MPS. 18

Malam hari Bara segera mengendarai mobilnya kearah rumah Ridhi.

Bara mengetuk pintu rumah Ridhi dan tampak Wira sedikit terkejut dengan kehadiran Bara. Yah hanya sedikit, sebab Wira masih sangat ingat dengan ucapan bara jika dia akan tetap datang sampai ia mendapatkan maaf dari Ridhi.

"Ini om saya bawakan Bika Ambon untuk om dan Tante" Bara Memberikan paper bag yang berisi beberapa kotak Bika Ambon

Wira bingung bagaimana bisa Bara mengetahui makanan yang ia suka.

"Kenapa om? Om kurang suka ya? Maaf om kebetulan saya suka dengan Bika Ambon jadi saya pikir om dan Tante juga suka" Kata Bara berbohong, supaya Wira tidak curiga

"Bukan seperti itu hanya saja, bagaimana sangat pas. om juga sangat suka dengan Bika Ambon" Bara tersenyum sumringah ketika mendengar jawaban dari Wira

Bara dipersilahkan untuk masuk. Ivi melihat dari gorden pembatas ternyata mesin ATM nya sudah datang.

"Puuk"

"Astaga...!!" Ivi terkejut ketika ibunya menepuk bahunya dengan pelan

"Jangan ngintip disini, ibu mau ke kamar Kakak kamu dulu kamu buatkan minum dulu" Ivi mengangguk malas

"Kaka masih belum sehat ya Bu?"

"Ibu juga tidak paham Vi, tiba-tiba tadi mual lagi. Oh iya jangan lupa sebelum tidur sholat dulu!"

"Vivi sedang libur sholat Bu" Kata Vivi sembari meninggalkan ibunya dan berjalan ke arah dapur.

Mira menghentikan langkahnya dan berpikir sejenak. Ivi dan Ridhi memiliki tanggal siklus bulanan yang sama, tapi sepertinya Ridhi belum juga menstruasi.

"Astaga! Apa jangan-jangan_" Mira menggelengkan kepalanya ia berusaha membuang pikirannya yang tidak-tidak.

*

Diruang tamu Ivi menyajikan secangkir teh hangat untuk Bara dan mereka berakting seolah tidak saling kenal sama sekali. Bara sedari tadi melihat kesana kemari untuk melihat keberadaan Ridhi..

" om, Bara ingin bertemu dengan Ridhi"

Wira menoleh ke belakang sejenak "Tadi sepertinya Ridhi kurang enak badan, jadi dia sedang istirahat dikamar dengan ibunya" Bara menoleh ke arah Ivi. Tapi Ivi menjawab dengan menggelengkan kepalanya tidak tau dan sakit kakaknya di luar prediksinya

"Ridhi sakit apa om? apa sudah di bawa ke dokter?" Tanya Bara dengan serius

"Asam lambung Ridhi kumat bar, Jadi mual-mual"

"Barangkali bara belikan sesuatu om?" Tawar Bara serius

Wira yang melihat raut wajah Bara khawatir dengan Ridhi membuat Wira sedikit kesal. "Tidak perlu repot-repot bar!" Wira kesal karena Bara yang membuat semua keributan ini dan sekarang dia bersikap seolah dia sangat peduli

"Ayo diminum dulu teh nya bar" Kata Wira setelah Ivi datang mengantar minuman. Bara meminum teh yang dibawakan oleh Ivi dan rasanya membuat Bara ingin muntah. Tapi ia tahan sebab ia tidak ingin membuat Wira salah paham

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan teh itu" Kata Wira sembari menunjuk cangkir dengan ekor matanya

Bara menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, tidak om ini sangat manis" Kata bara berbohong, pada kenyataannya teh itu rasanya sangat asin. Bara benar-benar tidak habis pikir dengan Ivi bisa mengerjainya dengan teh asin ini.

"Oh begitu syukurlah.. Sebenarnya om cukup khawatir sebab yang membuatkan adalah Ivi. Asal kamu tau Ivi adalah gadis yang nekat. Aku takut dia akan mencampurkan obat pencahar di minuman kamu" Kata Wira dengan santai, bara terkejut dibuatnya dan ia mengelus perutnya. Masih aman jika itu hanya garam yang di campurkan.

"Pergilah!!" Bara mengarahkan kepalanya untuk melihat pemilik suara itu. Gadis itu berbicara dengan singkat dan penuh penekanan. Bara mengerjapkan matanya untuk memastikan jika penglihatannya tidak salah

Gadis yang salama ini menghantui perasaannya dan sekarang sudah berada di depannya.

"Ayo duduk dulu sayang" Pinta wira dengan lembut dan mau tidak mau Ridhi duduk di sebelah ayahnya dan bersebrangan dengan Ridhi.

Bara menatap Ridhi dengan perasaan yang sangat bersalah. Ia menatap lekat wajah gadis yang sedang duduk dengan menatap ke arah lain. Wajahnya tampak manis walaupun ia sedang tidak sehat.

"Kalian berdua berbicara lah" Kata Wira dan Ridhi menarik tangan ayahnya supaya tidak meninggalkannya. "Ayah akan menunggu di sana dengan ibu kamu. Ayah yakin bara tidak akan berani macam-macam dengan kamu sayang" Wira menenangkan Ridhi yang terlihat gusar. Sebelum meninggalkan Ridhi Wira mengelus kepala putrinya dengan lembut

"Aku.. Aku meminta maaf atas kesalahanku. Aku tau jika kesalahan ku tidak akan mengembalikan keadaan tapi setidaknya. Aku akan bertanggung jawab atas diri kamu" Ucap Bara dengan lembut

Ridhi yang mendengar permintaan maaf dari bara hanya tersenyum mengejek

"Jika kamu sudah tau dengan meminta maaf tidak akan mengembalikan semuanya kenapa kamu tetap kesini dan membuat kehidupan ku menjadi tidak tenang! Dan apa tadi pertanggung jawaban??!"Jelas Ridhi dengan dingin

"Iya aku tau tapi setidaknya aku ingin memberikan kamu kebebasan untuk melanjutkan cita-cita kamu. Aku akan bertanggung jawab dengan memberikan kamu kemudahan untuk melanjutkan pendidikan kamu sampai selesai ridh" Jelas Bara dengan lembut. Bara sangat diri dengan tidak menawarkan pertanggung jawaban dalam bentuk pernikahan sebab Ridhi sudah pasti akan menolaknya mentah-mentah

Ridhi tersenyum mengejek "Orang kaya akan selalu menganggap bahwa semua urusan akan selesai dengan uang. Aku tidak butuh semua itu dan aku akan berusaha sendiri. Jadi pergilah dan aku tidak membutuhkan apapun dari kamu!" Ridhi berdiri dan meninggalkan Bara begitu saja

Wira yang melihat kondisi sudah tidak baik-baik saja segera meminta bara untuk segera pulang. Mau tidak mau Bara pulang dengan perasaan semakin kacau. Begitu sulitnya ia mendapatkan maaf dari Ridhi. Bara tidak bisa berpikir dengan jernih. Ia bingung akan melakukan apa.

Bara memutuskan untuk pergi ke bar karena pikirannya sudah sangat kacau. Dirinya sudah tidak perduli jika nanti papanya tau jika ia pergi ke bar. Yang ia inginkan hanya menenangkan pikiran.

Bara memasuki tempat yang sudah satu bulan tidak ia kunjungi. Bara di sambut oleh karyawan disana dengan sangat antusias. Karena tempat ini sering Bara kunjungi ketika ia sedang berada di Indonesia. Tentu saja tempat ini adalah bar berbintang 5.

Bara disajikan minuman bermerek dan tidak lupa ia ditemani oleh para gadis. Karena banyaknya minuman yang ia minum dan godaan dari para gadis membuat hasrat Bara terpancing. Dengan percaya dirinya Bara mulai membawa salah satu wanita ke dalam kamar. Bara menganggap jika wanita panggilan itu adalah Ridhi. Entah apa yang terjadi Ridhi selalu berada dipikirannya.

Wanita panggilan itu mulai menggoda Bara, tetapi ada yang aneh ketika wanita itu akan memegang pusat Bara. Hasrat Bara tiba-tiba hilang dan kejan*anan Bara tiba-tiba melemah. Wanita panggilan itu terkejut dibuatnya. Apa mungkin sosok Bara mengalami impoten.

Bara yang sadar akan hal tersebut mendorong wanita itu dan memberikan segenggam uang supaya tidak membeberkan kejadian ini. Nafsu Bara tiba-tiba hilang dan ia mengacak kepalanya dengan kesal. Bara masih berusaha membangkitkan hasratnya tapi tetap saja gagal..

"Apa ini kutukan dari Ridhi? Apa aku impoten?!" Teriak Bara dan ia segera keluar dari bar dan menuju ke apartemen Adit. Ia masih sangat menyayangi nyawanya untuk tidak pulang ke Mension.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!