“Harus banget wanita itu pulang ke rumah Tante dan tinggal satu atap dengan Alden ?” protes mommy Lanny saat Yudha menyampaikan permintaannya untuk membawa Sarah pulang ke rumah Hutama.
“Sarah masih kelihatan bingung dan suka cemas, Tante. Dekat dengan Alden bisa membuat Sarah lebih tenang dan mempercepat pemulihan emosinya. Lagipula menurut saya ini adalah kesempatan baik untuk Om dan Tante kalau ingin mendapatkan lebih banyak informasi soal kehamilan Sarah.”
“Sudah terbukti kalau anak itu bukan anaknya Alden. Bisa-bisanya Alden dibohongi wanita ular itu. Om dan Tante sudah punya firasat jelek sejak pertama dikenalkan dengan Sarah, tapi Alden tetap ngotot, seperti kena pelet.”
“Lebih baik dibicarakan langsung dengan Alden dengan menunjukkan bukti-bukti yang Om punya.”
Mommy Lanny hanya menghela nafas saat melihat Alden mendorong kursi roda Sarah menuju lobby dimana mobil daddy Wira sudah menunggu mereka.
“Ingat pesanku, ya,” Yudha berjongkok di depan Sarah. “Fokus pada kesembuhanmu dan jangan menghindari ingatan akan kecelakaan itu. Cobalah ingat-ingat pertemuanmu dengan Annabelle supaya segera mendapatkan titik terang.”
“Tidak usah membawa-bawa nama Annbelle,” protes Alden dengan wajah kesal.
“Menyembuhkan pasien trauma bukan dengan cara menyuruh mereka lari dari ingatan dangan pura-pura lupa, tapi mencoba mencari solusinya apa yang membuat mereka cemas dan takut,” tegas Yudha sambil menatap Alden yang hanya mendengus kesal.
“Aku akan mengunjungimu dua atau tiga hari sekali,” pesan Alden pada Sarah Belle yang sudah duduk di dalam mobil.
Sarah Belle itu mengangguk dengan wajah cemas seolah tidak ingin jauh dari Yudha, satu-satunya orang yang tahu dan percaya dengan keberadaan Annabelle di dalam raga Sarah.
Tidak ada percakapan apapun selama perjalanan menuju rumah Hutama karena Alden tidak ingin memancing emosi mommy Lanny yang sejak tadi menunjukkan sikap tidak sukanya.
Hingga 45 menit kemudian, mobil MPV mewah milik keluarga Hutama itu masuk ke halaman rumah bak istana yang sudah akrab dengan Annabelle.
“Apa kabar Bik Ipa ?” sapa Sarah Belle pada wanita paruh baya yang datang menghampiri mobil.
Bik Ipa tampak terkejut mendengar sapaan calon istri tuan mudanya yang tidak pernah peduli dengan para pelayan di rumah keluarga Hutama.
“Selamat siang, Nona Sarah,” Bik Ipa balas menyapa dengan wajah kembali menunduk.
Bukan hanya Mommy Lanny terkejut mendengar sapaan Sarah Belle, Alden yang berdiri di depan pintu mobil, siap membantu Sarah turun, terlihat sama terkejutnya dengan mommy Lanny.
Tidak berhenti dengan sapaan Sarah Belle pada Bik Ipa tapi semua pelayan yang datang membantu ikut disapanya dengan ramah dengan nama masing-masing pelayan.
Namun mommy Lanny dan Alden hanya menyimpan kebingungan mereka dalam hati. Sempat terlintas dalam benak Alden kalau perubahan Sarah ini sebagai efek benturan saat kecelakaan, tapi tidak mungkin juga efeknya membuat Sarah mendadak hafal nama para pelayan di rumah Hutama
”Kamu tidur di kamar tamu lantai satu dan jangan berharap pindah ke lantai dua supaya dekat dengan Alden,” tegas mommy Lanny saat Alden sudah mendorong kursi roda Sarah Belle sampai ke ruang tengah.
“Dimana saja tidak masalah, Tante. Saya sudah senang diijinkan tinggal di sini untuk sementara waktu,” sahut Sarah Belle dengan sopan dan senyuman yang tidak pernah lepas.
“Saya dan Tante ? Yang lalu kamu udah panggil Mommy juga, Apa Annabelle melekukan sesuatu atau mengancammu malam itu ?” tanya Alden yang terlihat emosi.
“Untuk pertanyaan pertama, saat ini saya lebih nyaman memanggil Tante dan kedua Annabelle tidak melakukan apapun termasuk ucapan yang menyakitkan.”
“Perempuan brengsek itu membuat pernikahan kita yang harusnya berlangsung dua hari lagi harus ditunda,” geram Alden.
“Alden !” tegur mommy Lanny dengan suara keras dan wajah memerah. “Jangan lagi kamu memaki Belle sebagai perempuan brengsek atau semacamnya. Seharusnya kamu merasa kasihan dengan keadaannya yang sedang koma.”
Alden hanya menghela nafas dengan wajah menahan marah sementara Sarah Belle berusaha menyembunyikan rasa sakit hatinya mendengar ucapan Alden.
“Maaf kalau saya menyela, tapi badan saya masih kurang sehat. Kalau boleh saya mau ijin untuk istirahat dulu.”
“Tentu saja, Sayang,” Alden buru-buru membuka pintu kamar sebelum mendorong kursi rods Sarah Belle masuk.
Mommy Lanny mendengus kesal melihat sikap Alden yang begitu memanjakan sosok Sarah.
Melihat sikap Sarah yang berubah manis dan sopan, mommy Lanny justru mengganggapnya sebagai kedok semata untuk menutupi banyak kebusukan hatinya.
“Sayang, kamu jangan sakit hati sama mommy karena sebetulnya mommy memiliki hati yang baik dan penyayang. Bersabarlah sedikit. Mommy sudah lama terpengaruh oleh Annabelle yang selalu bersikap manis dan penurut pada mommy dan daddy. Mereka tidak bisa melihat niat buruk wanita itu di balik sikap manisnya. Bahkan kejadian ini menjadi bukti bagiku kalau dia tidak ingin melihat aku bahagia hingga ingin mencelakaimu. Untung saja dia yang koma dan kamu hanya luka-luka. Biar dia tanggung kondisinya sekarang sebagai efek perbuatan jahatnya.”
Sarah Belle menarik nafas bukan karena menahan emosi dengan perlakuan sinis mommy Lanny tapi justru menghalau rasa sakit mendengar ucapan Alden.
“Aku ingin istirahat, Alden. Tolong keluar dari kamar ini. Aku sedang tidak ingin membahas soal Annabelle dan kecelakaan atau apapun.”
“Begitu dong pakai aku kamu lagi,” Alden tersenyum sambil meraih jemari Sarah Belle dan menciumnya namun reflek Annabelle menarik tangannya.
“Tolong keluar sekarang, Alden,” lirih Sarah Belle sambil membuang muka ke arah lain.
Alden beranjak dari pinggir tempat tidur dengan dahi berkerut lalu mencoba menggendong Sarah pindah ke ranjang namun lagi-lagi reaksi Annabelle bertentangan dengan kebiasaan Sarah yang dengan senang hati menerima perlakuan manis Alden.
“Sayang ?” Alden menatap Sarah Belle dengan wajah bingung.
“Aku bisa sendiri Alden. Aku sudah belajar naik turun tempat tidur sendiri. Lututku hanya memar bukan diamputasi, jadi tolong perlakukan aku biasa saja. Aku tidak nyaman kalau kamu berlebihan.”
“Tapi…”
“Tolong keluar sekarang, Alden ! Aku benar-benar masih mudah capek dan butuh istirahat.”
Suara Sarah yang meninggi dengan wajah kesal membuat Alden sempat terpaku. namun mengingat hasil analisa Yudha akhirnya Alden mengalah dan keluar meninggalkan Sarah Belle sendirian.
“Aku semakin membencimu, Annabelle,” gumam Alden saat berdiri di depan pintu kamar yang baru saja ditutupnya. “Bukan hanya membuat pernikahanku gagal tapi kamu telah mengacaukan hidup calon istriku. Seandainya kamu bisa hidup kembali, akan kubuat perhitungan denganmu hingga kamu menyesal dan memilih pergi jauh dari keluargaku.”
Alden mengepalkan kedua tangan di samping tubuhnya yang menegang menahan emosi.
🍀🍀🍀
Sudah 3 hari ini Sarah Belle tinggal di rumah keluarga Hutama dengan kondisi kakinya yang semakin membaik.
3 hari ini juga Alden harus menahan diri terhadap perubahan Sarah karena wanita itu menolak semua bentuk kontak fisik dengan Alden, apalagi sekedar memberikan ciuman di pipi atau kening.
Mommy Lanny pun merasa sedikit aneh melihat kepribadian Sarah yang bertolak belakang dengan wanita yang beberapa kali diajak Alden sebagai calon istrinya. Saat itu Sarah bertingkah bagaikan ratu drama di hadapan mommy Lanny dan daddy Wira.
Perubahan inilah yang mrmbuat mommy Lanny sedikit kesulitan mencari-cari kelemahan Sarah untuk membuat wanita itu terlihat buruk di mata Alden.
Saat ini Sarah berubah mejadi wanita yang sopan, bangun pagi dan langsung pergi ke dapur membantu para pelayan menyiapkan sarapan. Bahkan setelah Alden pergi ke kantor, Sarah Belle tidak kembali ke kamar untuk bermalas-malasan.
Pagi ini seperti biasa Annabelle sudah berkutat di dapur sejak jam 5 pagi. Bik Ipa yang masih sering bingung dengan sikap calon istri tuan mudanya ini menyimpan banyak pertanyaan dalam hatinya.
“Selamat pagi, Tante,” sapa Annabelle saat melihat mommy Lanny masuk ke ruang makan.
Mommy Lanny hanya melirik dan tatapannya kembali ke meja makan yang sudah ditata rapi. Matanya mengernyit, melihat menu sarapan yang disiapkan pagi ini.
“Siapa yang membuat ini, Ipa?” Mommy Lanny sengaja bertanya pada Bik Ipa dan mengabaikan Sarah Bell yang ada di situ.
“Non Sarah yang masak, Nyonya.”
Mommy Lanny mengerutkan dahi saat melihat satu loyang makaroni panggang sudah tersaji dengan potongan sosis sebelum parutan kejunya.
Wajah mommy Lanny berubah sedih karena tampilan makaroni panggang itu membuatnya teringat pada Annabelle. Kreasi ini adalah ciri khas gaids itu saat dia sudah mahir membuat makaroni panggang kesukaan mommy Lanny.
“Selamat pagi, Sayang,” daddy Wira yang baru saja masuk ke ruang makan langsung mendekati mommy Lanny dan mencium pipi wanita tercintanya.
“Wow, sepertinya menu sarapan pagi ini spesial. Kamu pasti bangun lebih awal untuk memasaknya,” puji daddy Wira sambil merangkul bahu mommy Lanny.
“Bukan aku yang memasaknya,” gumam mommy Lanny dengan wajah sendu.
Daddy Wira mengerutkan dahi namun tidak menoleh ke arah Sarah. Hatinya pun sama kecewa dan tidak suka pada Sarah.
“Duduklah dulu,” daddy Wira menarik kursi meja makan yang biasa ditempati mommy Lanny.
“Morning Dad, Mom,” sapa Alden dengan wajah cerah. “Pagi, sayang.”
Sarah Belle hanya tersenyum tipis, menarik kursi yang biasa didudukinya selama tinggal di rumah Hutama.
“Wow, sarapan spesial nih, menu andalan Mommy. Kamu harus coba, Sayang. Makaroni panggang buatan Mommy is the best,” celoteh Alden sambil ikut duduk dekat daddy Wira berhadapan dengan mommy Lanny yang terdiam dengan wajah tertunduk.
“Jangan menangis, Sayang,” daddy Wira menggenggam jemari mommy Lanny yang ternyata meneteskan airmata.
Alden menoleh ke arah Sarah dengan dahi berkerut semetara Sarah sendiri terlihat masa bodoh.
Calon istrinya itu sedang menatap mommy Lanny yang sedang ditenangkan oleh daddy Wira.
“Maafkan Belle, Tante,” lirih Annabelle dengan wajah sendu.
Ketiga orang yang duduk di meja makan termasuk mommy Lanny langsung menoleh menatap Sarah Belle yang masih belum sadar dengan ucapannya.
“Maaf kalau Belle sudah membuat Tante sedih,” lanjutnya dengan wajah bersalah.
“Sarah sayang,” Alden menyentuh lengan Sarah Belle. “Kenapa kamu bawa-bawa nama gadis jahat itu ?”
Annabelle tersentak, baru sadar kalau mulutnya baru saja menyebut dirinya sebagai Belle, bukan Sarah.
“Maaf…Saya pasti melamun jadi melantur,” ujar Sarah Belle dengan senyum kikuk.
“Darimana kamu tahu kalau saya sedih karena teringat akan Belle ?” tatapan tajam dan suara tegas mommy Lanny membuat Sarah Belle langsung menundukkan wajah, tidak berani membalas tatapan mommy Lanny.
Alden, daddy Wira dan mommy Lanny masih fokus menatap Sarah Belle yang semakin canggung.
”Nggg… tadi saya sempat ngobrol dengan para pelayan dan mereka bercerita kalau Annabelle suka datang ke rumah ini untuk masak bersama Tante.”
“Ya sudah kalau begitu kita lanjut sarapannya,” Alden berusaha mengurai suasana canggung di meja makan ini.
Annabelle mengambilkan potongan makroni panggang untuk mommy Lanny, daddy Wira, Alden dan terakhir untuk dirinya sendiri.
Sejak kedatangan Sarah Belle di tengah-tengah keluarga Hutama, suasana di meja makan saat sarapan terasa sunyi, padahal pengalaman Annabelle, mommy Lanny dan daddy Wira adalah pasangan yang senang membicarakan banyak hal.
Biasanya kalau Annabelle ikut sarapan saat diundang oleh mommy Lanny, hanya Alden yang memasang wajah perang namun tidak pernah menghindari waktu sarapan hanya karena ada Annabelle di meja makan.
Kenapa sejak wanita ini ada di sini, aku justru meihat Belle yang hadir. Gaya bicaranya, cerewetnya, sopan santun dan keramahannya adalah milik Belle. Bahkan rasa makaroni ini benar-benar mirip dengan buatan Belle. Apa karena aku begitu merindukan kehadiran anak itu di sini, batin mommy Lanny.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Rosmaliza Malik
pelik(aneh) kenapa orang tua Alden tak bagitahu je laporan kehamilan Sarah pada Alden terus. confirm daripada doktor kan....
2023-10-26
0
Tatik R
pengen cepat2 100 hari
2023-03-31
3