Sarah Belle terkejut saat membuka pintu apartemen terlihat 2 orang berdiri di depan. Seorang pria dan lainnya wanita berdiri mengenakan pakaian serba hitam.
“Mau cari siapa, ya ?” Sarah Belle mengerutkan dahinya, menatap keduanya dengan wajah bingung.
”Kami bertugas menjaga Nona atas permintaan Tuan Alden. Nama saya Jaka dan rekan saya Dina.”
Wanita bernama Dina itu menganggukan kepala sebagai tanda hormat pada Sarah Belle.
“Saya mau berangkat ke kantor dulu,” ujar Sarah Belle bersiap keluar apartemen.
“Maaf Nona,” ujar Dina. “Tuan Alden melarang anda ke kantor atau ke tempatlain tanpa ijin Tuan Alden.”
“Serius ?” mata Sarah Belle langsung membulat. “Semalam tidak ada pembicaraan apapun soal pengamanan dan larangan.”
“Silakan anda hubungi Tuan Alden langsung, Nona,” ujar Jaka.
Sarah Belle menggerutu sambil mencari handphone miliknya yang diberikan Alden. Ia baru sadar kalau handphone itu belum dihidupkan lagi sejak kepergian Sarah Belle ke apartemen Reyhan.
“Ada apa, sayang ?” suara manis Alden langsung menjawab panggilan telepon Sarah Belle.
“Sayang… sayang…” gerutu Sarah Belle dengan nada kesal. “Sejak kapan kamu berhak melarang aku kemana-mana bahkan ke kantor ?”
“Mulai hari ini,” sahut Alden santai.
“Mana bisa begitu, Den ? Untuk bisa kembali bekerja saja aku memerlukan Yudha untuk meyakinkan pihak kantor dan baru dua minggu aku bekerja, kamu sudah seenaknya melarangku. Lalu kenapa semalam kamu tidak membicarakan soal ini denganku ?”
“Semalam kamu terlalu capek setelah bekerja dengan boss-mu itu. Dan sekarang sebagai calon suami, aku memberimu larangan untuk bekerja.”
“Baru calon suami, belum sah sebagai suami, Den ! Mana bisa kamu melarang aku seperti ini. Kamu pikir aku tahanan yang harus melapor semua aktivitasku padamu ?”
“Anggap saja begitu, kamu adalah tahananku. Dan sekarang lebih baik kamu datang ke kantorku. Minta Jaka dan Dina mengantarmu, aku sudah siapkan mobil khusus untukmu. Aku akan memberikan apa yang kamu cari.”
“Apa maksudmu, Den ?”
“Tidak usah dipikirkan atau bertanya-tanya, nanti kepalamu bisa sakit lagi. Aku tunggu kedatanganmu di kantor, Sayang.”
Tanpa menunggu jawaban Sarah Belle, Alden langsung memutuskan sambungan teleponnya.
“Dasar cowok egois, songong, nyebelin !” omel Sarah Belle sambil menghentakkan kakinya ke lantai.
Dengan perasaan kesal akhirnya Sarah Belle menurut untuk pergi ke kantor Alden diantar Jaka dan Dina.
Hanya butuh 25 menit untuk sampai di kantor Hutama Grup, Jaka langsung menghentikan mobilnya di depan lobby.
Dina bergegas turun dan belum sempat Sarah Belle membuka pintu, Dina sudah lebih dulu membukakan untuknya.
Dengan wajah kesal, Sarah Belle bergegas masuk ke dalam kantor menuju lift dan mengabaikan beberapa orang yang memberinya salam. Bukan hal baru untuk karyawan Hutama Grup.
Sarah yang asli memang dikenal sebagai wanita yang arogan dan tidak ramah, bahkan kadang-kadang sedikit semena-mena dengan karyawan rendahan di kantor itu.
Sarah Belle sempat mengerutkan dahi saat tidak melihat Tami atau Raka di depan ruangan Alden.
Jam masuk kerja sudah lewat sejam yang lalu, kecuali cuti, tidak mungkin Tami belum datang ke kantor.
“Kamu tunggu di sini,” pinta Sarah Belle sambil menatap Dina yang langsung diangguki wanita itu.
Sarah Belle mengetuk pintu dan tanpa menunggu jawaban dari dalam, ia langsung membuka pintu.
“Alden, aku…”
Cilla membeku saat melihat bukan hanya Alden yang ada dalam ruangan itu. Ada Tuan Wira dan beberapa kepala divisi serta Tami dan Raka.
“Maaf,” Sarah Belle tersenyum kikuk.
“Apa kabar, calon menantu ?” suara Tuan Wira membuat Sarah Belle urung mundur dan menutup pintu.
Alden sempat mengerutkan dahi saat melihat sikap ramah daddy Wira pada Sarah. Biasanya sama seperti mommy Lanny, daddy Wira akan bersikap datar dan cenderung ketus pada Sarah.
“Sepertinya rapat kita sudah selesai juga,” Tuan Wira beranjak dari sofa dan langsung berjalan mendekati Sarah Belle.
“Apa kabar, Belle ?”
Tuan Wira langsung memeluk Sarah Belle dan berbisik di telinga Sarah Belle.
Sama seperti Alden yang kembali membelalakan matanya melihat sikap daddy Wira, mata Sarah Belle pun langsung membulat. Tidak menyangka akan menerima perlakuan demikian dari calon mertua Sarah.
“Tante sudah kangen masak bersama denganmu. Luangkanlah waktu untuk menemani Tante-mu yang selalu merindukanmu,” suara daddy Wira yang pelan membuat Alden menajamkan pendengarannya namun tidak terlalu jelas.
“Minggu depan saya akan datang menemui Tante, Om,” Sarah Belle tersenyum ramah.
“Sekalian makan malam di rumah,” Daddy Wira tertawa sambil menepuk bahu Sarah Belle sebelum keluar dari ruangan Alden.
4 kepala divisi lainnya pun ikut keluar sambil menganggukan kepala saat melewati Sarah Belle.
Tami dan Raka pun akhirnya menyusul keluar setelah berbincang sejenak dengan Alden.
Tami hanya tersenyum sambil mengedipkan matanya dan Raka hanya menyapa sebentar.
“Ada apa, Sayang ?” Alden tersenyum sambil duduk di sofa. Kedua tangannya terlipat di depan dada dan kakinya diangkat menyilang.
“Sayang… sayang,” gerutu Sarah Belle dengan bibir cemberut, berjalan mendekati Alden dan duduk di sofa dekat pria itu.
“Kenapa tiba-tiba kamu mengambil keputusan sepihak begini, Den ? Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor,” ujar Sarah Belle dengan nada penuh emosi.
“Kamu adalah calon istriku, jadi tugasmu cukup hanya mempersiapkan diri untuk pernikahan kita. Lagipula kamu tidak bisa bekerja sebagai pengacara dengan kondisimu saat ini. Jadi daripada membuang-buang waktumu, lebih baik persiapkan dirimu saja.”
“Tapi masih ada yang perlu aku cari di kantor,” ujar Sarah Belle dengan emosi yang mulai meningkat.
Alden hanya tertawa pelan dan beranjak dari sofa menuju meja kerjanya. Terlihat Alden mengambil sesuatu dari dalam lacinya.
“Kemarilah ! Aku mau memberikan apa yang kamu cari,” Alden memperlihatkan satu map biru di tangannya.
Alis Sarah Belle menaut namun akhirnya ia bangun juga mengikuti permintaan Alden.
“Bacalah !” Alden meletakkan map itu di atas meja dan mendekatkannya pada Sarah Belle yang berdiri di hadapannya, terhalang oleh meja.
Sarah Belle menarik kursi hadap di depan Alden dan mulai membuk map itu. Matanya langsung membelalak saat membaca poin-poin yang tercantum dalam dokumen itu.
“Apakah Sarah akan mendapatkan uang sebanyak ini setelah menikah denganmu ? Dan ini…”
Sarah Belle mendongak dengan jari menunjuk pada satu titik di dokumen yang tadi dibacanya.
“Kamu akan menambahkan lagi saham Hutama grup jika Sarah bisa langsung memberikan anak lelaki dalam pernikahan kalian ? Waahhh… ” Sarah Belle berdecak membaca isi perjanjian yang disiapkan Sarah saat menikah dengan Alden.
“Aku akan menandatanginya segera setelah kamu mengiyakan pernikahan kita tanpa harus menunggu sampai 100 hari segala.”
“Tidak bisa ,” Sarah Belle menggeleng. “Angka 100 itu tidak bisa dikurangi atau ditambah,” tegas Sarah Belle sambil menatap Alden.
“Kenapa ? Bukankah lebih cepat lebih baik ? Kamu bisa segera menjadi wanita kaya yang hidup dari pemberian suami dan harta milikmu sendiri tanpa harus capek bekerja. Fokus saja di rumah, memikirkan bagaimana bisa memberikan keturunan seorang anak lelaki sebagai penerus keluarga Hutama.”
“Sudah aku bilang Alden, saat ini aku sedang tidak memikirkan soal materi. Ada hal yang harus aku selesaikan, jadi tolong cabut perintahmu itu dan biarkan aku bekerja kembali sampai masa 100 hari itu berakhir. Lagipula sudah berlalu 33 hari, jadi sudah sepertiga jalan, tinggal 67 hari lagi. Please Alden,” Sarah Belle menangkup kedua tangannya di depan wajahnya, memohon pada Alden dengan wajah memelas.
“Pekerjaan apa yang harus kamu selesaikan ?”
Alden beranjak bangun dan mendekati Sarah Belle, berdiri sambil menyandarkan bokongnya di meja kerja dengan kedua tangannya terlipat di depan dada.
“Pekerjaan apa yang harus kamu selesaikan begitu pribadi dengan bossmu yang mesum itu ?”
Alden mendekatkan wajahnya pada wajah Sarah membuat wanita itu terkejut dan menjauhi wajahnya yang mulai memerah.
“Sudah aku bilang…”
“Aku juga pria dewasa, Sarah,” potong Alden sambil tertawa pelan. “Sebagai sesama pria, aku bisa menerka apa rencana Reyhan padamu. Dan sebagai calon suamimu, aku tidak rela kalau calon istriku berduaan dengan pria lain di dalam apartemen pribadi seperti kemarin. Apa Reyhan begitu spesial untukmu, Sarah ?”
Alden berbisik begitu dekat di telinga Sarah Belle membuat bulu kuduknya meremang. Namun berbeda saat diperlakukan begitu oleh Reyhan, Sarah Belle tidak merasakan debar jantungnya berdetak berkali-kali lebih cepat dan rasa panas menjalar di seluruh wajahnya.
“Kenapa dia boleh menyentuhmu sementara denganku, calon suamimu, banyak aturan dan ada larangan untuk melakukan kontak fisik sampai waktu yang kamu minta itu berakhir ?”
Karena aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berdebar dan mengharap lebih dari sekedar sentuhanmu, Alden. Aku mengharapkan hatimu yang sangat mustahil bagiku, batin Annabelle.
Seperti yang Yudha pernah katakan kalau ingatan di hati dan pikiran itu akan bertahan lebih lama bahkan mungkin seumur hidupku. Aku tidak ingin membawa rasa itu dalam kematianku, Alden.
“Kenapa diam saja ?” Alden tersenyum dingin. “Sedang membayangkan bagaimana rasanya sentuhan Reyhan di wajahmu seperti ini ?”
Alden mengusap wajah Sarah Belle dengan perlahan membuat debaran jantung Annabelle kembali berdetak tidak karuan.
“Alden,” Sarah Belle kembali bergerak menjauhi tangan Alden.
“Kenapa ? Lebih menyenangkan sentuhan Reyhan daripada sentuhanku ?” tanya Alden dengan senyman sinis.
“Alden !” mata Sarah Belle membola. “Aku bukanlah wanita seperti itu !”
Terlihat wajah Sarah Belle berubah kesal sementara Alden tertawa dengan nada sumbang.
“Lalu kamu wanita seperti apa, Sarah ? Wanita yang kedapatan hamil menjelang pernikahanya padahal calon suaminya tidak pernah menyentuhnya ?”
“Aku…” Sarah Belle bingung harus memberikan jawaban apa.
“Kenapa ? Panik ?” Alden tertawa sambil melirik Sarah Belle.
“Jangan khawatir, aku sudah sangat mencintaimu. Kamu sudah membuat hatiku tidak bisa berpaling darimu, meski hubungan kita baru berjalan 2 tahun.
Jadi mari kita sama-sama melupakan masa lalu dan membuka lembaran baru dengan pernikahan kita. Namun aku juga punya syarat. Entah selama masa tunggu atau sesudah kita menikah nanti, kamu harus memutuskan hubungan dengan Reyhan. Putus sampai ke akar-akarnya.”
Sarah Belle terdiam. Rasanya sakit hatinya bertambah mendengar penegasan Alden tentang cintanya yang luar biasa untuk Sarah.
Tiba-tiba kepala Sarah Belle kembali berdenyut saat ingatan Sarah kembali datang meski samar bercampur dengan pikiran Annabelle.
Sarah Belle beranjak bangun dan berniat pindah ke sofa, namun rasa sakit di kepalanya bertambah kuat hingga akhirnya Sarah Belle jatuh tidak sadarkan diri sebelum Alden sempat menangkapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Tatik R
67 hari lagi akan terjadi apa berikutnya🤔🤔🤔
2023-04-09
1
Irul Manurung
kayaknya alden udah mulai curiga kalau yg ad di tubuh sarah adalah jiwanya Annabelle... hemmmm jd penasaran bnget...
2023-04-09
1