Annabelle terkejut saat melihat tubuhnya terbaring di atas brankar dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya. Bahkan ada balutan perban dengan cairan betadine yang merembes di sela-selanya. Namun tidak ada rasa sakit terasa di tubuhnya.
Ingatan tentang kecelakaan yang baru saja menimpanya membuat hati Annabelle cemas. Ia mencoba menyentuh seorang perawat yang sedang menulis di papan resume medis namun selalu gagal.
Annabelle ingin berteriak namun suaranya tercekat hanya sampai di tenggorokan. Apa ini artinya dia sudah meninggal ? Namun saat melihat monitor yang tersambung dengan alat-alat di tubuhnya terlihat kalau detak jantungnya masih ada meskipun lemah.
Annabelle pun mencari kedua orangtuanya yang dia yakin pasti ada di luar, namun lagi-lagi tangannya tidak bisa menyentuh handel pintu malah tubuhnya seperti terjembab melewati daun pintu.
Annabelle pun bangun dan telinganya menangkap suara tangisan mama Mira. Matanya sendu menatap kedua orangtuanya dan juga orangtua Alden yang berdiri tidak jauh dari pintu ruang ICU. Annabelle berusaha berteriak memberitahu keberadaan dirinya di dekat mereka, tapi jangankan mendengar, menyadari kalau Annabelle berdiri di situ pun tidak.
Annabelle mengerutkan dahi saat melihat Alden keluar dari lift diikuti oleh Raka. Senyum tipis tersungging di bibir Belle, kondisi Alden yang baik-baik saja membuatnya bisa merasa lega.
”Belle kritis, Al. Koma. Secara medis sulit untuk sadar kembali,” mommy Lanny menghampiri putranua yang berdiri agak jauh, menatap tajam ke arah Rano dan Mira yang menahan kesedihan mereka.
“Karma begitu cepat datang pada niat jahatnya. Biasanya orang yang licik susah matinya,” ujar Alden dengan senyuman sinis.
“Alden !” bentak mommy Lanny sambil mengeratkan pegangan tangannya di lengan Alden.
Papa Rano sendiri sempat terkejut mendengar ucapan Alden dan sempat menatap putra majikannya dengan tatapan yang sulit digambarkan.
“Saya tahu berjuta-juta permohonan maaf tidak akan menghapus kesalahan Belle,” papa Rano berjalan mendekati Alden. “Saya berjanji akan membawa anak-anak dan istri saya jauh dari keluarga Tuan muda dan bersumpah tidak akan membiarkan satu anak saya mengganggu hidup keluarga Hutama.”
”Rano !” daddy Wira terkejut mendengar ucapan papa Rano yang sudah menjadi sahabatnya sejak masih di bangku SMP.
“Tapi saya mohon Tuan muda, saya mohon,” papa Rano mengatupkan kedua tangannya di depan wajah dan memohon pada Alden. “Tolong biarkan dokter memberikan pengobatan untuk Belle sampai titik terakhir di rumah sakit ini. Tadi dokter bilang kalau kondisi Belle tidak memungkinkan untuk dibawa pindah ke rumah sakit yang jauh dari sini. Kondisinya rentan dan tidak mungkin melewati perjalanan panjang di ambulans. Saya benar-benar mohon belas kasihan Tuan muda saat ini.”
”Berilah kami kemurahan hati untuk membiarkan Belle di sini dulu, Tuan muda,” mama Mira pun mendekat dan ikut bicara dengan linangan mata. Kedua tangannya ikut mengatup dan memohon pada Alden..
”Jangan seperti ini Mira,” mommy Lanny langsung memeluk mama Mira. “Tidak perlu kalian memohon begini, Alden tidak akan mengusir Belle sebelum dia sadar.”
Alden mendengus kesal mendengar pembelaan mommy Lanny. Di mata Alden, rasa sayang kedua orangtuanya pada Belle terlalu berlebihan.
“Tuan Alden,” seorang perawat memanggil Alden dan memintanya masuk ke sebuah ruangan.
Dokter di UGD yang memintanya naik ke lantai 2, sekalian Alden ingin menunggu Sarah yang masih berada di dalam ruang tindakan di lantai yang sama.
Hati Annabelle merasa sakit melihat perlakuan dan ucapan Alden pada orangtuanya, rasanya ingin berteriak dan menangis, tapi Annabelle hanya bisa menatapnya dengan wajah sendu.
“Sulit membenci pria itu ?”
Annabelle terkejut saat mendengar suara seorang wanita yang berdiri di sampingnya.
“Ibu bisa melihat saya ?” dahi Annabelle berkerut menatap wanita paruh baya yang terlihat masih cantik dan tinggi berpakaian putih.
“Tentu saja,” wanita itu tertawa tanpa menoleh ke arah Annabelle hingga ia tidak bisa melihat seperti apa rupa wanita itu secara jelas, hanya dari samping saja.
“Pengorbananmu yang luar biasa karena cinta membuat Sang Pemilik Hidup berbaik hati padamu. Jiwamu bisa kembali pada raga fanamu dalam 100 hari ke depan.”
“Sungguh ?” mata Annabelle langsung berbinar.
“Tetapi sudah pasti ada syaratnya.”
“Kalau memang aku bisa kembali hidup, aku akan membawa orangtuaku jauh dari keluarga Hutama hingga mereka tidak akan lagi tersakiti oleh pria sombong itu.”
“Pria sombong yang kamu cintai setengah mati,” ujar wanita itu sambil tertawa. “Bahkan di saat dia memaki orangtuamu, hatimu sakit, tapi tidak bisa membuatmu membencinya. Dengan sukarela kamu mengambil resiko kehilangan nyawa untuk cinta yang tidak pernah dianggap olehnya.”
Annabelle tersenyum getir. Apa yang dikatakan wanita di sampingnya benar adanya. Rasanya begitu sakit melihat Alden memperlakukan kedua orangtuanya seperti tadi sampai membuat papa dan mamamanya memohon. Tapi hanya sebatas sakit, Annabelle tidak bisa menghadirkan rasa benci untuk Alden.
“Apa yang harus aku lakukan untuk hidup kembali ?” tanya Annabelle sambil menatap kedua orangtuanya yang masih berbincang dengan tuan dan nyonya Hutama.
“Buatlah Alden juga mencintaimu.”
“Sangat mustahil,” Annabelle tertawa getir. “Kebencian Alden padaku sudah mendarah daging di dalam hatinya bahkan di setiap hembusan nafasnya. Bagaimana mungkin membuatnya jatuh cinta padaku ?”
“Tidak ada yang mustahil selama manusia melakukannya dengan tulus untuk mencapai tujuan yang baik.”
Annabelle menghela nafas. Jika diberikan kesempatan hidup kembali, Annabelle akan membuat Alden meminta maaf pada orangtuanya dan membersihkan namanya sekaligus memutus hubungan dengan keluarga Hutama.
“Kamu lupa menambahkan niat terakhirmu,” ujar wanita itu seolah bisa membaca pikiran dan batin Annabelle.
“Maksudnya ?”
“Kamu tidak ingin Alden kenapa-napa di tangan calon istrinya. Kamu masih ingin membuat Alden berpisah dengan wanita itu supaya hidup Alden bisa lebih aman.”
“Sepertinya aku tidak bisa berbohong pada Ibu,” Annabelle tertawa pelan.
“Bagaimana caranya aku bisa membuat Alden jatuh cinta padaku jika kondisiku seperti sekarang ? Membuatnya jatuh cinta pada orang yang terlihat saja susah, apalagi membuatnya peduli pada jiwa yang tidak kasat mata.”
“Kamu akan dipinjamkan tubuh manusia lain untuk membuat Alden merasakan kehadiranmu.”
“Tapi masih perempuan juga, kan,” ujar Annabelle sambil terkekeh.
“Ternyata otakmu sedikit bergeser karena terlempar keluar,” dengus wanita itu sambil menoleh ke arah lain.
“Maaf, aku bercanda. Sepertinya hatiku terlalu pedih tapi tidak bisa mengeluarkan air mata. Jadi daripada merasa tertekan, rasanya lebih baik menghibur diri sendiri.”
Tidak ada jawaban hanya gerutuan yang terdengar dari wanita tadi mendengar Annabelle tertawa pelan.
“Lalu tubuh siapa yang bisa aku pinjam ?”
Perbincangan mereka terputus saat mendengar suara brankar didorong dari arah yang berlawanan dengan ruang ICU.
“Sarah,” suara Alden membuat Annabelle menoleh dan berbalik badan mengikuti gerakan Alden yang bergegas menghampiri brankar Sarah yang dibawa menuju lift.
“Jiwamu akan meminjam tubuhnya,” ujar wanita itu sambil melirik pada Sarah yang terbaring di atas brankar dan berhenti tepat di depan mereka.
“Serius ?” Annabelle membelalak menatap tubuh Sarah. “Membuat Alden mencintai Sarah adalah hal mudah, tapi mencintai Annabelle yang terlihat sebagai Sarah sangat-sangat mustahil.”
“Cckkk belum sampai 1 jam kamu sudah melupakan ucapanku tentang yang mustahil dan tidak mustahil dalam hidup manusia.”
“Kalau aku tidak berhasil membuat Alden jatuh cinta pada Annabelle dalam 100 hari…”
“Terlalu banyak pertanyaan,” gerutu wanita itu. “Kamu hanya perlu menjawab mau atau tidak menerima kesempatan ini dan simpan semua pertanyaanmu. Hidup manusia memang sudah digariskan oleh Sang Pemilik, tapi bagaimana warna hidupnya ditentukan oleh usaha manusia itu sendiri.”
“Aku akan mengambil kesempatan ini,” ujar Annabelle sambil menoleh ke arah wanita yang masih belum menunjukkan wajahnya.
“Entah bagaimana ujungnya, aku akan berusaha semaksimal mungkin,” tegas Annabelle.
“Dasar budak cinta !” wanita itu kembali berdecih. “Tidak bisakah alasanmu mengambil kesempatan ini demi kebaikanmu sendiri bukan untuk pria tak berperasaan itu.”
Mata Annabelle membelalak. Sepertinya wanita di sebelahnya bukan roh biasa karena bisa-bisanya membaca suara hatinya.
“Ingat hanya 100 hari tidak bisa kurang atau lebih !” tegas wanita itu.
“Apakah hari ini sudah mulai hitungan mundur ?”
“Sejak wanita itu membuka matanya, jam pasirmu mulai berjalan dan menghitung mundur.”
“Apa…”
“Sudah kubilang simpan semua pertanyaanmu dan cari jawabannya sendiri saat jiwamu berdiam di tubuh wanita itu.”
“Satu pertanyaan terakhir, aku mohon,” Annabelle mengatupkan kedua tangannya membuat wanita itu menunda langkahnya hendak meninggalkannya.
“Kenapa harus membuat Alden jatuh cinta supaya aku hidup ? Tidak cukupkah hanya membuktikan diriku tidak bersalah saja ?”
“Itu dua pertanyaan !” decak wanita itu dengan nada kesal.
“Kamu telah memberikan hidup untuk Alden dengan cintamu karena itu hanya cinta Alden yang bisa membuatmu hidup kembali. Cinta yang tulus dari Alden bukan sekedar ucapan di mulut.”
Belum sempat Annabelle bicara, wanita itu sudah menghilang dari pandangannya.
Annabelle menghela nafas, menatap Alden yang terlihat samgat khawatir mengikuti brankar Sarah masuk ke dalam lift menuju kamar rawat inap biasa. Raka masih setia menemani boss sekaligus sahabatnya itu.
Alden benar-benar tidak peduli dengan kondisi Annabelle yang sedang kritis. Alden menolak permintaan mommy Lanny supaya putranya membesuk sebentar Annabelle yang terbaring di ruang ICU.
Mata Annabelle kembali menatap sendu kedua orangtuanya yang masih terpukul dengan kondisinya yang sebagian hidupnya dibantu dengan mesin.
“Kamu pasti bisa Belle !” Annabelle memberikan semangat pada dirinya sendiri. “Setiap kesempatan dalam hidup harus dicoba, apapun hasilnya nanti.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Baretta
Typo Kak 😊
2023-04-26
0
𝓐𝔂⃝❥hanny👈🏻
kenapa Cilla ada dimari ? 😁
2023-04-26
0
Marifatul ilmiyah
bagussss kak aku mampir lanjut next...
2023-04-22
2