“Kenapa harus pindah ke apartemen lagi ?”
Wajah Alden langsung emosi saat Sarah Belle minta ijin untuk kembali tinggal di apartemennya.
“Alden, aku harus mencari tahu bagaimana kehidupan aku sehari-hari. Kalau aku tetap tinggal di rumah orangtuamu, bagaimana aku akan mengingat kebiasaanku sehari-hari karena semuanya serba baru di rumah itu.”
“Apakah mommy menyiksamu setiap hari ?”
“Menyiksa ?” mata Sarah Belle membola dan tawa renyah langsung terdengar di telinga Alden.
“Meskipun Om Wira dan Tante Lanny tidak menyukai aku tapi tidak sekalipun mereka bersikap kasar padaku. Jangan terlalu berpikiran buruk.”
“Kapan kamu mau pindah ke sana ?”
“Lusa.”
“Secepat itu ?” mata Alden membelalak. “Dan tinggal sendirian ? Bagaimana kalau kejadian malam itu terulang lagi ?”
“Tidak usah khawatir, keamanan di apartemen itu sangat baik dan cukup ketat. Lagipula malam itu aku keluar dengan Annabelle bukan dengan cara diseret, tapi aku ikut dengannya secara sukarela,” ujar Sarah Belle sambil tertawa pelan.
“Jadi kamu sudah ingat bagaimana urutan kejadian malam itu ?” Alden memegang kedua bahu Sarah.
“Sedikit,” ujar Sarah Belle berbohong.
Tentu saja aku ingat, Alden. Bahkan aku bisa menceritakan detilnya padamu, batin Annabelle.
“Tidak adakah yang bisa kamu ajak tinggal bareng untuk menemanimu ?” tanya Alden dengan wajah khwatir.
“Sementara belum terpikir siapapun. Lagipula selama ini aku tidak masalah tinggal sendirian, kan ? Kejadian dengan Annabelle murni kecelakaan dan itu terjadi di luar apartemen. Jadi aku yakin kalau saat ini tempat itu tetap aman untukku.”
“Tidak bisakah pernikahan kita dipercepat ?” tanya Alden tanpa menatap Sarah.
“Tidak bisa. Lagipula tidak terasa tinggal 80 hari lagi. Jalani saja dengan santai, Den. Semuanya pasti akan indah pada waktunya kalau kamu sabar menanti.”
“Bagaimana dengan pekerjaanmu ? Ada masalah ? Apakah Reyhan masih mengganggumu ?”
Sarah Belle mengerutkan dahi. Kenapa Alden justru mengatakan kalau Reyhan mengganggu Sarah ? Kenapa Sarah memutarbalikkan fakta kalau Reyhan bukan pengganggunya, tapi selingkuhannya ?
”Apa maksudmu, Den ?”
“Bukankah kamu pernah cerita kalau anak boss-mu itu suka mengganggumu makanya kamu minta kita segera menikah, meresmikan hubungan kita ? Dan sekarang kamu malah balik memilih kerja di sana. Aku bisa minta daddy atau kenalanku untuk menerimamu bekerja di kantor mereka. Kalau perlu kamu masuk dalam tim hukum Hutama Grup.”
Sarah Belle terdiam, memikirkan alur cerita yang dibuat Sarah mengapa terbalik-balik antara kedua pihak ?
“Kenapa ? Kamu takut karirmu langsung redup begitu pindah ? Apakah tidak cukup hanya dengan menikmati hasil kerjaku saja dan bekerja di kantor pengacara biasa supaya kamu tidak terlalu sibuk ?”
Sarah Belle menghela nafas sambil memijat pelipisnya yang terasa sedikit sakit.
“Bisakah aku memberikan jawabannya setelah seratus hari ini lewat ? Aku masih bingung dengan kondisi ini, Den. Bahkan aku tidak bisa mengenali nama-nama stafku di kantor.”
Alden hanya diam dan mengerutkan dahinya menatap Sarah Belle yang masih memijat-mijat pelipisnya.
Sesuai permintaan Sarah, tidak ada kontak fisik sampai perjanjian 100 hari ini berakhir.
Alden mengetik pesan pada Raka untuk menyiapkan apartemen Sarah yang akan ditempati kembali dua hari ke depan.
“Jangan lupa pesanku dan awas kalau sampai melewati batas !!” tulis Alden dalam pesannya pada Raka.
“Jaga dirimu baik-baik selama tinggal di apartemen, jangan biarkan sembarang orang masuk apalagi yang tidak kamu kenal. Dan satu lagi berhentilah memanggil nama belakangku.”
“Kenapa ?” Sarah Belle mengerutkan dahinya.
“Aku tidak suka mendengarnya,” dengus Alden dengan wajah kesal sambil berjalan masuk ke dalam rumah karena sudah waktunya makan malam bersama.
Sarah Belle menatap Alden dengan wajah bingung sambil beranjak dan mengikuti langkah pria itu masuk kembali ke dalam rumah.
Panggilan itu mengingatkanku pada si culun yang suka mengganggu. Hanya dia yang memanggilku Den, bukan Al, batin Alden.
Alden terlihat banyak diam saat makan malam setelah mendengar permintaan Sarah. Bukan tanpa alasan Alden menginginkan Sarah tetap tinggal di rumah keluarga Hutama.
Meski kedua orangtuanya masih belum menerima Sarah sebagai calon menantu, namun kehadiran Sarah di rumah ini membawa warna baru apalagi sikap Sarah memang sudah berbeda.
“Baguslah kalau kamu sudah sadar untuk segera pindah dari sini karena status kalian masih belum resmi, malah mengundang gosip,” ujar mommy Lanny dengan nada ketus.
“Terima kasih karena Om dan Tante sudah memberikan tempat tinggal untuk saya.”
“Kapan kamu akan pindah ?” tanya daddy Wira dengan wajah datar. “Lebih cepat lebih baik.”
Alden hanya bisa menghela nafas saat melihat kedua orangtuanya tidak merespon Sarah dengan baik.
“Lusa saya sudah mulai tinggal lagi di apartemen, Om.”
Alden melirik Sarah yang terlihat biasa-biasa saja malah tersenyum.
Hati Alden mulai terusik melihat perubahan sikap Sarah yang semakin berbeda. Entah kenapa Alden merasa setiap kali Sarah tersenyum apalagi tertawa, yang terlihat di matanya adalah sosok Annabelle, si Culun, bukan Sarah calon istrinya.
Kemarin siang Alden kembali mengecek hasil pemeriksaan Sarah setelah kecelakaan.
Hasil MRI dan CT Scan tidak menunjukkan ada kelainan pada tubuh dan otak Sarah. Tidak ada penggumpalan atau benjolan atau apapun juga yang bis membuat calon istrinya ini amnesia. Bahkan tulisan diagnosa dokter menyatakan kalau kondisi Sarah baik-baik saja, hanya luka fisik di beberapa bagian tubuhnya akibat benturan.
Namun kenapa diagnosa Yudha justru menyatakan kalau Sarah terkena amnesia sementara ?
🍀🍀🍀
Annabelle memeriksa semua sudut apartemen yang ditempati Sarah selama ini, mencari dokumen atau surat atau apapun yang berkaitan dengan hubungan Sarah dan Alden.
Annabelle duduk di sofa, beristirahat sejenak namun tidak lama ia bangkit lagi, menyusuri tiap sudut apartemen dengan 2 kamar ini.
Dulu, Annabelle dan tante Lanny yang memilih apartemen ini sebagai hadiah atas kelulusan Alden dengan nilai cumlaude.
“Kamu bisa jadi pemilik apartemen ini juga, Belle, saat Alden bisa membuka matanya dengan benar dan mendengarkan ucapan kami.”
Begitu kata tante Lanny saat itu, membuat Annabelle serasa melayang dan bahagia. Tapi kenyataannya, setelah kembali dari Amerika, perasaan Alden tidak pernah berubah meski belum sekeras sekarang.
Alden mulai berubah seolah membenci Annabelle saat tante Lanny menyarankan untuk mencoba dekat dengan Annabelle.
Saat itu Annabelle baru saja masuk SMA dan Alden mulai bekerja di Hutama Grup sebagai calon pewaris tunggal.
Seolah membuka luka lamanya, Alden bukan hanya menjaga jarak dengan Annabelle tapi juga sering berkata kasar padanya, berharap Annabelle akan sakit hati dan menjauh darinya.
Annabelle sendiri tidak terlalu mengharapkan ucapan tante Lanny menjadi kenyataan karena sadar akan keadaan keluarga mereka bagaikan bumi dan langit.
Annabelle melihat penolakan Alden sebagai reaksi yang wajar. Pria tampan yang memiliki apapun dan bisa mendapatkan wanita-wanita cantik yang hebat akan malu dan merasa harga dirinya jatuh kalau sampai memilih anak sopir sebagai kekasihnya.
Meskipun berkali-kali Tuan dan Nyonya Hutama meyakinkan keluarga Annabelle kalau hubungan mereka bukanlah majikan dengan sopir, namun papa Rano tidak berani menempatkan diri lebih dari itu.
Sikap Alden semakin menjadi saat Annabelle yang baru saja menyelesaikan SMA-nya, ditempatkan sebagai asisten Tami, sekretaris Alden
Saat itu Tuan Wira ingin membiayai kuliah Annabelle namun ditolak oleh papa Rano dengan alasan tidak ingin menambah hutang budi pada keluarga Hutama.
Akhirnya Tuan Wira memberikan jalan keluar dengan cara memberikan pekerjaan pada Annabelle dan tetap bisa kuliah dengan mengambil kelas sore.
Papa Rano yang tidak tega melihat Annabelle begitu semangat ingin melanjutkan kuliah dan menyanggupi tawaran Tuan Wira. Papa Rano akhirnya mengalah dan memberi ijin pada Annabelle untuk bekerja sambil kuliah.
Alden yang salah paham menganggap Annabelle-lah yang memanfaatkan kebaikan kedua orangtuanya.
Alden yakin kalau Annabelle yang meminta pekerjaan pada daddy Wira. Seperti gayung bersambut, mommy Lanny yang berniat menjodohkan Alden dengan Annabelle langsung menempatkan gadis culun itu menjadi asisten sekretarisnya.
Alden sendiri sering bingung dengan kedua orangtuanya. Entah apa yang dilihat dari gadis culun berkacamata tebal itu. Seperti dugaan Annabelle, Alden sempat berpikir apakah kedua orangtuanya tidak malu jika keluarga Hutama besanan dengan sopir mereka sendiri ?
Annabelle berdiri di depan jendela besar yang memiliki pemandangan ke area keramaian kota Jakarta dan tanpa sadar airmatanya mengalir.
Berbicara soal keluarga, kerinduan Annabelle pada keluarganya begitu besar namun semua perasaan itu harus ditahanya untuk saat ini. Dirinya harus berpacu dengan waktu yang terus bergulir.
Lagipula hati kecil Annabelle tidak rela jika tubuh Sarah yang memeluk kedua orangtua dan adiknya.
Saat ini Annabelle tidak lagi fokus pada bagaimana membuat Alden mencintai Annabelle tapi bagaimana mencari kebenaran tentang rencana Sarah agar Alden tidak terjebak di dalamnya.
Annabelle menghapus airmatanya saat handphonenya berbunyi.
“Tolong temui kami sekarang di restoran XX.”
Annabelle mengerutkan dahi mencoba mengingat-ingat nomor yang mengirim pesan untuknya.
Nomor yang familiar, tapi Annabelle lupa karena saat ini baru beberapa nomor yang ada di daftar panggilan Annabelle.
Annabelle bergegas mengganti bajunya dan turun memanggil taksi yang ada di depan apartemen.
“Ikuti dia terus dan cari tahu kemana perginya, jangan sampai kehilangan jejaknya.”
Annabelle memandang keluar jendela, memikirkan orang yang memintanya datang ke restoran XX hingga tidak sadar ada orang lain yang mengikutinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments