Perseteruan

"Jawabannya sederhana saja, Puteri. Karena kita memiliki visi yang sama terkait hubungan dengan manusia.." jawab King Amman dnegan sejujurnya.

"A..Apa?!" Kini Silensia pun jauh lebih terkejut dibanding mendengar pernyataan King Amman sebelum-sebelumnya.

"Maksud Yang Mulia adalah..??"

"Aku yakin kau cukup mengerti dengan perbincangan kita saat ini, Putri. Karena aku juga memiliki orang spesial daei golongan itu..Sayangnya peraturan yang ada saat ini tak mendukung hubungan yang terjalin antara kelompok kita dengan kelompok mereka. Karena itulah aku bertekad untuk merubah sistem yang ada saat ini, agar kembali seperti dulu kala.."

"Se..seperti dulu itu maksudnya..??"

"Kembali ke masa ketika kelompok kita bisa bersahabat dan membaur dengan kelompok manusia. Jadi, apa kau tertarik dalam rencana ku ini, Putri Silensia?"

"A..Aku.. belum bisa memastikan sekarang ini, Yang Mulia. Maksud ku.. keputusan ini sangatlah besar! Kau meminta ku untuk menjadi pendamping mu demi bisa merubah sistem!" seru Silensia sedikit berapi-api.

"Genang saja.. Aku tak meminta ku jadi pendamping yang sebenarnya,"

"Maksud Yang Mulia?!"

"Kau hanya perlu menjadi boneka ratu ku saja. Kau tetap akan ku lindungi sebagai ratu ku. Namun kita tak akan memiliki ikatan romansa. Karena jujur saja. Aku hanya membutuhkan dirimu untuk mengisi peran sebagai ratu sebagai syarat menjadi seorang raja di kerajaan ini.."

"?!!"

"Aku tak ingin mengurangi kefokusan ku dalam mencapai misi awal ku, Silensia. Menurut ku, romansa dan cinta hanya akan menjadi batu sandungan saja bagi ku di kemudian hari nanti!"

Sementara itu dalam hatinya King Amman berkata,

'Aku harus merahasiakan perasaan ku terhadap Tiara, bahkan kepada Silensia sekalipun. Meski ia akan menjadi sekutu ku nantinya, tak ada salahnya juga bila aku tetao berjaga-jaga. Aku tak ingin ada celah sekecil apapun yamg dapat menjadi penyebab Tiara tersakiti. Karena aku akan menjaga Tiara dan berusaha untuk bisa bersama dnegan nya kelak.. Ya.. Setelah aku berhasil merubah peraturan yang ada saat ini, aku akan membawa Tiara ke kerajaan ku ini. Dan dia akan menjadi ratu ku yang sebenarnya..' gumam batin King Amman.

Sedetik kemudian, Silensia berkomentar.

"Apakah ada manusia yang menarik hati Yang Mulia..?" tanya Silensia dengan pandangan berani.

Wanita ghul tersebut agaknya memiliki firasat kalau Yang Mulia di hadapannya itu masih menyembunyikan sesuatu darinya. Silensia hanya ingin berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Tawaran King Amman itu sungguh menarik hatinya. Ia pun ingin bisa hidup bebas bersama sahabat manusia nya, Amanda. Namun Silensia tak ingin ketika ia sudha memutuskan untuk bersekutu dnegan King Amman, calon raja di hadapannya itu nanti malah akan menusuknya dari belakang.

Silensia ingin memastikan sesuatu. Jika benar King Amman memiliki perasaan lebih terhadap manusia, maka kesungguhannya untuk merubah sistem yang ada itu cukup bisa untuk dipercaya.

Silensia menatap lekat King Amman. Setiap pergerakan dari sang Pewaris Tahta itu diamatinya baik-baik. Dan ketika King Amman memberikan jawabannya, Silensia menangkap pergerakan mikro pada ekspresi nya itu yang membuat Silensia tahu bahwa Sang Pewaris sebenarnya telah berdusta kepadanya.

Akan tetapi Silensia tak marah kepada King Amman. Justru ia bisa mengerti dari mana datangnya dusta itu bermula. Dan Silensia akhirnya bisa mengambil keputusan saat itu juga dnegan hati yang yakin dan jauh lebih tenang dari sepuluh menit sebelumnya.

King Amman menjawab seperti ini.

"Tak ada.. Tak ada satu wanita pun yang aku cintai di dunia ini.."

Mendengar itu, Silensia kemudian tersenyum tipis.

Meski ia tahu kalau ucapan King Amman tadi adalah suatu dusta, namun itu justru membuat Silensia yakin kalau King Amman memang bersungguh-sungguh untuk merubah sistem yang ada di kerajaan Ghullian saat ini.

Silensia yakin, dengan keputusan yang akan diambilnya saat ini, mereka akan bisa mewujudkan impian itu bersama-sama.

Dengan nada yakin, Silensia oun akhirnya menyahut.

"Kalau begitu, saya menyetujui usulan Yang Mulia ini. Mari kita berjuang bersama-sama ya, Tuan ku.." tutur Silensia dnegan kepatuhan yang sekilas sempat membuat King Amman terpaku.

"Ah.. ya.."

Kedua ghullian itu kini sama-sama memandangi langit yang diterangi oleh bulan yang bersinar penuh. Tak jauh di belakang mereka, San, sang abdi yang setia memandang keheranan pada punggung Silensia.

'Dia benar-benar sesuai dengan rumor yang beredar tentang nya. Semoga saja ke depannya nanti tak akan ada masalah lagi yang mengganggu!' harap Sanrest dalam hati.

***

Sementara itu di rumah Tiara..

Gadis itu sedang memandang ponsel nya dnegan tatapa penuh harap. Sejak pulang kerja dan masuk ke kamarnya, Tiara memang langsung fokus memperhatikan layar percakapannya dnegan Ao kemarin malam.

Dan kini, gadis itu tampak kebingungan untuk memutuskan sesuatu.

"Apa gak apa-apa ya kalau aku mengirim pesan duluan untuknya? Tapi.. Aku takut kalau pesan ku ini malah akan mengganggu Ao nanti. Duh.. percuma juga kan walau aku udah punya hp, tapi aku masih gak bernai untuk hubungi dia duluan. Payah banget sih kamu, Ra!" Tiara sibuk merutuki dirinya sendiri.

"Memang kakak payah!"

"Aargh! Arya! kamu ngagetin kakak aja!" pekik Tiara yang terkejut dengan kedatangan Arya yang tanpa salam ke kamarnya.

"Kakak lagi apa sih? Waah,, Kakak beli ponsel baru ya?" tukas Arya yang langsung merebut ponsel di tangan Tiara.

"Duh, Ya! jangan! Itu tuh dikasih teman Kakak... balikin sini, Ya?!" pinta Tiara sambil mencoba mengambil ponselnya kembali.

"Ponsel Kakak lebih bagus dari punya Arya! Arya mau tukar, boleh ya, Kak??" Pinta Arya memaksa.

"Ehh.. Kakak gak bisa nge-iyain permintaan kamu kali ini, Dek.. Soalnya ini tuh dikasih sama teman Kakak.." tolak Tiara tak enak hati.

"Kok gak bisa sih? Kan tinggal ditukar. Gampang aja kan?"

"Gak segampang itu lah, Dek.. Kalau nanti teman kakaknya lihat kalau kakak gak pakai ponsel yang dia kasih, nanti Kakak harus jelasin gimana dong?"

"Ahh.. Gampang aja, Kak. Bilang aja Kakak bosan sama hp yang ini. Jadi tukeran sementara sama punya Arya!"

"Mana bisa begitu. Arya.. Itu bisa nyakitin hati temannya kakak.."

"Ahh Kakak payah! Lagian teman kakak yang mana sih yang baik banget beliin ponsel. Arya kayaknya belum pernah lihat Kakak bawa teman ke rumah. Paling teman Kakak juga sama kere nya kan kayak kakak. soalnya sama-sama kerja di pabrik rumahan itu!" ujar Arya meledek.

"Arya!" Tiara refleks membentak adiknya tiu.

Baru kali ini Arya berkata sejahat ini padanya. Biasanya Arya masih menjaga kesopanan saat berkata-kata dengannya. Namun entah kenapa kali ini adiknya itu tak bisa menyaring ucapannya.

Tahu kalau Kakak penyayang nya itu kini sedang marah kepadanya, Arya pun langsung melempar asal ponsel milik Tiara ke arah gadis itu.

Beruntung Tiara mampu menangkapnya tepat waktu. Jika tidak, ponsel nya mungkin akan rusak karena terjatuh ke lantai.

"Arya! Jangan suka merusak!" Tegur Tiara dnegan nada suara tinggi.

Akan tetapi Arya tak menggubris teguran dari Tiara. Remaja lelaki itu malah langsung berlari keluar dari kamar Tiara. Dengan tak lupa untuk membanting pintu kamar Tiara sebelum ia berlalu darinya.

Brak!

Pintu pun terbanting dan meninggalkan suara kencang yang memekakkan telinga.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!