Keesokan paginya, Huang Mingxiang sudah bangun lebih cepat dari biasanya. Wanita itu dibantu Su Mama, merias dirinya secantik mungkin.
"Aiya, Wangfei ... anda sangat cantik, Wangye pasti tergugah." Su Mama tidak bisa berhenti memujinya, wanita tua itu terus menerus tersenyum hangat keibuan menatap Huang Mingxiang .
Huang Mingxiang hanya tersenyum tipis menanggapi pujian deras dari Su Mama, setelah memakan banyak waktu hanya untuk merias diri, akhirnya Huang Mingxiang sudah siap.
Huang Mingxiang berjalan cepat menuju kediaman Xiao Muqing, diiringi Su Mama yang terus mengikuti.
Saat sampai di sana, Huang Mingxiang langsung masuk tanpa bertanya diizinkan atau tidak. Wanita itu masuk dengan senyum cerah seperti warna biru di Hanfu-nya.
"Wangye, Mingxiang memberi salam." Huang Mingxiang membungkuk, lalu segera berdiri tegak kembali saat melihat Xiao Muqing mengangguk.
Huang Mingxiang menatap tiga orang pelayan yang sibuk membasuh kaki Xiao Muqing, Gu Sinjie yang menyadari hal ini pun segera terbatuk pelan dan berkata,"Kalian semua bisa berhenti dan kembali, namun tinggalkan ember dan lap basahnya."
Tiga pelayan wanita itu pun segera meninggalkan pekerjaan mereka, Gu Sinjie pun ikut pergi bersama para pelayan tadi dan menutup pintu kamar Xiao Muqing rapat-rapat.
Huang Mingxiang berjalan mendekat, lalu duduk di kursi kecil yang ada di dekat kaki Xiao Muqing, mulai mengambil lap dan mencemplungkannya ke dalam ember air hangat. Setelah diperas, dengan lembut Huang Mingxiang mulai membasuh kedua kaki Xiao Muqing.
"Wangye, apa anda sudah sarapan pagi ini?"
"Belum."
"Belum? Bagaimana mungkin pihak dapur telat mengantarkan makanan untuk anda?" Huang Mingxiang mengerutkan keningnya, dia terkejut karena Xiao Muqing belum sarapan.
"Tidak. Hanya memang belum waktunya." Xiao Muqing terus menjawab acuh, tetapi matanya fokus memperhatikan Huang Mingxiang yang tengah membasuh kakinya.
Huang Mingxiang mengangguk. "Mingxiang mengerti, anda memiliki kebiasaan yang sama seperti mendiang Kaisar."
"Kau dekat dengan ayah?" Xiao Muqing mengerutkan keningnya.
Huang Mingxiang mengangguk, lalu mendongak untuk menatap Xiao Muqing. "Tentu, hal ini karena bibi sering mengundang Mingxiang ke Istana." Mendengar ini, Xiao Muqing hanya menjawab 'oh' singkat, setelah itu tidak berkata apa pun lagi, membuat suasana menjadi canggung.
"Nah, Wangye. Kaki anda sudah selesai Mingxiang basuh. Oh, iya ... ngomong-ngomong, apa yang paling anda sukai dari Istana?" tanya Huang Mingxiang untuk mencairkan suasana.
"Tidak ada. Benwang mencintai Wangfu benwang sendiri," jawab Xiao Muqing, membuat senyuman Huang Mingxiang semakin kaku.
Ketika Huang Mingxiang hendak membuka mulutnya lagi, tiba-tiba seorang pelayan datang dan berkata,"Yang mulia, sarapan anda telah siap."
Mendengar itu, Huang Mingxiang bergegas berdiri sambil berseru,"Biar aku yang membantu Wangye."
"Wangye." Huang Mingxiang membungkuk sedikit untuk meminta izin, kemudian dengan hati-hati memegang lengan Xiao Muqing. Dengan tenaga dan usahanya sendiri, Huang Mingxiang memindahkan Xiao Muqing ke kursi roda.
Para pelayan yang melihat Huang Mingxiang melayani Wangye mereka dengan tulus tidak bisa tidak tersenyum melihat ini. Rasa tidak suka mereka kepada Huang Mingxiang perlahan meluntur setelah mendengar gosip bahwa segala tuduhan yang tertuju pada Huang Mingxiang itu tidak benar. Entah mereka mengetahui ini dari mana, mungkin menguping perbincangan dia dengan Xiao Muqing semalam.
Huang Mingxiang mendorong kursi roda Xiao Muqing ke meja makan, kemudian saat hendak mengambil sumpit, Xiao Muqing menahan tangannya. "Benwang bisa makan sendiri."
Huang Mingxiang yang mendengar ini tersenyum lebar, dia terlalu bersemangat sampai berlebihan.
"Baiklah ...."
Huang Mingxiang menyerahkan sumpit kayu itu kepada Xiao Muqing, kemudian beralih menuangkan teh hangat ke dalam cangkir. Begitu mengetahui bahwa itu adalah teh hijau, Huang Mingxiang sedikit terkejut. Sepertinya sekarang dia memiliki trauma terhadap teh hijau.
Xiao Muqing yang menyadari keterkejutan Huang Mingxiang saat menuangkan teh untuknya pun tidak bertanya apa pun, hanya memperhatikan.
Huang Mingxiang berusaha menenangkan dirinya, kemudian menaruh teko teh yang terbuat dari kaca porselen mahal itu kembali ke meja.
Untuk mengalihkan pikirannya, Huang Mingxiang kembali menatap Xiao Muqing yang kini sibuk mengunyah sarapannya.
"Apa anda menyukai bakpao?" tanya Huang Mingxiang.
Xiao Muqing yang mendengar ini menggeleng. "Tidak."
Huang Mingxiang menghela napas, kemudian sedikit menyandarkan punggungnya ke kursi. "Wangye berbohong."
"Benwang sudah lupa seperti apa rasanya," balas Xiao Muqing.
Huang Mingxiang yang mendengar ini mengangguk. "Baik, kalau begitu bagaimana jika Mingxiang buatkan? Wangye akan dapat mengingat rasanya kembali."
"Terserah."
Mendengar jawaban acuh dan menyebalkan dari Xiao Muqing, tidak membuat semangat Huang Mingxiang menurun. Huang Mingxiang berdiri, kemudian berkata,"Wangye, Mingxiang akan kembali dan membawa bakpao untuk Wangye."
Xiao Muqing hanya mengangguk singkat, tidak terlalu mempedulikan Huang Mingxiang.
Setelah Huang Mingxiang pergi, Gu Sinjie masuk dan membungkuk. "Wangye."
"Bagaimana?" tanya Xiao Muqing, pria itu bertanya sambil terus memakan sarapannya.
"Wangfei bersih, Wangye. Beliau dikirim kemari tanpa niat lebih dari pihak istana, serta ... rumor mengenai dia menggoda Kaisar, itu salah. Huang Liyue, kakak perempuannya sendiri yang memfitnah dirinya," jawab Gu Sinjie, menyampaikan seluruh laporan yang ia miliki.
Xiao Muqing mengangguk singkat, kemudian tidak bertanya lagi. Tetapi topik tidak putus sampai di situ, karena Gu Sinjie kembali bicara. "Wangfei dapat dikatakan hebat, beliau berhasil lolos dari serangan pembunuh. Dan sepertinya perkiraan anda bahwa Wangfei akan membunuh dirinya sendiri itu salah, justru sekarang malah sebaliknya. Wangye, apa tidak sebaik--"
"Laporanmu sudah cukup, Sinjie. Sekarang kembalilah ke markas militer, lakukan pekerjaanmu seperti biasa." Xiao Muqing memotong omongan Gu Sinjie, membuat Gu Sinjie mendengus tipis.
"Baiklah, Wangye. Bawahan ini pamit undur diri."
Sementara itu di dapur, seluruh pelayan kacau karena kedatangan Huang Mingxiang yang tiba-tiba.
"Wangfei, anda bisa menyerahkan pekerjaan kasar ini pada kami. Tidak perlu mengotori tangan serta baju anda." Salah satu pelayan memohon kepada Huang Mingxiang.
Huang Mingxiang menggeleng. "Aku ingin membuatkan bakpao secara pribadi untuk Wangye. Walaupun aku tidak terlalu pandai memasak, kalian bersedia membantuku kan?"
Su Mama yang menjadi salah satu pelayan yang berusaha menghentikan Huang Mingxiang pun mengangguk. "Tentu saja, Wangfei. Tetapi sebaiknya anda tidak--"
"Aku baik-baik saja melakukan ini, Wangye juga sudah mengizinkanku!" Huang Mingxiang mengerutkan keningnya kesal, ayolah ... dia hanya ingin memasak. Walaupun kemampuannya tidak bisa dibilang hebat, tetapi juga tidak terlalu buruk. Sewaktu kecil, Huang Mingxiang sering memperhatikan pelayan dapur yang ada di Huang Fu karena sering bolak-balik meminta camilan.
"Aku akan membuat adonannya, tetapi ... bisakah kalian membantuku menyalakan api? Aku tidak terlalu paham caranya, tolong ajari aku," ujar Huan Mingxiang setelah keadaan dapur telah cukup tenang.
Huang Mingxiang sibuk memasak di dapur untuk Xiao Muqing, sampai akhirnya dua jam berlalu. Bakpao yang dia buat bersama pelayan itu berhasil matang sempurna, bibir Huang Mingxiang tidak bisa tidak tersenyum, begitu juga dengan pelayan yang lain.
Huang Mingxiang menaruh bakpao tersebut ke dalam wadah, lalu menyerahkannya kepada Su Mama. "Su Mama, ayo kembali sebentar ke kediaman untuk membersihkan penampilanku. Setelah itu kita kembali menemui Wangye."
"Baik!" Su Mama berseru, dia terlihat sangat gembira.
Huang Mingxiang dengan cepat membersihkan penampilannya, menjadi rapih semula, seperti sebelum ia memasuki dapur. Setelah siap, wanita itu kembali berjalan menuju kediaman Xiao Muqing.
Saat tiba di sana, Huang Mingxiang melihat Xiao Muqing sudah berganti pakaian. Rambut pria itu masih basah, di tangan kanannya terdapat buku yang tidak Huang Mingxiang pedulikan buku apa itu.
"Wangye." Huang Mingxiang tersenyum lebar ke arah Xiao Muqing, membuat Xiao Muqing mengalihkan tatapannya ke Huang Mingxiang sebentar, lalu kembali lagi ke buku.
"Lihat ini, bakpao yang Mingxiang buat sendiri telah jadi. Anda harus mencobanya." Huang Mingxiang membuka penutup wadah bakpao-nya, lalu menyodorkannya ke arah Xiao Muqing.
Xiao Muqing memperhatikan bakpao buatan Huang Mingxiang, kemudian mengambilnya satu buah. Pria itu tidak langsung memakannya, namun memperhatikannya dulu.
"Seberapa besar keributan di dapur yang kamu ciptakan untuk membuat ini?" ucap Xiao Muqing, membuat Huang Mingxiang memutar bola matanya malas. Dia pikir Xiao Muqing bicara untuk memujinya tadi.
Huang Mingxiang berdiri, kemudian berjalan ke salah satu meja yang ada di kamar Xiao Muqing dan mengambil sisir. Wanita itu kembali berjalan ke arah Xiao Muqing, namun kali ini berdiri tepat di belakang kursi roda Xiao Muqing.
"Intinya tidak cukup besar untuk membuat ibu kota kekaisaran ini runtuh," jawab Huang Mingxiang.
"Rambut anda belum disisir dengan benar," timpal Huang Mingxiang, kemudian mulai dengan lembut menyisir rambut Xiao Muqing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Shai'er
kok suudzon aja loh bawaannya, Wangye😠😠😠
2023-04-05
1
Shai'er
👍👍👍
2023-04-05
0
Shai'er
yakin lu gak penasaran 😏😏😏
2023-04-05
0