MPS. 16

Satu Minggu kemudian...

Bara membulatkan tekat akan pergi ke rumah Ridhi lagi. Sebenarnya Bara ingin langsung menemui Ridhi keesokan harinya setelah tragedi pengusiran dirinya tapi ia tahan dan menunggu setelah seminggu berlalu..

Bara datang tanpa memberitahu siapapun. Ia datang dengan tampilan yang lebih fresh dan rapi. Walaupun ia baru saja pulang dari kantor tapi ia berusaha tampil rapi. Mungkin dengan begitu Ridhi tak takut kepadanya.

"Mau kemana lu bro dandan rapi bener" Tanya Radit yang melihat Bara keluar dari ruangan dengan wajah lebih fresh

"Kepo lu dit" Kata Bara singkat

"terserah lu bar, yang penting jangan buat aneh aneh aja lah"

" Apaan sih lu sotoy banget gua gak kemana mana, mana ada gua ke clubing pakek kemeja rapi bener begini" Jawab Bara sewot

"Ya kali itu cuma akal akalan elu buat ngibulin gua" Kata Radit

"Terserah elu dah" Bara berjalan ke parkiran dan mengendarai mobilnya ke sebuah rumah yang sederhana

"******"

Iya... Bara mencoba untuk berbicara kembali dengan Ridhi. Mungkin saja setelah satu minggu dia jauh lebih tenang. Sekitar pukul 5 sore Bara sampai di rumah Ridhi.

Kebetulan juga rumah Ridhi pintunya sedang terbuka. Bara melihat Ridhi sedang duduk di bangku depan. Jujur saja Bara sangat gugup ia takut Ridhi akan histeris kembali. Tapi jika tak seperti itu ia tidak akan mendapatkan maaf dari Ridhi.

Ridhi penasaran ketika melihat ada mobil mewah berhenti di depan rumahnya. Ridhi menajamkan penglihatannya. Ia sangat terkejut ketika mengetahui jika yang ada didalam mobil tersebut adalah orang yang sangat ia benci dan hindari.

Ketika Bara keluar dari mobil Ridhi langsung masuk kedalam rumah. Wira yang sedang berada di ruang tamu sedang mengopi terkejut ketika putri nya berlari tergopoh gopoh.

Wira meminta istrinya untuk menyusul putrinya dan Wira sendiri keluar untuk melihat siapa yang datang. Sebelum Wira keluar Bara sudah lebih dulu berada di depan pintu.

"Selamat sore om,,," Sapa Bara dengan senyum yang sumringah dan lebih fresh dari yang terkahir kali ke rumah wira

"Kamu ngapain ke sini, pantas saja tadi Ridhi berlari ke dalam" Wira terkejut dengan kehadiran Bara

"Demi Tuhan saya tidak melakukan apapun om. Saya baru saja turun tapi Ridhi sudah berlari kedalam" jelas Bara

" Haduh, Kamu getol sekali ya anak Muda.." kata wira tak percaya. Wira berpikir jika ucapan Bara akan kembali Mengunjungi Ridhi itu bohong tapi tanpa disangka setelah seminggu akhirnya ia berani kembali kesini

"Om bilang saya boleh ke sini kapan pun tanpa om usir. Saya juga berjanji akan terus ke sini sampai Ridhi bersedia memaafkan saya" Jelas Bara

"iya tapi" Kata Wira tertahan

"Sebentar kamu tunggu di sini saya akan melihat bagaimana Keadaan Ridhi" Lanjut Wira

Bara masih setia menunggu Wira ia melihat ke sekeliling tuang tamu. Walaupun rumah ini tak sebesar rumahnya tapi terlihat sangat rapi dan hangat.

Di dalam kamar ternyata Ridhi tak mau menemui Bara. Sejak tadi mood Ridhi sudah tidak baik baik saja. Apalagi setelah tau Bara datang ke rumahnya membuat Ridhi tiba-tiba menangis dan histeris kembali

Wira melihat Ridhi sedang menangis lagi "Kenapa nak, jika kamu tidak ingin menemui Bara, kamu tidak perlu menemuinya." Kata Wira mengelus kepala putrinya

Mira keluar untuk memberikan minum kepada Bara. Walau bagaimanapun Bara datang dengan baik baik. Jadi Mira akan memperlakukan Bara dengan baik pula..

"Ayo diminum dulu, mumpung masih hangat tehnya. Kamu tenang saja minuman ini aman dan bebas dari racun. Karena saya tidak sejahat itu" kata Mira ketika melihat raut wajah Bara seperti mencurigai teh yang ia buat. Sedangkan Bara hanya tersenyum kaku ketika ucapan Mira sesuai dengan isi hatinya. Karena Bara curiga dengan sikap baik Mira.

Bara yang diperlakukan hangat oleh Mira merasa sangat tidak enak. Mereka semua dari keluarga baik baik dan dengan teganya ia menghancurkan keluarga ini

Bara yang merasa sungkan hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya dan ini bukan lah sikap Bara. Bara terkenal dengan sikap buruknya.

Untuk memecah keheningan Bara mencoba mencari obrolan dengan Mira "Sekarang sedang sibuk apa Tante?" Tanya Bara

"Tante lagi di rumah saja dan sibuk memperbaiki kondisi mental kita sekeluarga" Kata Mira dengan penuh sindiran. Seketika perasaan bersalah bara hinggap kembali.

"tapi kalau ada yang pesan ketering makanan atau kue tante bisa buatkan dirumah" jawab Mira dengan santai

"Enak ya Tante bisa menghasilkan uang dirumah. dan pastinya masakan Tante enak" Bara merasa jika dirinya sedang ditarik ulur oleh Mira. Karena sikap Mira yang lembut tapi terkadang bicara dengan pedas dan menyindir. Tapi Bara paham jika sikap Mira wajar terhadap dirinya. Bara bisa diterima dengan baik ia sudah sangat bersyukur

"Bukan seperti itu hanya saja dari pada tante bosen dirumah Ndak ngapa-ngapain"

Bara cukup lama menunggu Wira keluar dan akhirnya Mira menyusul mereka dan meninggalkan Bara sendirian di ruang tamu. Cukup lama juga Bara menunggu tapi tidak ada yang kembali. perasaan Bara diliputi oleh rasa khawatir terhadap kondisi Ridhi. Tapi mau bagaimana lagi ia hanya bisa berdiam diri tidak melakukan apapun.

"Heyy kamu! lebih baik pulang dulu deh!" bara menoleh kearah sumber suara yang sangat memekakkan telinganya. Bukan Mira atau Wira yang keluar, tetapi seorang gadis yang ia temui tempo hari. Bara menyimpulkan jika gadis ini adalah adik dari Ridhi.

"Maaf tapi aku belum bertemu dengan Ridhi jadi aku tidak akan pulang" Kata Bara kekeh

Ivi menghela nafasnya dengan kasar. "Haduh tuan muda yang terhormat, kakak saya sedang tidak baik-baik saja. Jadi tolong anda pulang dulu. percuma anda disini jika anda tidak bisa melakukan apapun. Bukan malah membuat kakak saya tenang, tapi anda malah merusak suasana" Jujur Ivi sedih dengan kejadian ini karena suasana rumah yang hangat dan ceria kini berubah menjadi tidak kondusif. Banyak suara tangis dari kakaknya dan ibunya.

Bara berpikir jika memang benar yang di katakan Ivi. "Apa aku boleh meminta nomor ponsel kakak kamu?" Tanya Bara dengan hati-hati

"Waduh-waduh dikasih teh malah minta nomer telepon ceritanya" Kata Ivi tidak habis pikir

Bara mengerutkan keningnya. "Apakah ada yang salah? Aku hanya ingin mencoba berbicara lewat ponsel dengan kakak kamu" Kata bara

"Tidak bisa! Nanti setelah kamu mendapatkan nomor telepon kakak pasti nyawaku tidak akan selamat" Kata Ivi dengan berlebihan. Sedangkan Bara ingin sekali tertawa mendengar jawaban gadis bernama Ivi ini, tapi sebisa mungkin ia tahan.

"Oke oke, jika seperti itu aku meminta nomor telepon kamu saja bagaimana?" Tampak Ivi curiga

"Bukan untuk hal yang aneh-aneh. Aku hanya ingin kamu memberitahu bagaimana keadaan Ridhi. itu saja" Lanjut Bara melancarkan aksinya.

Tampak Ivi berfikir "Jadi anda ingin menjadikan aku sebagai mata-mata?" Bara mengangguk

"Iya! Dan itu tidak gratis, apapun yang kamu minta aku akan turuti" Bara melihat Ivi mulai tergiur

"Apapun!" Bara mengangguk pasti

"Okey deal!" Kata Ivi dengan semangat. Setelah obrolan mereka Bara memutuskan pulang. Walaupun ia tidak bertemu dengan Ridhi tapi setidaknya ia sudah mendapatkan Ivi sebagai teamnya.

"uhuyy maafkan aku kakak, tapi tiket konser, tiket liburan sangat berharga untuk dilewatkan. Ternyata dia tidak seburuk itu. Astaga Vi kamu harus tetap waspada dan jangan gampang percaya. Dia adalah penjahat yang sudah merusak kakakmu. Tapi rezeki juga tidak bisa ditolak kan hehehe" Kata Ivi dalam hati

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!