Saling Mengawasi

Sarah Belle bersyukur karena sudah 3 hari ini Reyhan tidak mengganggunya karena kesibukan dengan klien baru kantor pengacara ini.

Sarah Belle yakin kalau saja kondisi Sarah tidak dalam mode amnesia, sudah pasti wanita itu akan terlibat karena dari semua berkas yang tersimpan rapi di lemari Sarah selalu ada nama Reyhan Gilang dan Sarah.

“Ada Pak Herman mau bertemu, Bu,” ujar Helena yang muncul di pintu setelah mengetuknya.

Sarah Belle mengerutkan dahi karena merasa tidak mengenal ada nama Herman di antara stafnya.

“Disuruh Pak Reyhan, Bu,” ujar Helena kembali saat melihat wajah bingung atasannya.

“Ooo…” Sarah Belle mengangguk-angguk teringat ucapan Reyhan 3 hari lalu. “Suruh masuk aja.”

Tidak lama seorang pria berperawakan tinggi kurus, berkulit gelap dan wajah bersih tanpa kumis masuk bersama seorang pria yang lebih muda dengan ekspresi sama kakunya dengan pria bernama Herman itu.

“Maaf kalau saya agak lupa dengan anda Pak Herman,” Sarah berdiri di depan kursinya mempersilakan kedua tamunya duduk di kursi hadap.

Herman meletakkan satu kantong kertas dan mengeluarkan isinya.

“Dari Tuan Reyhan.”

Herman membuka kotak handphone yang sudah tidak bersegel itu dan mendekatkannya pada Sarah.

“Apa saya boleh menggunakan ini untuk melakukan panggilan ke nomor lain ?” Sarah mengulurkan tangan, mengambil benda pipih dari dalam dus.

”Untuk masalah itu, Nona bisa tanyakan langsung pada Tuan Reyhan.”

Sarah hanya manggut-manggut dan menyalakan handphone yang sudah digenggamnya.

Tidak lama setelah handphone nyala dengan sempurna, satu panggilan telepon masuk dan tulisan my soulmate terlihat di layar.

Demi menyempurnakan sandiwaranya, Sarah Belle langsung membuat ekspresi bahagia dengan senyuman lebar yang bisa dilihat oleh kedua pria di depannya.

“Ya sayang,” ujar Sarah membuka percakapan.

“Jadi kamu sudah menerima paket dariku ?” tawa renyah terdengar membalas ucapan Sarah.

“Terima kasih karena sudah mengirimkannya langsung lewat kurir istimewa.”

“Aku tunggu kabar baik darimu, sayang.”

“Ya, begitu semuanya beres, aku pasti akan memberimu kabar baik.”

Terlihat Sarah senyum-senyum dengan wajah dibuat tersipu-sipu sebelum mengakhiri panggilannya.

Sarah mengernyit saat kedua pria itu masih duduk santai di depannya, bahkan pria di sebelah Herman mengeluarkan laptop dan beberapa peralatan yang tidak Sarah Belle kenali kegunaannya.

“Apa ada hal lain lagi, Pak Herman ?” tanya Sarah masih dengan dahi berkerut.

”Apa boleh kami memeriksa tas tangan anda beserta isinya, Nona ?” tanya Herman dengan sopan namun terdengar kaku dan datar.

“Untuk apa memeriksa barang-barang pribadi saya ?”

“Hanya pencegahan, Nona dan semua ini atas permintaan Tuan Reyhan sendiri.”

Sarah Belle menghela nafas dan sempat menyipitkan matanya menatap kedua pria di depannya bergantian.

Merasa tidak pernah membawa alat perekam atau pelacak apapun, Sarah Belle mengambil tas tangannya dan meletakkannya di atas meja.

“Bisa tolong dikeluarkan isinya, Nona ?” pinta pria lain yang berkacamata itu.

Sarah Belle kembali mengernyit dan menatap Herman dengan penuh tanya.

“Maaf saya lupa mengenalkannya pada Nona. Ini adalah Riko, salah satu orang IT terbaik yang dipercaya oleh Tuan Peter dan Tuan Reyhan untuk membantu kantor ini meski tidak secara resmi.”

Sarah Belle kembali manggut-manggut dan hanya tersenyum membalas anggukan kepala Riko.

Tanpa ragu, Sarah Belle mengeluarkan seluruh isi tasnya dan meletakkan tas itu sendiri di atas meja.

“Silakan.”

Sarah mendekatkan baki yang sudah disiapkan Riko untuk menaruh barang-barang Sarah.

“Maaf kalau boleh handphone anda, Nona.”

Sarah Belle menghela nafas sedikit kesal namun tetap menyerahkan handphone miliknya pemberian Alden. Sebetulnya ada rasa deg deg kan seandainya ditemukan sesuatu di handphonenya, tapi buat Annabelle sendiri, wajar saja kalau sampai ditemukan pelacak di handphone pemberian Alden.

Sarah Belle memperhatikan pemeriksaan yang dilakukan Riko. Matanya mengernyit saat Riko memeriksa dompet kecil peralatan make up Sarah Belle yang berisi bedak, lipstik, pensil alis dan kertas minyak.

Dua kali pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan satu gagang besi seperti pena yang didekatkan pada benda-benda itu dan satu alat lagi menyerupai alat pendeteksi uang palsu.

“Apakah perlu perlalatan make up saya diperiksa seperti itu ?” tanya Sarah Belle sambil terus memperhatikan aktivitas Riko.

“Dalam menangani satu kasus, segala kemungkinan itu pasti ada Nona, jadi kami tidak pernah melewatkan benda apapun,” Herman yang menjawab pertanyaan Sarah Belle.

Sarah Belle hanya mengangguk dan kembali fokus memperhatikan Riko.

Tiba-tiba pikirannya teringat pada dompet peralatan make up Sarah yang ada di laci mejanya sebelah kiri. Kalau sampai orang-orang kantor ini berpikir siapapun bisa menyembunyikan sesuatu di peralatan make up wanita, berarti kemungkinan….

Sarah Belle mengangkat kedua alisnya namun berusaha menahan diri untuk menutupi semangatnya memeriksa peralatan make up milik Sarah.

“Bagaimana ?” tanya Herman pada Riko yang sudah merapikan peralatan yang digunakannya.

“Hanya pelacak posisi saja,” sahut Riko pelan.

“Maksudnya gimana ?” Sarah Belle mengerutkan dahinya.

“Di handphone anda aplikasi pelacak posisi saja, Nona, bukan alat penyadap.”

“Ooo, tapi nggak dihapus kan ? Calon suami saya bisa curiga kalau saya tiba-tiba mematikan atau menghapusnya. Bisa-bisa saya dilarang kerja di sini lagi,” ujar Sarah Belle dengan wajah serius.

“Tidak, Nona,” sahut Herman.

“Apa ada cara menon-aktifkan aplikasi itu bila diperlukan ? Ya Pak Herman tahu kalau saya…” Sarah Belle sengaja menggantung kalimatnya dan menatap Herman dengan isyarat yang ia yakin langsung dimengerti.

“Pada saat handphone anda mati total maka aplikasi tidak akan bisa digunakan, Nona.”

Kali ini Riko yang memberi penjelasan dan Sarah Belle hanya mengangguk-angguk.

“Terima kasih kalau begitu,” ujar Sarah Belle.

Herman dan Riko pun beranjak dan pamit meninggalkan ruangan.

Setelah keduanya keluar, Sarah Belle membuka laci sebelah kiri paling bawah dan memeriksa kembali isi laci itu.

Sarah Belle mengambil dompet kecil yang berisi peralatan make up dan yang lainnya berisi kebutuhan kamar mandi.

Sarah Belle mengeluarkan keduanya dan tidak sabar ingin memeriksanya kembali, namun tiba-tiba ia mengurunkan niatnya.

Jika Reyhan berpikir kalau Sarah diawasi oleh Alden, maka tidak menutup kemungkinan kalau Reyhan juga mengawasi Sarah. Bisa saja ruangan kerja Sarah juga dipantau dengan kamera tersembunyi.

Sarah Belle menopang kepalanya dengan kedua tangan di atas meja. Hatinya sedikit berdebar memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi.

Akhirnya Sarah Belle memutuskan untuk mengirimkan pesan pada Yudha, meminta waktu untuk bertemu bersama dengan Juan.

🍀🍀🍀

Sementara di kantor Hutama Grup, Alden yang sedang menerima panggilan telepon menoleh saat pintu ruang kerjanya terbuka.

Terlihat Raka masuk tanpa membawa tab atau dokumen apapun.

“Ada masalah apa lagi ?” tanya Alden setelah menutup teleponnya.

“Evan baru saja telepon, handphone Sarah sepertinya habis diutak-atik. Kemungkinan oleh orang suruhannya Reyhan,” lapor Raka.

“Alat pelacak lainnya ?”

“Sepertinya aman dan tidak terdeteksi oleh suruhannya Reyhan.”

“Baguslah,” sahut Alden sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa dan menyandarkan kepala sambil merentangkan kedua tangannya.

“Ngantuk Boss ? Mau kopi ?”

“Pusing,” sahut Alden. “Dan kopinya nggak usah.”

“Kenapa ? Belum ada yang bisa buat kopi seenak Annabelle ?” ledek Raka sambil tertawa.

Alden diam saja sambil memejamkan mata. Raka bisa membaca kalau pikiran Alden sedikit kacau setelah mengetahui kalau Sarah hamil sebelum mereka menikah, bahkan sebelum Alden menyentuhnya.

Ditambah lagi sikap Sarah yang baru mengalami kecelakaan ini berubah total, sama sekali bukan Sarah yang mereka kenal.

“Al, apa elo masih membenci Annabelle ?” tanya Raka sambil duduk di sofa berseberangan dengan Alden.

“Apa masih perlu gue menjawabnya ?”

“Elo nggak mau besuk dia di rumah sakit, Al ? Biar bagaimana orangtuanya pernah sangat dekat sama elo. Mereka sudah seperti orangtua kedua buat elo sejak kecil. Mereka nggak bersalah dalam hal ini, Al.”

Alden tidak menyahut dan masih memejamkan matanya. Terdengar beberapa kali pria itu menghela nafas panjang.

“Annabelle juga nggak salah dalam hal ini, Al. Elo udah dengar sendiri laporan polisi soal kecelakaan itu, kan ? Kalau memang Annabelle ingin membuat Sarah celaka, maka bukannya Annabelle yang minum obat tidur lalu melepas sabuk pengamannya sendiri tapi Sarahlah yang seharusnya mengalami semua itu. Ditambah lagi posisi putusnya kabel kamera lebih mengarah dicabut dari sisi penumpang, bukan pegemudi.

Apa nggak sebaiknya elo coba menyelidiki lebih jauh dari sisi Sarah ?”

“Elo pikir buat apa gue minta Evan pasang pelacak buat Sarah ? Sementara ini biar aja Sarah merasa gue nggak berubah bahkan tetap mau menerima dia jadi istri gue, Ka.”

“Rekaman CCTV apartemen juga udah diperiksa sama Evan dan tidak terlihat kalau Annbelle memaksa Sarah pergi dengannya. Hanya sayang ada potongan alur kejadian yang masih jadi rahasia saat Annabelle masuk ke dalam apartemen Sarah. Kita nggak tahu apa yang terjadi di sana sampai akhirnya mereka berdua keluar bareng. Udah lo tanyain sama Sarah ?”

“Yang udah lewat nggak usah dipikirin. Kan sekarang elo udah pasang kamera di dalam apartemennya.”

“Ada yang aneh-aneh nggak, Al ?” ledek Raka sambil tertawa.

“Kepo !”

Raka tertawa melihat Alden yang sudah kembali duduk tegak dan mengucek matanya.

“Pesankan gue kopi di tempat biasa, Ka,” ujar Alden sambil beranjak bangun kembali ke meja kerjanya.

“Duuhh yang kangen kopi buatan Annabelle,” ledek Raka sambil mengambil handphone dari atas meja, membuka aplikasi pesan minum online.

“Jangan sebut-sebut nama itu,” gerutu Alden.

“Kenapa ? Kok gue nangkapnya bau-bau kerinduan bukan kebencian, ya ?” ledek Raka sambil tertawa.

“Kalau kemari cuma mau nge-bully gue lebih baik elo keluar sana, beresin kerjaan ! Kasihan Tami nggak ada yang bantuin.”

“Sekali-sekali besuk Annabelle, Al. Kasih bisikan cinta biar Annabelle bisa cepat bangun dan bisa bikinin kopi lagi buat elo.”

Alden langsung melotot menatap Raka yang tertawa sambil beranjak bangun dan hendak keluar ruangan.

Alden membuka laptopnya dan melihat rekaman CCTV yang ada di dalam apartemen Sarah.

Terlihat Alden menghembuskan nafas dalam-dalam saat memutar kembali entah untuk yang keberapa kalinya situasi di dalam apartemen saat akhir pekan yang lalu.

Lagu yang disenandungkan Sarah saat di dapur begitu akrab di telinga Alden dan melihat kelincahan Sarah mengolah bahan makanan di dapur membuat Alden hanya bisa menatapnya tidak percaya.

Terpopuler

Comments

𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻

𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻

gengsi terus digedein.. padahal dlm pikiran bawah sadarnya malah merindukan bukan membenci 😁

2023-04-29

3

Tatik R

Tatik R

Betul kata Raka secara gak sadar ada rasa kerinduan bukan kebencian, cuman gengsi Alden

2023-04-07

1

lihat semua
Episodes
1 Semoga Kematian Menjemputmu
2 Tawaran yang Mustahil
3 Sadar yang Membingungkan
4 Mengumpulkan Bukti
5 Sesi Pertama
6 Pulang ke Rumah Hutama
7 Sikap Tak Terduga Alden
8 Menyusun Strategi
9 Sekutu Baru
10 Fakta Baru
11 Pindah ke Apartemen
12 Mengungkap Identitas
13 Perbincangan Dengan Alden
14 Aku Sarah Bukan Annabelle
15 Saling Mengawasi
16 Aksi Nekat Annabelle
17 Kesepakatan Balas Dendam
18 Berdua dengan Alden
19 Menjadi Tahanan Alden
20 Sesi Kedua
21 Tidak Bisa Jujur
22 Bertemu Sahabat
23 Tetap Jadi Tahanan
24 Hanya Bisa Menunggu
25 Kebingungan Alden
26 Mengungkap Rahasia Besar
27 Bertemu Nyonya Peter Gilang
28 Tentang Peter dan Amora
29 Tentang Alden dan Riri
30 Kedatangan Alden
31 Berbagi Informasi
32 Mencari Potongan Puzzle
33 Sama-sama Aneh
34 Istana Pasir
35 Secangkir Kopi Penyemangat
36 Maafkan Papa
37 Kerinduan Annabbelle
38 Sesi Terakhir
39 Tunggu Sebentar Lagi
40 Hari ke-99
41 Masih Hari Ke-99
42 Jiwa yang Kembali
43 Kebingungan Sarah
44 Aksi Alden di Hari ke-99 (Flashback)
45 Kenapa Harus Memaafkan
46 Penyesalan Alden
47 Maaf dan Memaafkan
48 Kecemburuan Alden
49 Aku akan Memberikan Bukti
50 Menemui Alden
51 Gara-gara Quiche
52 Hubungan Kita Sudah Berakhir
53 Pertemuan Tak Terduga
54 Aku Membencimu
55 Tentang Perasan Yudha
56 Penculikan Annabelle dan Sisi
57 Semuanya Pasti Akan Baik-baik Saja
58 Penculik yang Baik Hati
59 Kebohongan Demi Kebaikan
60 Teman Curhat Dadakan
61 Selingkuhan Baru ?
62 Bawa Aku Pergi
63 Tentang Dua Hati
64 Kesedihan Hati Sarah
65 Pembicaraan dengan Sarah
66 Jangan Membohongi Diri
67 Bertemu Dambaan Hati
68 Triple Date
69 Pelampiasan
70 Bertemu dengan Reyhan
71 Drama Queen
72 Pembicaraan Tentang Cinta
73 Kejadian Tak Terduga
74 Ungkapan Cinta Alden
75 Keras Hati Annabelle
76 Rencana ke Jerman
77 Pria-pria Sumber Dendam
78 Senyuman untuk Annabelle
79 Penyesalan yang Terlambat
80 Tentang Cinta Alden
81 Kecemasan Annabelle
82 Sama-sama Cinta
83 Insiden Berbuah Manis
84 Kedatangan Masa Lalu
85 Gara-gara Ketiduran
86 Pria-pria Galau
87 Dendam dan Kebencian Sarah
88 Jangan Ragukan Cintaku
89 Wanita-wanita Galau
90 Gerry yang Berbeda
91 Bicara Cinta
92 Cinta yang Berbeda
93 Kesepakatan
94 H-3
95 Bersama Bestie
96 Pertemuan Tak Terduga
97 Sehari Bersama Papa
98 Tuan dan Nyonya Alden Hutama
99 Tanpa Malam Pertama
100 Keputusan Akhir untuk Sarah
101 Bahagia yang Berlipat
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Semoga Kematian Menjemputmu
2
Tawaran yang Mustahil
3
Sadar yang Membingungkan
4
Mengumpulkan Bukti
5
Sesi Pertama
6
Pulang ke Rumah Hutama
7
Sikap Tak Terduga Alden
8
Menyusun Strategi
9
Sekutu Baru
10
Fakta Baru
11
Pindah ke Apartemen
12
Mengungkap Identitas
13
Perbincangan Dengan Alden
14
Aku Sarah Bukan Annabelle
15
Saling Mengawasi
16
Aksi Nekat Annabelle
17
Kesepakatan Balas Dendam
18
Berdua dengan Alden
19
Menjadi Tahanan Alden
20
Sesi Kedua
21
Tidak Bisa Jujur
22
Bertemu Sahabat
23
Tetap Jadi Tahanan
24
Hanya Bisa Menunggu
25
Kebingungan Alden
26
Mengungkap Rahasia Besar
27
Bertemu Nyonya Peter Gilang
28
Tentang Peter dan Amora
29
Tentang Alden dan Riri
30
Kedatangan Alden
31
Berbagi Informasi
32
Mencari Potongan Puzzle
33
Sama-sama Aneh
34
Istana Pasir
35
Secangkir Kopi Penyemangat
36
Maafkan Papa
37
Kerinduan Annabbelle
38
Sesi Terakhir
39
Tunggu Sebentar Lagi
40
Hari ke-99
41
Masih Hari Ke-99
42
Jiwa yang Kembali
43
Kebingungan Sarah
44
Aksi Alden di Hari ke-99 (Flashback)
45
Kenapa Harus Memaafkan
46
Penyesalan Alden
47
Maaf dan Memaafkan
48
Kecemburuan Alden
49
Aku akan Memberikan Bukti
50
Menemui Alden
51
Gara-gara Quiche
52
Hubungan Kita Sudah Berakhir
53
Pertemuan Tak Terduga
54
Aku Membencimu
55
Tentang Perasan Yudha
56
Penculikan Annabelle dan Sisi
57
Semuanya Pasti Akan Baik-baik Saja
58
Penculik yang Baik Hati
59
Kebohongan Demi Kebaikan
60
Teman Curhat Dadakan
61
Selingkuhan Baru ?
62
Bawa Aku Pergi
63
Tentang Dua Hati
64
Kesedihan Hati Sarah
65
Pembicaraan dengan Sarah
66
Jangan Membohongi Diri
67
Bertemu Dambaan Hati
68
Triple Date
69
Pelampiasan
70
Bertemu dengan Reyhan
71
Drama Queen
72
Pembicaraan Tentang Cinta
73
Kejadian Tak Terduga
74
Ungkapan Cinta Alden
75
Keras Hati Annabelle
76
Rencana ke Jerman
77
Pria-pria Sumber Dendam
78
Senyuman untuk Annabelle
79
Penyesalan yang Terlambat
80
Tentang Cinta Alden
81
Kecemasan Annabelle
82
Sama-sama Cinta
83
Insiden Berbuah Manis
84
Kedatangan Masa Lalu
85
Gara-gara Ketiduran
86
Pria-pria Galau
87
Dendam dan Kebencian Sarah
88
Jangan Ragukan Cintaku
89
Wanita-wanita Galau
90
Gerry yang Berbeda
91
Bicara Cinta
92
Cinta yang Berbeda
93
Kesepakatan
94
H-3
95
Bersama Bestie
96
Pertemuan Tak Terduga
97
Sehari Bersama Papa
98
Tuan dan Nyonya Alden Hutama
99
Tanpa Malam Pertama
100
Keputusan Akhir untuk Sarah
101
Bahagia yang Berlipat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!