MPS. 17

Ridhi sudah mulai menjalani aktifitasnya seperti biasa setelah satu bulan ia mengalami hal yang mengerikan dalam dirinya. Lebih tepatnya ini sudah satu bulan berlalu setelah kejadian kelam yang dialami oleh Ridhi.

"Uweks..." Ridhi yang merasakan perutnya kembali mual segera berlari ke arah wastafel

Mira yang mendengar putrinya kembali muntah sedikit khawatir. "Katanya kemarin sudah minum obat sayang, kok masih mual-mual" Mira berteriak di dapur

Ridhi membasuh mulutnya dengan pelan. "Sudah mah, kemarin sore Ridhi sudah meminum obat sakit maag. Kemarin malam juga sudah enakan. Tapi entahlah kenapa sekarang kambuh lagi" Jelas Ridhi

"Mangkanya sayang kamu jangan telat makan lagi" Mira menghampiri Ridhi dan membawakan air hangat. "Kamu sudah makan?" Ridhi menggelengkan kepalanya pelan.

"Ya sudah mama ambilkan sarapan dulu" Mira kembali ke dapur untuk membawakan putrinya makanan

Ridhi membuka ponselnya dan mengecek media sosialnya. Untuk sementara Ridhi tidak berani keluar rumah. Karena ia masih takut akan kejadian waktu itu, ia takut jika teman kampusnya mengetahui berita ini dan menghakimi dirinya. Tetapi untungnya saat ini sedang libur semester.

Walaupun seperti itu biasanya Ridhi tetap pergi ke kampus untuk sekedar nongkrong di taman kampus atau paling tidak Ridhi ada acara dengan anak organisasi.

"Ibu! Sepatunya Ivi yang sebelah kemana?" Ridhi yang mendengar suara adiknya merasa kesal. Pagi-pagi sudah teriak-teriak.

"Vi kamu itu sudah besar, sudah SMA kok masih kayak anak kecil. Itu kan sepatu kamu sendiri kenapa harus bertanya kepada ibu" Kata Ridhi, sedangkan Ivi hanya mendengus kesal

"Ibu kemana sih kak? Ivi sudah telat" tanya Ivi sembari mencari-cari dimana ibunya.

"Ibu ke belakang tadi, kamu telat juga gara-gara kamu sendiri Vi. Nanti malam diulangi lagi nonton Drakor sampai pagi" Ridhi menyindir Ivi yang suka sekali begadang hanya karena Drakor.

"Ide bagus itu kak, nanti kan malam Minggu" Ridhi yang mendengar Ivi hanya menggelengkan kepala karena tingkah adiknya

Mira datang kembali ke dapur dan ditodong pertanyaan oleh Ivi. "Coba lihat di bawah rak sepatu itu, barangkali terjatuh" Ivi segera melihat dibawah rak sepatu dan benar saja, sepatunya memang terjatuh.

"Lagian sudah besar kok masih kayak bocah kamu Vi. Dibiasakan kalau menaruh barang yang rapi biar tidak hilang. Sudah sana cepetan pergi" Ivi berpamitan dengan mamahnya. "Ini jangan lupa sarapan nanti" Mira memberikan kotak makan ke Ivi.

Akhirnya Ivi jalan keluar dan sudah dijemput Mita menaiki motornya.

"Astaga aku lupa memberikan kabar ke Si Bara bere" Ivi segera mengirimkan pesan ke Bara jika keadaan kakaknya sudah lebih baik. Bara bisa menemui kakaknya di rumah

"Bara siapa Vi!! Kamu chatan sama Si guguk?!" Mita berbicara dengan teriak supaya Ivi mendengarnya karena mereka sedang dijalan, ketika mendengar Ivi menyebutkan nama Bara.

"Iya mit, tenang saja dia sekarang sudah luluh dan bertekuk lutut ke pihak kita"

"Kamu jangan macem-macem Vi, ingat dia yang sudah membuat kak Ridhi menderita" kata Mita dengan sedikit menoleh

"Iya aku tahu, hanya saja dia meminta bantuan ke aku. Supaya dia bisa mendapatkan maaf dari kakak. Apa kamu tahu apa imbalannya. Semua yang aku mau dia bakal turuti" Jelas Ivi dengan terkekeh

"Wihh enak juga tuh" Mereka tertawa bersama dan segera melajukan motor dengan kecepatan sedikit tinggi sebab mereka sudah telat

*

*

Tingg

Dengan malas Bara membuka ponselnya, setelah kejadian itu Bara memiliki kebiasaan baru yaitu sering malas dan melamun. Tidak seperti dulu yang sangat pecicilan dan tidak betah di rumah.

Sedari tadi ponselnya berbunyi menandakan adanya pesan yang masuk, tapi Bara sengaja tidak menggubrisnya. Sudah satu bulan Ivi tidak menghubungi dirinya. Ketika Bara menanyakan bagaimana kabar Ridhi, Ivi selalu menjawab dengan kata baik. Hal tersebut membuat Bara sedikit kesal.

Bara mulai membuka satu persatu pesan yang ada di ponselnya dan ada notifikasi dari Ivi.

"Kaka sudah lebih baik, kamu bisa kesini nanti malam. Jangan lupa janji kamu ya!" Isi pesan Ivi yang membuat bara sumringah

"Oke siap, kamu mau minta apapun aku turuti. Btw apa makanan kesukaan om dan Tante Vi?" balas Bara. Tapi tidak ada balasan dari Ivi, mungkin dia sedang berada di kelas pikir Bara

*

Sore hari Bara terus saja mengecek ponselnya, ia sedang menunggu balasan dari Ivi.

"Elu ngapa sih bro, nunggu pesan dari pacar baru lu?" tanya Radit, sedari tadi Radit memperhatikan Bara yang sedang gelisah mengecek ponselnya.

"Kepo banget ya lu dit" Bara menjawab dengan singkat

"Bukan seperti itu hanya saja cepet banget lu move on dari kejadian bulan lalu. Dan sekarang lu sudah mulai dapet mainan baru" Radit menghela nafasnya pelan. Sungguh dirinya merasa sangat bersalah, karena awal mulanya Radit mewajarkan tingkah Bara. Radit tidak akan menyangka jika Bara akan keterusan dan terjerumus ke lubang yang dalam.

Sedangkan Bara yang dituduh demikian hanya diam dan tidak menggubris ucapan Radit

"Ting.." Suara notifikasi dari ponselnya dan Bara segera membuka isi pesan dari Ivi

"Lah, kenapa pertanyaannya kesukaan ibu sama ayah? Apa tidak salah bro, seharunya kamu bertanya kesukaan Kaka Ridhi apa" Balas Ivi

"Sudah kamu beritahu saja Vi. Kamu juga mau dibawakan apa nanti. Maybe makanan atau jajan. Untuk tiket konser nanti jika aku sudah mendapatkan maaf dari Ridhi" Bara kembali mengirim pesan ke Ivi. Tak lama Ivi membalas pesan Bara dan tersenyum sumringah

Sedangkan Radit yang melihat Bara sedang senyum-senyum sendiri segera ikut melihat ponsel Bara. Tetapi Bara segera menjauhkan ponselnya dari Radit.

"Kepo banget ya Dit elu!" Radit hanya menampakkan wajah kesalnya. "Oh iya Dit, kalau gua mau cari Bika Ambon apa harus di Ambon" kata Bara dengan polos, sedangkan Radit tidak bisa menahan tawanya

"Maksudnya kalau lu pingin soto Lamongan, harus ke Lamongan gitu. Ada-ada saja, memangnya lu untuk apa kue itu. Tumben banget lu cari makanan yang bukan selera lu" Radit penasaran sebab Bara tidak suka dengan jajanan yang berat seperti itu. Yang Radit tau Bara hanya menyukai burger dan pizza.

"Terserah gua lah!! Kalau lu cuma mau ngeledek gua ya gak papa. Gua bisa cari sendiri itu kue" Bara kesal dan berdiri dari duduknya sedangkan Radit hanya membiarkan Bara pergi dengan kekesalannya. Sebab Radit sedang menikmati kekesalan Bara. Radit Tau jika Bara sedang berusaha mendapatkan maaf dari Ridhi.

"Aku berharap kamu bisa berubah sampai nanti bar dan kejadian ini bisa merubah kamu menjadi yang lebih baik" kata Radit dalam hati. Jangan dikira Bara dilepaskan secara bebas oleh papanya. Setelah kejadian waktu itu semua gerak gerik Bara di awasi oleh Radit dan papanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!