Sudah 3 hari ini Annabelle mengutak-atik komputer miliknya di kantor Hutama. Dia yakin kalau rekaman percakapan Sarah sudah dibuat copy-nya dan disimpan di komputer ini.
“Mbak Tami, apa selama saya di rumah sakit ada yang membuka komputer saya ?”
Tami, sekretaris Alden yang baru masuk hari ini mendongak. Menatap Sarah Belle dengan raut tidak bersahabat, membuat Annabelle bergidik. Selama menjadi asisten Tami, belum pernah melihat wajah ibu dua anak itu sebegini galaknya.
Sejak Sarah diperkenalkan sebagai kekasih Alden, lalu beberapa bulan kemudian status berubah menjadi calon istri, Tami sudah pernah berkomentar pada Annabelle saat makan siang bersama.
“Aku nggak yakin kalau wanita itu akan terlihat menarik tanpa make-up,” cibir Tami.
“Semua perempuan itu diciptakan menjadi mahluk yang cantik, Mbak,” sahut Annabelle sambil tertawa. “Dan make up itu gunanya untuk menambah kecantikan setiap perempuan.”
“Cantik itu bukan hanya dari polesan make up, Belle. Tapi dari dalam hati, inner beauty. Entah apa yang Pak Alden lihat dari wanita bernama Sarah itu. Sombongnya bukan main, belum jadi istri saja suka semena-mena sama karyawan Pak Alden, sok kecakepan pula.”
“Mbak Tami ngomel-ngomel kayak pernah ditolak sama Pak Alden,” ledek Annabelle sambil tertawa.
“Bukan seleraku, Belle,” Tami mencebik. “Pak Alden memang tampan, mapan dan keren, tapi sayangnya bukan pria begitu yang aku cari. Pak Alden itu masuk kategori cowok sok jaim, kaku dan sadar kalau dirinya cakep jadi agak belagu.”
Annabelle tertawa mendengar keluhan Tami dengan wajah penuh ekspresi.
“Tapi bukan berarti aku mempengaruhi kamu untuk berhenti menyukai Pak Alden loh, Belle,” Tami melirik Annabelle sambil senyum-senyum.
“Loh, kok Mbak Tami tahu kalau saya suka sama Pak Alden ?” mata Annabelle membola, tidak menduga kalau perasaannya terbaca orang lain.
“Saya ini sudah lebih tua dari Pak Alden, apalagi kamu, Belle. Sudah makan asam garam soal dunia percintaan. Sudah berapa kali Pak Alden sengaja merendahkanmu dan memberi pekerjaan di luar job desc kamu, Belle, tapi aku dan Raka lihat kalau kamu biasa-biasa saja bahkan dengan senang hati menjalankannya. Kalau bukan karena punya rasa cinta, mungkin sudah lama kamu minta pindah atau mengundurkan diri dari perusahaan.”
Annabelle tertawa dan wajahnya sedikit merona karena malu.
”Ketahuan deh akhirnya,” ujar Annabelle di sela-sela tawanya.
“Nona… Nona Sarah,” panggilan Tami disertai tepukan di bahunya membuat Sarah Belle terkejut.
Lamunannya tentang obrolan bersama Tami buyar dan kembali pada kenyataan kalau Tami masih menunjukkan wajah galaknya di depan Sarah.
“Komputer milik Nona yang mana ? Kalau di meja itu adanya komputer kerja milik Annabelle,” sahut Tami dengan nada sedikit ketus.
“Ah iya… maksud saya komputer milik Annabelle. Apa sejak Annabelle di rumah sakit ada yang membuka-buka komputernya ?”
“Nona Sarah yang terhormat, komputer kerja yang dipakai oleh Annabelle adalah milik perusahaan Hutama dan sebagai pemilik, perusahaan berhak melalukan apapun atas barang kepunyaan mereka. Lagipula untuk apa Nona membuka komputer Belle bahkan tahu password-nya. Selama ini saya sendiri tidak terlalu pusing dengan peralatan kerja orang lain sekalipun Belle adalah asisten saya. Sebetulnya data apa yang Nona cari ?”
Mata Tami menyipit dan menatap Sarah dengan tatapan menelisik, curiga dengan pertanyaan Sarah dan aktivitas wanita itu di meja kerja Annabelle.
“Annabelle pernah meminta saya untuk melihat satu data di handphonenya di malam kecelakaan kami, tapi saya yakin kalau handphone Annabelle rusak akibat tabrakan malam itu. Lalu saya ingat Annabelle bilang kalau dia sudah menyimpan data itu di komputer kantor.”
“Apa data itu berhubungan dengan skandal anda, Nona ?” Tami tersenyum sinis dan menatap Sarah Belle dengan kedua alis terangkat.
Sarah Belle menghela nafas. Rasanya ingin bilang pada Tami kalau dirinya adalah Annabelle bukan Sarah.
Tapi apakah tepat membuka dirinya sekarang ? Dan apakah Tami akan percaya ?
“Apa bisa kita makan siang bersama ?” tanya Sarah Belle dengan wajah penuh harap.
“Kita tidak sedekat itu untuk makan siang bersama, Nona Sarah. Dan bukankah bagi anda, kami ini hanya karyawan yang dibayar untuk bekerja dan melayani para boss kami ? Itu kan yang selalu anda tekankan ?”
“Tolong beri saya kesempatan sekali ini, Mbak Tami.”
Tami melirik jam dinding, baru pukul 10.55. Masih satu jam sebelum waktu makan siang.
“Saya akan menelpon Alden dan minta ijin keluar sekarang. Mereka baru kembali ke kantor setelah jam makan siang, kan ?”
Tami diam saja sambil melirik Sarah Belle. Akhirnya Sarah Belle pun mengetik pesan untuk Alden, meminta ijin keluar dengan Tami sampai jam makan siang berakhir.
Baru lima menit kemudian Alden menjawab pesan Sarah Belle dan mengiyakan permintaan calon istrinya itu.
Limabelas menit kemudian, dua wanita ini sudah duduk berhadapan di sebuah cafe yang letaknya dekat kantor.
Cafe yang cukup sepi karena dari segi harga tidak cocok untuk budget makan siang karyawan, namun nyaman untuk tempat ngobrol santai atau pertemuan bisnis.
“Apa yang ingin Nona sampaikan pada saya ?”
Suara Tami yang ketus dan tegas membuat Sarah Belle tersenyum tipis, Keduanya sudah selesai memesan makanan dan minuman.
“”Saya ingin minta bantuan Mbak Tami,” ujar Sarah Belle dengan wajah serius. “Sebagai Annabelle bukan Sarah.”
“Maksudnya ?” Tami mengerutkan dahinya.
“Saya yakin Mbak Tami tidak akan percaya kalau saya bilang di hadapan Mbak Tami ini adalah Annabelle yang berwujud Sarah.”
Tami langsung tertawa mengejek dan menatap Sarah Belle dengan wajah sinis.
“Nona sedang belajar sulap atau hipnotis orang ?”
“Saya akan menceritakan kondisi sebenarnya. Tolong jangan dipotong dulu, Mbak Tami boleh bertanya setelah saya selesai.”
Dengan wajah malas Tami hanya melirik Sarah Belle. Pesanan minuman mereka datang lebih dulu sebelum Sarah Belle memulai kisahnya.
Sampai di titik Annabelle terbangun dengan tubuh Sarah, wajah Tami masih terlihat biasa saja dan tidak percaya.
“Saya akan membuktikan kalau di dalam tubuh ini benar-benar Annabelle dan bukan Sarah.”
Annabelle pun mulai bicara soal kejadian-kejadian di kantor yang pernah dilaluinya bersama Tami dan Raka, termasuk kelahiran anak kedua Tami, nama suami dan anak-anaknya, cerita tentang kesibukan Tami yang meminta bantuan Annabelle saat merayakan ulangtahun pertama putri kecilnya.
“Bagaimana bisa ?” Tami mengerutkan dahi menatap Sarah Belle dengan wajah bingung, hatinya masih gamang untuk mempercayai kalau di hadapannya ini adalah Annabelle berwujud Sarah.
“Saya dan dokter Yudha juga tidak menemukan jawabannya secara medis, Mbak. Tapi beginilah kondisi saya sekarang. Dan tujuhbelas hari berlalu, berarti sisa waktu saya hanya tinggal 83 hari lagi,” nada suara Sarah Belle terdengar sedih.
“Lalu bantuan apa yang bisa aku berikan, Belle ?” jemari Tami menyentuh jemari Sarah.
Terasa canggung karena yang dipegangnya adalah tubuh Sarah, namun ucapan yang keluar dari mulut wanita itu memang mencerminkan sosok Belle.
“Mbak Tami percaya kalau saya ini Belle ?”
“Jujur aku tidak percaya seratus persen karena kejadian seperti ini sedikit aneh buatku. Tapi hati kecil ini berkata untuk membantu kamu. Dan aku yakin kalau suara hati itu tidak pernah bohong.”
“Saya mencari rekaman percakapan Sarah di toilet kantor tiga hari sebelum kecelakaan, Mbak. Hanya percakapan satu arah tapi cukup jelas kalau Sarah punya maksud tidak baik pada Alden.. eehh maksud saya Pak Alden. Saya menyimpan copy-nya di komputer, jaga-jaga kalau sampai handphone saya dirusak atau hilang. Tapi sudah tiga hari ini saya cari, file itu hilang dari komputer saya.”
“Apa kamu sudah tanya Raka ?”
“Belum,” Sarah Belle menggeleng. “Mas Raka pun belum tahu kalau saya ini Annabelle yang berwujud Sarah. Saya yakin kalau Mas Raka tidak akan percaya. Lagipula kalau sampai Pak Alden tahu, tujuan saya akan berantakan semuanya. Sekalipun saya tidak bisa kembali ke raga Annabelle dan hidup kembali, saya akan menggunakan kesempatan ini untuk membongkar niat buruk Sarah pada Pak Alden. Sudah cukup Sarah menipunya dengan perselingkuhan sampai punya anak dengan pria lain.”
“Kamu benar-benar mencintai Pak Alden ya, Belle ?”
“Mungkin karena sudah terbiasa bersama sejak kecil, Mbak. Pak Alden pernah menjadi kakak yang baik buat saya, dan mulai berubah sejak dia duduk di bangku SMP. Mungkin saja perasaan saya bukan cinta antara wanita dan pria, tapi lebih kepada adik dan kakak.”
Terdengar tawa sumbang mengikuti ucapan Annabelle yang membuat Tami tersenyum tipis.
“Cintamu itu bukan antara adik dan kakak, Belle. Aku dan Raka bisa melihat dan merasakannya. Bahkan kecelakaanmu bisa membuktikannya kalau semua itu kamu lakukan karena cintamu yang besar pada Pak Alden.”
“Ternyata saya ini orang yang mudah dibaca, ya,” Annabelle kembali tertawa.
“Aku akan membantumu, Belle.”
Tami kembali memegang jemari Belle dan menggenggamnya dengan erat.
“Sedikit canggung bicara denganmu namun wajah Sarah yang aku lihat. Wajah menyebalkan wanita sombong yang gayanya sudah kayak yang paling cantik sedunia,” Tami mencibir.
“Dan coba kamu pandangi wajah Sarah di depan cermin, Belle. Seperti pernah aku bilang kalau Sarah itu hanyalah wanita jelek jika tanpa make-up karena tidak ada hati yang tulus dalam sikapnya sehari-hari.”
“Tapi wanita jelek yang Mbak Tami bilang itu kesayangannya Pak Alden. Bahkan setelah tahu Sarah hamil dari laki-laki lain, Pak Alden tetap akan menikahinya. Bisa Mbak Tami bayangkan bagaimana Tuan dan Nyonya Hutama shok dengan sikap putra tunggal mereka.”
“Mungkin Sarah pakai pelet, Belle.”
“Memangnya masih ada di jaman modern begini, Mbak ?” Annabelle menautkan alisnya.
“Dunia hitam nggak mengenal perkembangan jaman, Belle. Buktinya sekarang orang bisa melakukan hipnotis hanya lewat telepon, tidak perlu bertatapan langsung.”
Annabelle mengangguk-anggukan kepalanya dengan dahi berkerut membuat Tami tertawa.
“Jangan terlalu dipikirkan serius, Belle. Itu bukan urusan kita untuk mencari jawabannya. Yang penting sekarang adalah rencan dan tujuanmu diam di tubuh Sarah dengan sisa waktu 83 hari lagi.”
“Terima kasih sudah percaya dan mau membantu saya, Mbak Tami.”
Annbelle tersenyum dan gantian menggenggam jemari Tami yang juga tersenyum padanya.
“Aku berharap kamu bisa kembali menjadi dirimu sendiri, Belle meskipun aku sendiri tidak yakin kamu bisa membuat Pak Alden benar-benar jatuh cinta padamu dalam waktu yang sangat singkat.”
“Tidak apa-apa kalau sampai Pak Alden tidak bisa mencintai saya, Mbak. Bagi saya bisa membuka mata Pak Alden soal Sarah sudah cukup dan kalaupun Pak Alden tetap memilih Sarah, itu adalah haknya Pak Alden.”
“Berjuanglah untuk yang terbaik dalam hidupmu, Belle. Apapun akhirnya, aku percaya kamu adalah Annabelle, gadis berkacamata tebal yang ringan tangan, bawel dan ramah pada siapapun juga. Pemilik cinta sejati untuk Alden Hutama.”
“Jangan nyindir dong, Mbak,” Annabelle tertawa renyah membuat Tami menambah keyakinanya kalau yang ada di hadapannya benar-benar Annabelle.
“Mbak, minta tolong jangan bilang sama Mas Raka dulu. Saya akan menceritakan semuanya pada Mas Raka dan Pak Alden saat waktunya tepat, dan tidak sekarang.”
Tami mengangguk sambil tersenyum membuat Annabelle sedikit lega karena ada lagi orang yang mau percaya dengan keadaannya.
“Kenapa Tami tiba-tiba akrab dengan Sarah, Ka ?”
Alden yang baru saja selesai meeting di tempat yang sama mengerutkan dahi saat melihat Tami dan Sarah Belle berbincang sambil tertawa dengan akrab.
“Gue juga nggak tahu, Al. Sejak kecelakaan itu, sifat Sarah juga berubah banget. Apa memang cuma karena amnesia sementara seperti Yudha bilang atau kena benturan keras sampai Sarah lupa sama sifat dia sebelum kecelakaan.”
“Maksud lo ?” Alden menoleh menatap Raka dengan wajah yang membuat Raka nyengir kuda.
“Kenyataan Boss, kenyataan,” ujar Raka sambil mengusap tengkuknya.
“Semua data penting di komputer cewek itu sudah elo tarik, kan ?”
“Annabelle, Alden. Cewek culun itu punya nama bagus. A-N-N-A-B-E-L-L-E.”
“Nggak penting,” Alden mendengus kesal dan keluar dari cafe menuju mobil yang terpakir di belakang bangunan hingga Tami dan Sarah Belle tidak tahu kalau Alden dan Raka berada di tempat yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻
kuat banget ya Annabelle menghadapi Alden yg super songong
2023-04-28
1
Farida Wahyuni
uh dasar alden manusia songong. aku berharap suatu saat kamu sejatuh2nya, krn kesombongan kamu sendiri.
2023-04-05
1
Tatik R
kesel liat Alden segitu bencinya ma Belle
2023-04-05
1