Sesi Pertama

“Selamat pagi,” sapa Yudha sambil melongok ke dalam kamar Sarah.

Terlihat Annabelle berwujud Sarah itu sudah mandi dan sedang menikmati sarapan pagi ditemani seorang perawat.

“Pantas dokter Irwan sudah visit pagi-pagi,” Annabelle mencibir, melirik jam dinding di kamar baru menunjukkan angka 8.30.

Jam 7.30 pagi sebelum Annabelle mandi, dokter Irwan sudah datang melakukan pemeriksaan.

“Udah gue titip pesan supaya datang pagian, biar bisa cepat mulai sesi kita,” ujar Yudha sambil mengambil satu potong croissant dari piring Annabelle.

“Boleh ngobrol-ngobrolnya jangan di kamar ? Aku pengen di taman biar nggak di ruangan ber- AC terus.”

“Sopan amat ngomongnya, Mbak,” ledek Yudha membantu Annabelle turun dari ranjang berpindah ke kursi roda.

“Perlu banget saya pakai kursi roda, Sus ?” tanya Annabelle pada perawat yang sejak tadi membantunya.

“Udah jangan protes deh, tuh dengkul masih memar, luka elo juga belum kering banget. Ogah gue harus gendong kalau mendadak elo lemes,” Yudha sudah lebih dulu menjawab pertanyaan Annabelle.

Annabelle kembali mencibir dan menurut saat Yudha mulai mendorong kursi rodanya keluar kamar.

Keduanya turun ke lantai dasar dan Yudha membawanya ke arah lobby, dimana beberapa cafe buka di sana.

“Kan mintanya ke taman bukan cafe,” protes Annabelle dengan alis menaut.

“Beli kopi dulu, dong, biar ngobrolnya lebih enak. Elo mau kopi apa ?” tanya Yudha begitu sampai di depan kasir.

“Coklat panas aja,” sahut Annabelle. “Sama boleh almond tart itu nggak ?”

Yudha menatap Annabelle dengan dahi berkerut seakan ingin memastikan pesanan Annabelle.

“Sejak kapan elo suka cokelat dan doyan kue manis begitu ?”

Annabelle yang sadar dengan rasa curiga Yudha sempat terdiam dengan wajah kaku.

“Mungkin efek kecelakaan jadi banyak yang berubah, makanya butuh kamu biar normal lagi,” sahut Annabelle sambil tertawa, melawan rasa gugupnya karena seperti tertangkap basah oleh Yudha.

Setelah semua pesanan mereka selesai, Yudha kembali mendorong kursi roda Annabelle menuju taman yang ada di belakang gedung rumah sakit.

Mereka duduk bersebelahan di salah satu bangku dengan meja kecil dimana Yudha bisa meletakkan pesanan mereka.

“Apa otakku ada yang geser sampai membutuhkan psikiater ? Mana psikiaternya modelan kamu lagi.”

Yudha hanya diam saja sambil memperhatikan sosok wanita di depannya dengan banyak pertanyaan berputar di benaknya.

“Kenapa elo mendadak berubah sopan begini ?” wajah Yudha yang serius menatap Annabelle dengan tatapan menyelidik.

“Maksudnya ?”

“Nggak biasanya elo ngomong pakai aku kamu, mulai doyan cokelat dan pakai bertanya dulu boleh nggak pesan kue. Itu bukan elo banget.”

“Makanya aku butuh psikiater ?” Annabelle kembali tertawa untuk menghalau kecanggungannya.

“Elo nggak merasa aneh dengan tubuh elo sendiri atau ada sesuatu yang berubah gitu ?”

“Yang pasti tulang berasa sakit dan tadi pas mandi luka-lukanya berasa perih banget, selebihnya nggak ada yang aneh.”

Yudha mengeluarkan satu berkas dari dalam tasnya dan meletakkan map itu di atas pangkuan Annabelle.

“Ini alasannya kenapa tante Lanny minta gue ngajak elo ngomong.”

Annabelle membuka map itu dan membaca setiap tulisan yang ada di lembar pertama.

“Jadi Sarah sedang hamil ?” gumam Annabelle pada dirinya sendiri.

“Apa maksud elo Sarah sedang hamil ? Memangnya elo nggak tahu kalau elo lagi hamil ? Dan berdasarkan catatan itu, elo keguguran karena kecelakaan kemarin ini.”

Annabelle terdiam dengan tatapan masih fokus pada laporan medis Sarah pasca kecelakaan dimana tertulis adanya tindakan kuretase. Itu sebabnya kenapa Sarah dipakainan pembalut untuk wanita yang baru saja melahirkan.

“Aku nggak tahu apakah kamu akan percaya atau tidak dengan penjelasanku ini, karena aku pun rasanya masih setengah percaya dengan situasinya.”

“Jangan berbelit-belit,” nada Yudha mulai terdengar ketus. “Gue yakin kalau janin yang ada di dalam rahim elo bukan anaknya Alden. Biarpun udah jarang ketemu, gue yakin prinsip Alden belum berubah apalagi Raka masih ada di sampingnya walau tugasnya hanya sebagai pengingat.”

Annabelle terdiam dan menatap Yudha yang juga sedang menatapnya dengan wajah sinis.

“Kalau aku ngomong saat ini yang mendiami tubuh Sarah adalah Annabelle apa kamu percaya ?” tanya Annabelle setelah menarik nafas panjang.

Yudha langsung terbahak namun tatapannya masih terlihat sinis. Annabelle menghela nafas, kenapa orang-orang di sekitar Alden menatap Sarah demikian sebalnya.

“Mau mengalihkan isu ?” sindir Yudha.

“Aku benar-benar Annabelle yang entah bagaimana bisa masuk ke dalam tubuh Sarah. Kalau bukan Annabelle, bagaimana aku tahu soal luka di bahu kirimu gara-gara baku hantam dengan Alden di belakang gedung Hutama. Seperti anak kecil berebut lolipop kalian memperebutkan Sarah, seolah tidak ada perempuan lain lagi di dunia ini,” decih Annabelle sambil tertawa meledek.

“Masalah itu bisa saja kamu dengar dari Raka,” tukas Yudha.

“Mungkin saja, tapi pasti Raka tidak tahu bagaimana kamu merengek saat aku membantu mengobati lukamu. Aku sampai mengejekmu bagaimana bisa seorang sarjana kedokteran tidak bisa menahan sakit hanya karena luka kecil yang tidak perlu dijahit.”

Yudha terdiam, menatap Annabelle dengan mata menyipit. Cerita Annabelle yang begitu detil membuat hatinya gamang, mulai percaya kalau yang ada di depannya memang Annabelle yang berwujud Sarah.

”Perlu bukti lain lagi ?” Annabelle tertawa meledek Yudha yang terlihat ragu.

“Ingat kejadian di rumah Hutama saat Alden pulang berlibur akhir tahun dan ditinggal ke Jepang oleh om dan tante ? Kamu dan Raka menginap beberapa hari dan tante Lanny memintaku datang membawa makanan untuk kalian. Ternyata saat aku datang ke sana, kalian sedang menonton film dewasa di ruang tengah menggunakan laptop.

Kalian sudah menodai mata dan telingaku yang saat itu masih kelas 1 SMP.”

Yudha kembali tercengang mendengarkan cerita Annabelle. Sudah pasti Sarah tidak tahu kejadian itu dan Annabelle tidak mungkin bercerita pada Sarah.

“Bagaimana caranya kamu bisa masuk ke tubuh Sarah ?” tanya Yudha dengan wajah bingung.

“Itu rahasia alam, aku sendiri juga tidak tahu bagaimana caranya. Dan aku hanya diberi waktu 100 hari untuk meminjam tubuh Sarah.”

“Lalu apa yang terjadi setelah 100 hari ?”

Wajah Annabelle berubah sendu. Sedih rasanya membicarakan tentang kematiannya sendiri.

“Aku akan lenyap kalau sampai tidak bisa memenuhi persyaratan yang bisa membuatku hidup.”

“Apa syaratnya ?”

Annabelle kembali menghela nafas dan ragu untuk mengatakannya. Tapi tidak ada pilihan karena saat ini Annabelle membutuhkan orang yang mengetahui kondisinya saat ini.

“Aku harus membuat Alden mencintaiku, sungguh-sungguh mencintaiku dalam 100 hari.”

Bukannya menunjukkan wajah simpati, Yudha malah terbahak.

“Seperti cerita dongeng Sleeping Beauty atau Snow White,” ledek Yudha di sela-sela tawanya membuat Annabelle langsung cemberut.

“Akan lebih mudah kalau posisi aku seperti mereka karena yang dibutuhkan adalah cinta sejati tanpa menunjuk siapanya, sedangkan yang bisa membuatku hidup hanya Alden seorang..”

Dengan sisa-sisa tawanya Yudha menatap Annabelle yang masih cemberut.

“Apa kamu sekarang percaya kalau yang ada di dalam tubuh Sarah adalah Annabelle ?”

“Setengah percaya.”

“Sama. Aku sendiri masih setengah percaya kenapa harus meminjam tubuh Sarah. Membuat Alden tetap mencintai Sarah mudah, tapi mencintai Annabelle,” Annabelle menghela nafas.

“Lalu apa rencanamu untuk menuntaskan misimu itu ?”

“Udah nggak gue elo lagi ?” sindir Annabelle dengan senyuman meledek.

“Penting banget ?” Yudha balas mencibir.

“Yang terpikir di otakku saat ini adalah memaksamu membantuku dan menjadi sekutuku.”

“What ? Sekutu ? Memangnya ini medan perang ?”

Annabelle tertawa melihat ekspesi Yudha.

”Mirip medan perang karena dengan tubuh Sarah ini aku harus menyusun strategi bagaimana membuat Alden memutuskan Sarah dan mencintai Annabelle.”

“Taktik perang maksudmu ?”

“Jadi Pak Dokter, apa bersedia membantu pasien anda yang jiwa dan raganya berbeda ini ?”

Yudha menatap Annabelle dengan mata memicing dan memegang dahunya seolah sedang berpikir keras.

“Jangan sok berwibawa, mau aku humbar betapa cengengnya psikiater tampan ini hanya karena luka di bahunya.”

“Jadi selama ini kamu melihatku sebagai pria tampan ? Kenapa tidak jatuh cintanya padaku saja, semuanya akan lebih mudah.”

“Kalau aku jatuh cinta padamu tidak akan pernah ada kejadian seperti ini,” Annabelle mencibir. “Aku nggak akan terlibat dengan kehidupan Alden dan Sarah apalagi membutuhkan Alden untuk membuatku tetap hidup.”

“Kenapa harus selalu Alden sih yang jadi tokoh utamanya dalam persahabatan kami bertiga. Padahal dia yang paling galak, judes dan songong di depan perempuan,” gerutu Yudha dengan wajah kesal.

“Pria dengan karakter seperti Alden selalu menarik perhatian wanita karena seperti kotak misteri,” Annabelle terkekeh.

“Kalau begitu aku akan berubah menjadi pria yang dingin dan songong seperti Alden,” Yudha langsung membusungkan dada dan melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah sombong.

“Nggak pantas !” Annabelle memukul bahu Yudha sambil tertawa. “Kamu lebih kelihatan keren saat merengek.”

“Keren tapi nggak bisa bikin kamu jatuh cinta padaku,” cebik Yudha.

“Mungkin karena kamu selalu memanggilku si Culun gara-gara kacamataku, jadi belum apa-apa hatiku sudah sebal padamu meski aku tidak pernah menolak dan membiarkanmu memanggilku begitu.”

“Siapa suruh pakai kacamata tebal bergagang kayu begitu,” sindir Yudha.

“Mau aku bagi rahasia lagi ? Karena statusmu saat ini sebagai psikiaterku maka seluruh rahasiaku akan kubagikan. Awas saja berani menghumbarnya pada orang lain apalagi Alden.”

“Dih mana ada cerita pasien mengancam psikiaternya ? Mau aku tulis di laporan kalau otakmu memang terganggu akibat kecelakaan ? Rahasia apa lagi yang mau kamu bagikan ?”

“Tuh kan, nggak cocok banget jadi cowok jaim yang dingin dan menyebalkan. Baru dipancing dengan kata rahasia aja udah kepo,” Annabelle tergelak.

Yudha hanya mencibir dan diam-diam membayangkan wajah Annabelle yang sedang tertawa di depannya, bukan sosok Sarah yang suka jaim.

“Sebetulnya kacamata itu palsu, aku sendiri juga tidak tahu apa gunanya. Tapi mama bilang itu semua permintaan tante Lanny yang melarangku melepasnya sampai umurku 21 tahun.”

Yudha mengerutkan dahinya karena bingung.

“Sayangnya kalau aku tidak berhasil membuat Alden mencintaiku, aku tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya tampil tanpa kacamata itu. Apakah orang akan tetap memanggilku sebagai si Culun atau melihatku sebagai Belle, gadis cantik,” lirih Annabelle dengan wajah sendu.

“Tepat 100 hari nanti adalah ulangtahunku. Kalau aku tidak berhasil dengan misiku, maka hari kelahiranku akan menjadi tanggal kematianku juga.”

Yudha merasa iba mendengar ucapan Annabelle. Entah mengapa saat ini yang ada dibayangannya adalah gadis culun yang ramah dan terkadang cerewet. Dalam hati Yudha menyesal juga mengabaikan Annabelle yang sebetulnya menarik.

“Aku akan membantumu menuntaskan misimu, tapi aku tidak berani menjamin kalau Alden akan jatuh cinta pada Annabelle.”

“Tidak masalah,” Annabelle langsung tersenyum cerah. “Setidaknya ada orang yang percaya kalau aku ini adalah Annabelle meskipun wajah Sarah yang kamu lihat.”

“Boleh aku tahu soal kejadian sebelum kecelakaan ? Bagaimana kamu dan Sarah bisa berada di satu mobil dan kenapa dokter menemukan fakta kalau kamu baru saja mengkonsumsi obat tidur dalam dosis yang cukup tinggi ? Belum lagi polisi menemukan tubuhmu terlempar keluar mobil karena sabuk pengaman di kursi sopir dalam keadaan terlepas.”

“Jadi obat tidur yang disiapkan Sarah untuk Alden,” gumam Annabelle namun masih bisa didengar oleh Yudha.

“Maksudmu ?” Yudha mengerutkan dahinya.

Annabelle pun menceritakan detil kejadian bagaimana ia bisa berada di apartemen Sarah dan berhasil membuat Sarah ikut pergi bersamanya, hingga bagaimana bisa ada obat tidur di dalam tubuhnya.

“Apa kamu ada ide, anak siapa yang sedang dikandung Sarah ?” tanya Yudha dengan wajah serius.

“Aku tidak tahu, tapi aku bisa mencari tahu.”

“Dengan cara apa ?”

“Aku yakin pria itu akan mencari Sarah apalagi setelah tahu soal kecelakaan ini. Dia pasti ingin memastikan kondisi Sarah dan anak mereka. Aku akan menemuinya dan kalau perlu merekam pertemuan kami untuk bukti.”

“Bagaimana kalau pria itu melakukan sesuatu pada Sarah saat dia merasakan perubahan diri Sarah karena kamu berada di dalam tubuhnya.”

“Itulah sebabnya aku membutuhkan kamu, Yudha,” Annabelle tertawa pelan. “Jadilah malaikat pelindungku juga sampai 100 hari ke depan.”

“Dan akhirnya Alden yang mendapatkan cintamu ?” Yudha mendecih sambil menggeleng.

“Yudha, kamu lupa kalau aku ini si culun ?”ledek Annabelle. “Si Culun yang tidak pernah dianggap oleh kalian bertiga. Kamu, Alden dan Raka.”

Yudha hanya tersenyum tipis.

“Sepertinya Sarah ingin membuat Alden bertanggungjawab atas janin yang dikandung Sarah,” ujar Annabelle

“Tapi tidak akan semudah itu. Alden itu pria kaku yang keras dengan prinsipnya. Dia tidak akan meniduri Sarah kalau status mereka belum resmi sebagai suami istri,” sahut Yudha. “Dan satu lagi, sepertinya masalah keperawanan sangat penting buat Alden.”

Annabelle menjentikan jarinya di depan wajah Yudha membuat pria itu terkejut.

“Itu sebabnya Sarah berencana memberikan Alden obat tidur malam itu dan menyiapkan skenario seolah-olah Alden telah menidurinya tanpa sadar. Kalau menunggu sampai malam pengantin, Alden pasti akan menolak Sarah yang sudah tidak virgin lagi. Sekarang aku mulai melihat benang merahnya.”

“Lalu apa rencanamu ?”

“Bantu aku supaya bisa tinggal di rumah Alden karena saat ini aku masih belum siap kalau selingkuhan Sarah datang menemuinya.”

Yudha membelalakan matanya mendengar permintaan Annabelle. Namun saat melihat bayangan wajah Annabelle sedang tersenyum padanya, tanpa sadar Yudha mengangguk.

Terpopuler

Comments

Tatik R

Tatik R

seneng si yudha jadi sekutu Belle

2023-03-29

3

lihat semua
Episodes
1 Semoga Kematian Menjemputmu
2 Tawaran yang Mustahil
3 Sadar yang Membingungkan
4 Mengumpulkan Bukti
5 Sesi Pertama
6 Pulang ke Rumah Hutama
7 Sikap Tak Terduga Alden
8 Menyusun Strategi
9 Sekutu Baru
10 Fakta Baru
11 Pindah ke Apartemen
12 Mengungkap Identitas
13 Perbincangan Dengan Alden
14 Aku Sarah Bukan Annabelle
15 Saling Mengawasi
16 Aksi Nekat Annabelle
17 Kesepakatan Balas Dendam
18 Berdua dengan Alden
19 Menjadi Tahanan Alden
20 Sesi Kedua
21 Tidak Bisa Jujur
22 Bertemu Sahabat
23 Tetap Jadi Tahanan
24 Hanya Bisa Menunggu
25 Kebingungan Alden
26 Mengungkap Rahasia Besar
27 Bertemu Nyonya Peter Gilang
28 Tentang Peter dan Amora
29 Tentang Alden dan Riri
30 Kedatangan Alden
31 Berbagi Informasi
32 Mencari Potongan Puzzle
33 Sama-sama Aneh
34 Istana Pasir
35 Secangkir Kopi Penyemangat
36 Maafkan Papa
37 Kerinduan Annabbelle
38 Sesi Terakhir
39 Tunggu Sebentar Lagi
40 Hari ke-99
41 Masih Hari Ke-99
42 Jiwa yang Kembali
43 Kebingungan Sarah
44 Aksi Alden di Hari ke-99 (Flashback)
45 Kenapa Harus Memaafkan
46 Penyesalan Alden
47 Maaf dan Memaafkan
48 Kecemburuan Alden
49 Aku akan Memberikan Bukti
50 Menemui Alden
51 Gara-gara Quiche
52 Hubungan Kita Sudah Berakhir
53 Pertemuan Tak Terduga
54 Aku Membencimu
55 Tentang Perasan Yudha
56 Penculikan Annabelle dan Sisi
57 Semuanya Pasti Akan Baik-baik Saja
58 Penculik yang Baik Hati
59 Kebohongan Demi Kebaikan
60 Teman Curhat Dadakan
61 Selingkuhan Baru ?
62 Bawa Aku Pergi
63 Tentang Dua Hati
64 Kesedihan Hati Sarah
65 Pembicaraan dengan Sarah
66 Jangan Membohongi Diri
67 Bertemu Dambaan Hati
68 Triple Date
69 Pelampiasan
70 Bertemu dengan Reyhan
71 Drama Queen
72 Pembicaraan Tentang Cinta
73 Kejadian Tak Terduga
74 Ungkapan Cinta Alden
75 Keras Hati Annabelle
76 Rencana ke Jerman
77 Pria-pria Sumber Dendam
78 Senyuman untuk Annabelle
79 Penyesalan yang Terlambat
80 Tentang Cinta Alden
81 Kecemasan Annabelle
82 Sama-sama Cinta
83 Insiden Berbuah Manis
84 Kedatangan Masa Lalu
85 Gara-gara Ketiduran
86 Pria-pria Galau
87 Dendam dan Kebencian Sarah
88 Jangan Ragukan Cintaku
89 Wanita-wanita Galau
90 Gerry yang Berbeda
91 Bicara Cinta
92 Cinta yang Berbeda
93 Kesepakatan
94 H-3
95 Bersama Bestie
96 Pertemuan Tak Terduga
97 Sehari Bersama Papa
98 Tuan dan Nyonya Alden Hutama
99 Tanpa Malam Pertama
100 Keputusan Akhir untuk Sarah
101 Bahagia yang Berlipat
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Semoga Kematian Menjemputmu
2
Tawaran yang Mustahil
3
Sadar yang Membingungkan
4
Mengumpulkan Bukti
5
Sesi Pertama
6
Pulang ke Rumah Hutama
7
Sikap Tak Terduga Alden
8
Menyusun Strategi
9
Sekutu Baru
10
Fakta Baru
11
Pindah ke Apartemen
12
Mengungkap Identitas
13
Perbincangan Dengan Alden
14
Aku Sarah Bukan Annabelle
15
Saling Mengawasi
16
Aksi Nekat Annabelle
17
Kesepakatan Balas Dendam
18
Berdua dengan Alden
19
Menjadi Tahanan Alden
20
Sesi Kedua
21
Tidak Bisa Jujur
22
Bertemu Sahabat
23
Tetap Jadi Tahanan
24
Hanya Bisa Menunggu
25
Kebingungan Alden
26
Mengungkap Rahasia Besar
27
Bertemu Nyonya Peter Gilang
28
Tentang Peter dan Amora
29
Tentang Alden dan Riri
30
Kedatangan Alden
31
Berbagi Informasi
32
Mencari Potongan Puzzle
33
Sama-sama Aneh
34
Istana Pasir
35
Secangkir Kopi Penyemangat
36
Maafkan Papa
37
Kerinduan Annabbelle
38
Sesi Terakhir
39
Tunggu Sebentar Lagi
40
Hari ke-99
41
Masih Hari Ke-99
42
Jiwa yang Kembali
43
Kebingungan Sarah
44
Aksi Alden di Hari ke-99 (Flashback)
45
Kenapa Harus Memaafkan
46
Penyesalan Alden
47
Maaf dan Memaafkan
48
Kecemburuan Alden
49
Aku akan Memberikan Bukti
50
Menemui Alden
51
Gara-gara Quiche
52
Hubungan Kita Sudah Berakhir
53
Pertemuan Tak Terduga
54
Aku Membencimu
55
Tentang Perasan Yudha
56
Penculikan Annabelle dan Sisi
57
Semuanya Pasti Akan Baik-baik Saja
58
Penculik yang Baik Hati
59
Kebohongan Demi Kebaikan
60
Teman Curhat Dadakan
61
Selingkuhan Baru ?
62
Bawa Aku Pergi
63
Tentang Dua Hati
64
Kesedihan Hati Sarah
65
Pembicaraan dengan Sarah
66
Jangan Membohongi Diri
67
Bertemu Dambaan Hati
68
Triple Date
69
Pelampiasan
70
Bertemu dengan Reyhan
71
Drama Queen
72
Pembicaraan Tentang Cinta
73
Kejadian Tak Terduga
74
Ungkapan Cinta Alden
75
Keras Hati Annabelle
76
Rencana ke Jerman
77
Pria-pria Sumber Dendam
78
Senyuman untuk Annabelle
79
Penyesalan yang Terlambat
80
Tentang Cinta Alden
81
Kecemasan Annabelle
82
Sama-sama Cinta
83
Insiden Berbuah Manis
84
Kedatangan Masa Lalu
85
Gara-gara Ketiduran
86
Pria-pria Galau
87
Dendam dan Kebencian Sarah
88
Jangan Ragukan Cintaku
89
Wanita-wanita Galau
90
Gerry yang Berbeda
91
Bicara Cinta
92
Cinta yang Berbeda
93
Kesepakatan
94
H-3
95
Bersama Bestie
96
Pertemuan Tak Terduga
97
Sehari Bersama Papa
98
Tuan dan Nyonya Alden Hutama
99
Tanpa Malam Pertama
100
Keputusan Akhir untuk Sarah
101
Bahagia yang Berlipat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!