Cintamu Memberiku Hidup
Alden bergegas turun dari ranjang saat Raka, asistennya, memberi kabar tentang Sarah, calon istri Alden yang akan dinikahinya seminggu lagi.
Alden melirik jam dinding di kamarnya sambil berjalan menuju lemari pakaian untuk berganti baju. Jam 1 subuh.
Alden bergegas turun dan nampak terkejut saat daddy Wira dan mommy Lanny juga keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi, siap untuk pergi.
“Daddy sama Mommy mau kemana ?” Alden mengerutkan dahi membuntuti langkah kedua orangtuanya menuju pintu utama.
“Polisi menghubungi Mommy-mu soal kecelakaan mobil yang dipakai Belle. Sekarang kami mau ke rumah sakit. Kamu sendiri mau kemana ?”
“Raka juga menghubungiku mengabarkan soal Sarah yang mengalami kecelakaan. Dan soal mobil yang dipakai Belle, kenapa polisi bisa menghubungi Mommy bukan om Rano atau Tante Mira ?”
“Apa Sarah dibawa ke rumah sakit Medika Griya ?” Daddy membuka pintu belakang untuk mommy Lanny yang masuk duluan.
”Apa jangan-jangan….” dahi Alden berkerrut.
“Jangan memikirkan sesuatu yang belum jelas. Lebih baik kamu cepat naik supaya kita tahu kejadian yang sebenarnya.”
Alden mengangguk dan berlari kecil menuju kursi penumpang depan. Pak Nur, sopir merangkap tukang kebun di rumah keluarga Hutama sudah siap di belakang kemudi.
“Belle sempat berteleponan dengan Mommy sekitar jam 6 sore tadi. Besok rencanananya dia akan datang ke rumah, membantu Mommy mencoba resep baru.”
Alden hanya diam mendengarkan mommy Lanny menjawab pertanyaan Alden yang sempat dilontarkannya sebelum naik ke mobil.
Suasana berganti dengan keheningan. Pikiran buruk langsung memenuhi otak Alden sementara daddy mencoba menenangkan mommy yang menangis karena khawatir.
Sampai di lobby rumah sakit, Alden bergegas turun dan setengah berlari langsung mencari ruang UGD, mengabaikan kedua orangtuanya yang turun belakangan.
Matanya langsung membelalak saat mendapati kedua orangtua Annabelle sedang duduk di deretan bangku dekat ruang UGD.
Tanpa menyapa, Alden melewati sopir kepercayaan keluarga Hutama yang sudah bekerja lebih dari 15 tahun itu, menghampiri Raka yang sedang berbincang dengan dua orang polisi.
“Nona Annabelle ditemukan 50 meter dari posisi mobil karena tidak mengenakan sabuk pengaman,” ujar satu polisi saat Alden sudah berdiri dekat mereka.
“Apa dia di kursi penumpang atau pengemudi ?” tanya Alden dengan nada mulai emosi.
“Nona Annabelle terlempar dari kursi pengemudi. Sepertinya benturannya cukup keras hingga tubuhnya terlempar dari kaca mobil depan.”
“Ditemukan kandungan obat tidur di dalam darah Annabelle,” Raka memberikan satu lembar kertas yang berisi laporan pemeriksaan dokter secara garis besar.
“Dasar wanita jahanam. Dia benar-benar ingin menghancurkan hidupku !” Wajah Alden memerah karena rasa marah yang sudah siap meledak.
Alden menghampiri kedua orangtua Annabelle yang sedang berbincang dengan daddy dan mommy. Kedua ibu itu menangis.
“Apa Om puas sekarang ?” Alden menghempaskan kertas yang diberikan Raka ke dada papa Rano, ayah Annabelle, membuat pria paruh baya itu sedikit terdorong ke belakang.
“Alden !” bentak mommy Lanny yang terkejut melihat sikap putra tunggalnya.
“Tidak cukup menjadi toxic dalam hidupku, sekarang dia bahkan berniat menghancurkan hidupku sampai sehancur-hancurnya. Hari ini dia berniat membunuh calon istriku !” teriak Alden dengan wajah mengeras di akhir kalimatnya.
Papa Rano memungut kertas yang diberikan oleh Alden tadi yang terjatuh ke lantai. Kedua polisi dan Raka ikut mendekat, berjaga-jaga menahan Alden kalau sampai pria itu lupa diri karena terlalu emosi.
“Apa itu ?” daddy Wira terlihat mengerutkan dahi.
“Bukti kalau Annabelle mengkonsumsi obat tidur sebelum mengemudi. Dia bahkan melepaskan seatbeltnya. Pasti dia berniat meloncat dari mobil sebelum menabrakannya,” geram Alden menatap kedua orangtua Annabelle dengan mata memerah.
“Apa ada bukti kalau Annabelle berniat meloncat dari mobil dan sengaja menabrakkan mobil itu ?” tanya daddy Wira pada kedua polisi yang berdiri di belakang Alden.
“Sayangnya kamera yang ada di bagian depan seperti dicabut paksa sebelum mobil membentur pembatas jalan dan akhirnya menabrak pohon,” ujar salah satu polisi.
“Tolong carikan bukti yang sebenarnya, Pak. Supaya tidak ada kesalahpahaman,” pinta daddy Wira yang diangguki oleh kedua polisi tadi.
“Sekarang kalian juga puas ? Bahkan dia mencabut kamera mobil sebelum melakukan niat jahatnya !” Alden yang belum reda emosinya mendekati kedua orangtua Anabelle.
“Seharusnya sebagai orangtua kalian sadar kalau dia sudah menjadi wanita gila yang terobsesi denganku. Bukannya melarang dia mendekatiku, kalian sengaja menyodorkan dia pada mommy dan daddy supaya terus memberikan dukungan atas kegilaannya !” suara Alden semakin meninggi bahkan membentak kedua orangtua di hadapannya.
“Alden !” kali ini daddy Wira yang menegurnya. “Jaga ucapanmu. Om Rano dan Tante Mira sama terpukulnya seperti kita, apalagi kondisi Belle lebih parah daripada Sarah.”
“Jadi Daddy masih membela wanita gila itu ? Bukankah pilihannya sendiri melepas seatbelt dan mengkonsumsi obat tidur sebelum menyetir ? Tidakkah Daddy bisa melihat kalau ini semua bagian rencana gilanya supaya dia terlihat sebagai pihak yang baiknya ?” ucapan Alden dan senyuman sinisnya membuat mama Mira menangis sedih.
Sebagai ibu yang membesarkan Annabelle, mama Mira yakin kalau semua tuduhan Alden tidaklah benar.
“Maafkan Belle, Tuan Alden,” lirih papa Rano. “Maafkan anak saya yang telah membuat hidup Tuan terganggu. Kami berjanji setelah Belle sadar, kami akan pergi jauh-jauh dari keluarga Hutama dan tidak akan pernah membiarkan Belle kembali bertemu dengan Tuan.”
”Apa jaminan kalian bisa membuat anak gila itu bisa benar-benar jauh dariku ?”
“Alden !” bentak mama Lanny. “Jangan pernah sebut Belle sebagai anak gila !”
“Lalu kalau bukan gila, apa Mom ? Dia terlalu pandai bersandiwara di depan Mommy dan Daddy hingga kalian begitu menyayanginya seperti anak sendiri. Itulah yang membuat dia menjadi besar kepala dan semakin berani. Dan hari ini terbukti kan, kalau dia adalah anak gila yang terobsesi padaku. Bukan hanya berusaha mencegah pernikahanku yang tinggal seminggu lagi, tapi dia berusaha merenggut nyawa Sarah, calon istriku.”
“Mommy yakin kalau Belle tidak akan pernah sepicik itu !” mommy Lanny masih berusaha membantah keyakinan Alden.
“Apa Mommy tidak tahu bagaimana kegilaan orang yang terobsesi ? Mereka akan melakukan segala cara sekalipun harus membunuh ! Aku benar-benar berharap kematian akan menjemputnya !”
Plak !
Alden terkejut saat tangan daddy Wira menampar wajahnya. Selama 28 tahun menjadi putra tunggal daddy dan mommy, belum pernah Alden mengalami kekerasan fisik ataupun verbal.
“Jangan pernah bertindak sebagai Tuhan. Jaga perkataanmu, jangan membuat kami kecewa karena merasa salah telah membesarkanmu. Biar bagaimanapun belum ada bukti kalau Belle berencana mencelakai Sarah apalagi berniat membuatnya meninggal. Kecelakaan ini justru membuat kondisi Belle lebih parah.”
“Bukankah itu sepadan dengan perbuatannya ?” suara Alden masih terdengar sinis meski tidak seemosi tadi.
“Biarkan polisi mencari tahu kebenarannya,” ujar daddy Wira. “Besok kami akan membereskannya, Pak.”
Kedua polisi tadi langsung paham dengan ucapan daddy Wira dan akhirnya pamit dari hadapan mereka.
Empat orang perawat terlihat keluar dari pintu UGD mendorong brankar dimana Sarah berbaring.
“Mau dibawa kemana calon istri saya ?” Alden mencegah satu perawat pria yang berdiri paling depan.
“Dokter meminta kami membawanya ke kamar operasi,” sahut perawat tadi yang langsung mendorong kembali brankar Sarah.
“Kalian lihat sekarang ? Bahkan calon istriku sampai harus masuk kamar operasi !” Alden kembali mendekati kedua orangtua Belle dengan tatapan nyalang.
Daddy Wira menghamprii dokter yang ada di ruang UGD dan bertanya-tanya mengenai kondisi Annabelle dan Sarah. Ekspresi wajahnya nampak terkejut saat mendengar penjelasan dokter, namun beberapa detik kemudian terlihat daddy berbincamg dengan dokter yang terlihat mengangguk beberapa kali.
“Tuan Alden,” papa Rano menahan lengan putra majikannya itu sebelum Alden berlalu hendak menyusul Sarah ke kamar operasi.
“Mohon berikan kami kesempatan untuk tetap di sini sampai Belle sembuh. Kami mohon sebagai orangtua Annabelle.”
“Rano ! Mira !”
Mommy Lanny terpekik saat melihat kedua orangtua Annabelle berlutut di depan Alden yang sebetulnya juga terkejut. Namun rasa bencinya pada anak Rano dan Mira membuat Alden tetap bersikap dingin dan mendecih dengan wajah sinis.
“Jangan berharap maaf dariku kalau sampai terjadi sesuatu pada calon istriku ! Bukan hanya anak kalian yang kuharap mati tapi akan kubuat hidup kalian lebih menderita daripada kesakitan Sarah !”
“Alden !” Mommy Lanny kembali memekik dengan linangan air mata kesedihan dan kekecewaan sebagai ibu dari Alden Hutama.
“Mommy dan Daddy tidak pernah mengajarkanmu bersikap seperti ini. Om Rano dan Tante Mira sudah seperti orangtuamu sendiri.”
Daddy Wira yang baru saja keluar dari ruang UGD nampak terkejut melihat Rano dan Mira berlutut di dekat Alden.
Raka yang sejak tadi tidak berani ikut campur akhirnya ikut membantu daddy Wira yang meminta Rano dan Mira kembali berdiri.
“Mereka boleh memperlakukan aku seperti anak mereka sendiri di depan mommy dan daddy. Apa Mommy yakin kalau semuanya itu tulus mereka lakukan dan bukan demi anak mereka yang terobsesi padaku hingga membuatku stress ?”
“Alden !” bentak daddy Wira. “Semoga semua ucapanmu ini tidak akan membuat kamu menyesal seumur hidupmu !”
Daddy Wira berhenti di depan putranya dengan tatapan tajam. Terlihat tatapan sedih, marah dan kecewa terhadap putranya bercampur aduk dengan helaan nafas panjangnya.
“Operasi Belle sudah selesai. Malam ini mereka harus menempatkannya di ruang ICU karena keadaannya sangat kristis. Belle koma.”
Daddy Wira menatap kedua orangtua Belle dan langsung merangkul istrinya yang terkejut dan menangis mendengar kabar kondisi Belle.
Tanpa menghiraukan Alden, putra mereka, daddy Wira mengajak istrinya beserta Rano dan Mira naik ke lantai dua, dimana ruang ICU berada.
“Gadis gila itu benar-benar sudah merasuki daddy dan mommy. Bahkan mereka lebih khawatir pada kondisinya daripada keselamatan Sarah, calon menantu mereka,” gerutu Alden dengan wajah kesal pada Raka yang masih setia menemaninya.
“Dokter bilang kondisi Sarah tidak terlalu parah, Al,” ujar Raka. “Berbeda dengan kondisi Belle yang kritis. Bahkan sungguh ajaib karena Belle masih bisa bertahan hidup.”
“Sepertinya orang jahat agak sulit matinya, Ka,” Alden tertawa sinis.
Raka menghela nafas. Sebagai asisten dan sahabat Alden, sebetulnya ia sendiri bingung mengapa Alden begitu membenci Annabelle. Gadis itu memang menyukai Alden sejak lama, tapi tidak pernah mengejar-ngejar Alden dengan sikap berlebih.
“Jangan lupa ucapan om Wira tadi. Elo bukan Tuhan dan jangan sampai elo bakal menyesali semua ucapan elo hari ini yang menurut gue sudah kelewat batas. Biar bagaimana pun om Rano dan tante Mira adalah orangtua juga.”
“Orangtua yang sama obsesinya dengan anak mereka ingin punya menantu kaya untuk merubah nasib mereka,” Alden tertawa dengan nada mengejek.
Raka menghela nafas dan menggelengkan kepala, berharap Alden tidak akan bermimpi untuk mengulang waktu dan menghapus semua ucapannya hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Tiwi
keren
2024-10-31
1
™febri@n.*
mampir thor..baru eps 1 dahnyesek
2023-10-13
1
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu
2023-06-02
1