serius dan Wira segera menutup laptopnya

Mira sebenarnya tidak ingin membahas tentang masalah ini karena Mira sendiri takut jika yang dia pikirkan benar terjadi. Tapi akan lebih menyakitkan jika hal ini terungkap nanti. Jadi sepahit apapun kenyataannya mereka akan menghadapi bersama-sama

"Ridhi..." Mira mengehentikan ucapannya sejenak karena dirinya masih ragu

"Ridhi kenapa Buk, apa dia baik-baik saja?" Tanya Wira dengan khawatir

"Iya ayah tenang saja dia sedang istirahat di kamar. Hanya saja ada yang mengganjal di hati ibu yah, Ridhi belum juga menstruasi" Ucap Mira dengan pelan

"Oh hanya itu ayah pikir ada apa. Mungkin_" Wira tidak melanjutkan ucapannya dan menatap istrinya dengan tatapan yang susah diartikan. Mira menunduk sedih ketika suaminya juga pasti memikirkan apa yang ia pikirkan.

"Bagaimana ini yah?! Hiks... hiks..." Mira tidak bisa menahan tangisnya ia tidak bisa membayangkan bagaimana nasib putrinya. Tidak mungkin Mira menerima dan berbesan dengan keluarga Bara. Yang Mira tau mereka berasal dari keluarga yang sombong. Tapi jika tidak seperti itu bagaimana nasib putrinya.

"Ibuk tenang dulu jangan seperti ini. Seandainya Ridhi benar hamil kita yang akan membesarkan cucuku kita sendiri dan kita akan mengambil alih cucu kita sebagai anak Bu. Setelah itu Ridhi bisa melanjutkan kehidupannya secara normal tanpa terbebani dengan anak itu" Kata Wira menenangkan istinya

*

*

Saat ini Ridhi berada di sebuah rumah sakit yang waktu itu ia gunakan sebagai pemerikasaan kasusnya. Lebih tepatnya rumah sakit milik kepolisian.

"Kenapa kita ke sini Bu, lebih baik ke klinik biasa saja jika ingin memeriksa asam lambung Ridhi?" Kata Ridhi bingung. Wira dan Mira saling pandang bingung akan menjelaskan bagaimana kepada putrinya.

"Ehm kita masuk dulu sayang" Ridhi menuruti ibunya dan masuk kedalam ruangan yang pernah ia masuki dan di dalam sudah ada dokter Devi yang mengurus kasusnya waktu itu.

"Selamat datang... Silahkan duduk Ibu bapak" Dokter Devi ternyata sudah menunggu kedatangan mereka karena Wira sudah berkonsultasi dengan dokter Devi terlebih dahulu dan dokter Devi menyarankan untuk bertemu secara langsung.

"Bagaimana kabarnya nona Ridhi?"

"Sudah lebih baik dok" Jawab Ridhi dengan tersenyum

"Syukur kalau begitu, oke kita langsung melakukan pemeriksaan saja ya" Dokter Devi menuntun Ridhi untuk berbaring di tempat tidur pasien.

Setelah melakukan pemeriksaan Ridhi duduk kembali dengan didampingi orang tuanya. Ridhi masih belum mengerti semuanya dan dirinya masih menganggap jika sakitnya hanya karena asam lambung

Dokter Devi menghela nafasnya berat. Jujur ia juga bingung akan bereaksi seperti apa. Dokter Devi masih saudara dengan Salsa jadi dia sangat ikut merasakan sedih dan marah ketika yang terkena masalah adalah teman dari salsa.

"Nona Ridhi kapan terakhir kedatangan tamu bulanan?" Tanya dokter Devi dengan serius

Ridhi tampak berpikir. "Seharusnya sudah saatnya dok tapi jika dihitung dari masa awal mens sudah sekitar satu mingguan" Ucap Ridhi

"Apakah kamu mengalami mual secara terus-menerus?" Dokter memastikan sesuatu

Ridhi mengangguk "Tapi hanya diwaktu padi hari lebih tepatnya dok, dan nafsu makan Ridhi jadi semakin meningkat"

Dokter Devi menghela nafas pelan dan menatap ke arah Mira dan Wira yang tengah was-was.

"Iya pak buk, dugaan kita memang benar. Nona Ridhi sedang mengandung" Jeduar bagai petir disiang hari yang menghantam Ridhi. Pikiran dan otaknya seperti tidak bisa mencerna apapun. Badannya serasa lemas dan pandangannya menghitam.

"Sayang..!!" Ucap Wira dan Mira ketika Ridhi tidak sadarkan diri

"nona Ridhi kita baringkan saja dulu pak" Ucap dokter Devi dengan tenang

"Bagaimana ini yah, apa yang ibu banyangkan terjadi. Bagaimana dengan nasib Ridhi setelah ini? Hiks" Mira tidak bisa menahan kesedihannya

"Ibuk tenang dulu, sekarang yang kita pikirkan bukan hanya Ridhi tapi cucu kita juga" Wira berusaha menenangkan istrinya.

"Tidak Bu!! yah!! Ridhi tidak mau!!!" semua tampak terkejut ketika tiba-tiba Ridhi mengalami syok dan histeris. Dokter Devi segera memberikan suntikan obat penenang sebab Ridhi sedari tadi berusaha melukai perutnya.

Dokter Devi yang melihat keadaan mereka tampak kasihan. "Bapak dan ibu tenang dulu. Nona Ridhi saya berikan obat penenang supaya dia tidak melukai dirinya dan perutnya. Kita bicara di meja saja pak buk" Wira dan Mira mengangguk dan duduk didepan dokter Devi

"Begini pak Buk, dalam kasus pelecehan dan pemerkosaan apabila korban mengalami kehamilan dan menganggu psikis dan kesehatannya maka diperbolehkan untuk melakukan pengguguran kandungan. Asalkan usia kandungan masih di trimester pertama. Jadi kita bisa melakukan itu pak buk. Tapi sebelumnya saya ingin mengatakan jika pengangguran sangat berbahaya untuk kondisi rahim. Tapi jika memang diperlukan saya akan rekomendasikan ke dokter kandungan yang terbaik" Mira dan Wira mendengar penjelasan dari dokter Devi dengan seksama

"Tidak dokter, kita berdua yang akan merawat cucu kita. Walau bagaimanapun janin itu adalah darah daging Putri saya. Kita berdua yang akan merawat dan membesarkan bayi itu kelak dokter" Kata Wira dengan tegas

Dokter Devi tersenyum kepada mereka. "Baiklah jika keputusan bapak Wira seperti itu. Saya akan memberikan rekomendasi ke salah satu dokter kandungan terbaik di kota" ucap dokter Devi dengan tersenyum. Dokter Devi sangat salut dengan keluarga ini yang mau mengerti kondisi dan situasi. Walau dirinya menyarankan pengguguran kandungan, tapi dilain sisi dirinya juga tidak setuju jika pilinan itu yang diambil. Tapi Dokter Devi bersyukur sebab mereka adalah keluarga yang baik jadi tidak mungkin mereka tega memilih pengguguran kandungan.

"Sepertinya tidak perlu dokter, karena saudara kami ada yang bekerja sebagai dokter dan rencananya kita akan membawa Ridhi ke sana. Supaya kehamilan ini tidak diketahui oleh pihak sebelah dokter" kata Mira dan dokter Devi mengangguk mengerti

*

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!