Berpencar

Selanjutnya keempat pemuda dan pemudi itu akhirnya sampai di sebuah rumah megah yang ada di kaki bukit.

"Ini rumah siapa, Flo?" tanya Tiara pada Flo yang berjalan di samping nya.

"Ini rumah Ao, Ra.. Ayo keluar! Dari sini, kalian bisa mulai mendaki sampai ke atas bukit sana!" tutur Flo seraya menunjukkan ke salah satu puncak bukit yang ada di belakang rumah megah itu.

"Kalian? Maksud kanu siapa? Memangnya kamu gak ikut mendaki, Flo?" tanya Tiara keheranan.

"Tentu saja kamu dan Ao, Ra..! Ini kan rencana kalian berdua.." jawab Flo sambil tersenyum lebar.

"Ta..Tapi terus kamu dan San gimana?" tanya Tiara terbata-bata.

Tadinya Tiara memang mengira kalau hari ini akan menjadi perjalanannya berdua dnegan Ao saja. Karena itulah ia jadi gugup sepanjang malam tadi.

Tapi gadis itu langsung merasa lega saat Flo datang menjemputnya pagi tadi. Jadi pikir Tiara, mungkin perjalanan berdua itu akan berubah menjadi perjalanan berempat?

Sayang sekali, tebakan Tiara itu meleset. Karena pada akhirnya, rencana perjalanannya dnegan Ao hanya akan tetao dilalui mereka berdua saja.

"Kami kenapa, Ra? Kamu gak mau jalan-jalan sama aku?" tanya Ao dengan tatapan sedih.

"Bu..Bukan begitu, O!" Tiara kelabakan mencari jawaban yang tepat dan tak menyakiti lelaki di depannya itu.

Sementara itu diam-diam San dan Flo pergi meninggalkan keduanya untuk bicara.

"Terus kok ekspresi kamu kayak gak mau banget naik ke sana berdua denganku?" cecar Ao menagih jawaban dari Tiara.

"Aku.. Aku cuma..mm.."

"Cuma apa, Ra?" tanya Ao seraya mendekati Tiara.

Didekati oleh Ao dengan tatapan yang begitu mengintimidasi, mau tak mau Tiara oun jadi memundurkan langkahnya tanpa ia sadari.

Hingga punggung gadis itu kemudian berdempetan dengan pintu mobil. Barulah Tiara sadar kalau ia sudha dalam posisi tersudut saat ini.

Sementara itu, ketika Tiara baru menyadari posisi tersudutnya, Ao sudah sigap mengurung Tiara di antara kedua tangannya yang ia taruh di samping kanan dan kiri Tiara.

"Cuma..?" tanya Ao masih terus bermanuver mendekati Tiara.

Wajah keduanya kini begitu dekat. Sehingga Tiara bisa merasakan aroma mint yang menguar dari tubuh Ao. Menyadari pikirannya yang melantur ke mana-mana, membuat wajah gadis itu seketika bersemu merah.

Tiara langsung saja menundukkan pandangannya ke bawah. Menatap sepatu kets yang ia kenakan saat ini.

"Hey.. Kok malah bengong sih?" tanya Ao dari jarak yang begitu dekat dnegan wajah Tiara.

Demi bisa beradu pandang dengan Tiara, Ao akhirnya merelakan diri untuk menelengkan kepalanya ke samping, lalu menatap ke atas wajah Tiara.

"Kamu okey kan, Ra?" tanya Ao begitu perhatian.

"ehm.. bi.. bisa gak kamu kasih aku jarak, O? Aku.. mm.. gerah.." tukas Tiara mencoba menambahkan jarak di antara keduanya.

"Okay. maaf kalau kamu jadi gak nyaman. Aku cuma khawatir aja sama kamu. Soalnya sejak kita ketemu, Kamu sama sekali gak mau lihat mata ku, Ra. Aku takut kamu marah sama aku.. Walau aku juga bingung. Apa sebenarnya salah ku ke kamu.." imbuh Ao menjelaskan isi pikirannya.

"!!?"

Tiara tersentak kaget. Seketika itu pula pandangannya terangkat tepat menatap ke dalam mata Ao.

Gadis itu langsung dihinggapi oleh perasaan bersalah saat ia melihat kesedihan dan kebingungan di mata cerah nya Ao.

Saat melihat ke dalam bola mata pemuda itu. Tiara tak mampu lagi memalingkan pandangannya ke arah yang lain. Sedari dulu, entah kenapa Tiara selalu tertarik untuk menatap kedua mata temannya itu.

Karena seringkali Tiara mendapati kilau kekuningan di mata sahabat penanya itu.

Tapi setelah diperhatikan baik-baik, warna kekuningan itu sama sekali tak ada. Hanya cokelat saja yang menghiasi iris mata Ao.

"Maaf.." tutur Tiara terucap dengan suara yang lembut dan penuh penyesalan.

"Gak apa-apa.. Jadi, kamu gak marah sama aku kan, Ra?"

Tiara seketika menggelengkan kepalanya.

"Bagus! Jadi, kita jadi mendaki ke sana sekarang?" tanya Ao kembali untuk memastikan kesiapan Tiara.

Tiara tersenyum kecil dan menyahut kemudian.

"Ayo.. aku siap untuk mendaki!" sahut Tiara dengan nada yakin.

Keduanya lalu mulai mendaki ke puncak bukit yang ditunjuk oleh Ao. Meninggalkan San dan Flo yang menatap keduanya dari kejauhan.

"Aku masih belum mengerti. Apa istimewanya wanita itu, Flo. Menurut ku, masih tetap menawan Putri Silensia.." gumam San dengan suara pelan.

"Tiara itu mempunyai hati yang baik. Dan yang pasti, dia juga istimewa!" Jawab Flo di sampingnya.

"Istimewa di mana nya, Flo? Tidakkah menurut mu jika Tuan Amman terus berhubungan dengan manusia itu, status nya sebagai pewaris akan terancam?"

"Apa kamu menyangsikan keputusan Tuan kita, San?"

"T..tidak! Maksud ku bukan begitu, Flo.."

"Nah. Aku yakin, Tuan kita pasti tahu dengan pilihannya sendiri. Apalagi soal perasaan. Tak ada yang bisa mengaturnya bukan, San? Sama seperti perasaan di antara kita?" imbuh Flo sambil mengusap pelan pipi kekasih nya itu.

"Ya..Tapi kita berdua kan sama, Sayang.. sejenis.. Sementara Tuan Amman dan wanita itu.." San tak melanjutkan ucapannya kembali.

"Hey.. Kenapa kamu jadi peragu begini sih? Sudahlah, San. Biarkan saja Tuan kita bahagia dnegan wanita pilihannya. Kita hanya perlu menjadi pedang bagi Tuan Amman untuk memuluskan jalan di hadapannya. Bukankah memang itu tugas kita yang sebenarnya, Sayang?" tukas Flo dnegan senyuman menawan.

Lama tercenung memikirkan kalimat Flo, pada akhirnya San perlahan menganggukkan kepalanya pelan. Kemudian lelaki ghul itu menarik Flo ke dalam pelukannya.

"Aku berharap, jalan yang harus dihadapi oleh Tuan kita tak akan terlalu banyak batu terjalnya, Flo.."

"Hehehe.. Jangan berkata begitu, San.. bukankah semakin besar batu ujian yang harus dihadapi oleh seseorang, maka itu akan menjadikannya lebih tangguh lagi nanti? Aku yakin. Tuan Amman akan menjadi Penguasa Ghullian yang paling berjaya dibanding para Penguasa Ghullian penghulunya.." tutur Flo dengan penuh keyakinan.

"Hmm.. aku juga yakin, Flo.." sahut San dengan suara di dekat telinga kekasihnya itu.

Setelah jeda beberapa lama, San kembali berkata.

"Jadi, kita tak perlu mengikuti Tuan Amman, Flo?" tanya San tetiba.

"Jangan. Bukankah sudah ada perintah langsung dari Tuan kita agar oita hanya perlu berjaga saja di titik ini. Kota akan menghalau siapapun yang menerobos masuk Selubung Myor yang melingkupi area bukit dan juga rumah ini. Lalu memberi peringatan dini kepada Tuan kita,"

"Kau benar.."

"Sepanjang musuh Tuan kita tak tahu kalau Tuan berada di tempat ini, maka kupikir hari oni akan berlangsung dnegan damai," lanjut Flo.

"Hm.. kalau begitu, sebaiknya kita berpencar saja. aku ke titik Barat. Dan kau berjaga di titik Timur," usul San kemudian.

"Baiklah. Sampai jumpa, San.." pamit Flo yang langsung mewujud menjadi bayangan hitam dan kemudian melesat cepat menuju titik di arah Timur dari tempat itu.

Dan San pun menyusul kemudian. Ia mewujud menjadi bayangan ghul dan melesat ke titik yang berseberangan dengan sang rekan sekaligus kekasihnya tadi.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!