Dikejar Gangster

Tiara terbangun oleh teriakan Emak. Remaja berusia 14 tahun itu sangat terkejut ketika ia mendapati jam weker di samping tempat tidur menunjukkan pukul tujuh pas.

'Gawat! Bisa telat, nih!'

Maka segera Tiara melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Sekedar membasahi tubuh dengan air dan menggosok gigi, setelahnya berseragam dan mencomot satu pisang goreng di piring. Lalu bersepatu dan pamit ke orang rumah.

Di perjalanan, Tiara dapati Ao, San, dan Flo juga tengah lari-lari sepertinya. Tiga temannya yang berkulit hitam itu nampaknya juga telat bangun pagi ini.

Sembari berlari, Tiara menyapa ketiga kawannya itu. Dan mereka balas menyapa nya dengan sebuah anggukan singkat.

Untuk sampai ke sekolah, Tiara, Ao, San dan Flo harus melewati belokan-belokan gang kecil di antara rumah penduduk, kali kecil, juga gedung kosong, sawah hingga kemudian tiba di sekolah.

Mereka berkejaran dengan waktu yang kini sudah menunjukkan pukul setengah 8 kurang sepuluh menit. Sepuluh menit lagi batas waktu yang mereka miliki untuk bisa diperbolehkan masuk melewati gerbang sekolah oleh Pak Dril, satpam sekolah  mereka.

Kemudian, saat anak-anak itu hampir sampai di depan gedung kosong,  mereka mendapati sekelompok gangster tengah berkumpul di sana.

Ada sekitar 11 orang gangster berbadan kekar dan bertampang sangar yang masing-masing dari mereka memegang sebuah senjata. Entah badik, clurit, arit, atau hanya sebilah kayu balok tebal nampak kuat dalam genggaman mereka.

Melihat pemandangan di depannya, Tiara dan ketiga kawannya itu mendadak berhenti.

Tiara mengenal jelas siapa kelompok gangster itu. Entah dengan Ao, San dan Flo yang baru pindah ke kampungnya sekitar dua minggu lalu.

Orang-orang sangar itu adalah gangster Dravgon, gangster paling berpengaruh di wilayah Waduk Ulung, kecamatan dimana kampung Tiara berada.

Biasanya kelompok gangster ini  berkeliaran di wilayah Pasar pada malam hari. Kelompok Dravgon hanya muncul di siang hari hanya jika mereka hendak membasmi 'serangga', itu istilah mereka untuk para pengganggu kekuasaan kelompoknya.

Dan sejauh ini, di wilayah Waduk Ulung ini ada amat sangat sedikit orang yang berani menjadi serangga-nya kelompok Dravgon. Karena apa? Karena kematian adalah putusan akhir yang akan diterima nantinya.

Maka, ketika melihat para gangster Dravgon itu, Tiara langsung merasa gentar. Dan ternyata, ketiga kawan lainnya pun nampak sedang menimbang-nimbang, apakah sebaiknya mereka berbalik pulang saja atau mungkin mencari jalan lain untuk tiba di sekolah? Hmm...

Sebagai yang paling mengetahui seluk beluk gang menuju sekolah (karena Ao, San dan Flo adalah anak pindahan), Tiara pun memikirkan jalur lain yang tercepat untuk menuju sekolah. Dan yap! Ia mendapatkannya.

Selanjutnya Tiara mengajak ketiga kawannya itu pergi berbalik arah menuju jalur lain ke sekolah. Namun, belum selesai ia berkata, ucapannya terhenti oleh sebuah teriakan membahana.

"Itu dia!"

Teriakan itu keluar dari mulut seorang gangster di depan empat anak remaja itu.

Tiara tak tahu siapa yang dimaksud oleh gangster itu. Namun karena  dilihatnya  gangster itu berbondong-bondong jalan ke arah mereka, Tiara pun langsung didera rasa takut secara tiba-tiba.

Ketakutan yang dirasakan Tiara sempat membuatnya terpaku diam. Sampai kemudian Ao berkata,

"Lari!"

Ao menarik tangan Tiara untuk segera berlari. Dan gadis itu pun akhirnya mengikuti langkah Ao tanpa berkata apa-apa lagi.

Sayangnya, langkah Tiara terbilang lambat di antara tiga kawannya yang lain. Mungkin ini disebabkan oleh tinggi tubuhnya yang terbilang paling pendek di antara  mereka berempat.

Meski begitu Tiara tetap berusaha lari sekencang yang ia bisa. Walau mesti diakuinya juga, bahwa ia hampir putus asa saat  mendengar teriakan para gangster di belakang  mereka yang kian terdengar begitu dekat.

Hal ini akhirnya menguatkan dugaan Tiara bahwa para gangster itu memang benar-benar sedang mengejar mereka, untuk sebab yang belum  diketahuinya.

Kemudian, tetiba saja Ao meneriakkan saran agar mereka berpencar. Dan mereka pun berpencar seketika.

Dimana Tiara dan Ao melaju ke arah kiri sementara San dan Flo melaju ke arah kanan.

Selanjutnya Tiara dan Ao terus berlari. Berlari dan terus berlari.

Kali ini  mereka sedang melewati persawahan. Sayangnya di sawah masih cukup sepi jadi tak ada yang bisa dimintakan pertolongan.

Setelah beberapa menit berlari, Tiara menyadari bahwa nampaknya ia dan ketiga kawannya yang lain sudah sangat terlambat untuk masuk sekolah. Dan yang paling mencemaskan adalah para pengejar mereka masih juga tak mau menyerah.

Sembari berlari, Tiara terus bertanya-tanya dalam hati.

'Kenapa kiranya kami terus dikejar-dikejar?'

Gangster yang mengejar Tiara dan Ao kini berjumlah Lima orang. Sekilas Tiara melihat ada dua orang memegang badik, sisanya memegang balok. Kembali, rasa gentar  hinggap dalam hati gadis itu.

Berharap  ia bisa melalui hari ini dengan selamat. Begitu juga kawannya yang lain. Aamiin.

"Hey! Berhenti!"

Terdengar kembali teriakan seorang gangster di belakang Ao dan Tiara. Diteriaki seperti itu mereka berdua malah semakin semangat memacu laju larinya.

'Siapa pula yang mau berhenti kalau diacungin badik sama balok seseram itu!' rutuk Tiara dalam hati.

Kemudian, di suatu belokan, Ao menyuruh Tiara untuk bersembunyi di dalam lumbung padi di pinggir sawah. Entah milik siapa lumbung padi yang mereka masuki itu, tapi  Tiara berharap pemiliknya tak akan berkeberatan saat mengetahui bahwa ia mengacak-acak padi keringnya untuk bersembunyi.

 Tiara kemudian terkejut ketika Ao mengatakan,

"Kamu di sini saja. Aku akan memancing mereka agar pergi jauh. Jika sudah aman, segeralah pulang. Oke?"

"Tapi Ao gimana?.."

Pertanyaan Tiara itu tak mendapatkan jawaban karena Ao sudah buru-buru berlari pergi. Rasa cemas pun menyergap hati gadis itu. Berharap Ao, juga San dan Flo akan baik-baik saja.

"Lex, ke sini!"

Suara seorang gangster kembali terdengar.  Tiara kembali terkejut dan buru-buru menimbunkan kepalanya dalam helaian demi helaian dari jerami padi. Telinganya kemudian menangkap suara langkah para gangster yang melewati lumbung padi tempatnya bersembunyi dan akhirnya pergi ke arah Ao tadi berlalu.

Di saat Tiara merasa kondisi sudah aman,  ia pun keluar dari tempat persembunyian nya. Gadis itu lalu segera keluar dari lumbung lewat pintu yang tadi ia masuk. Namun kemudian ia dikejutkan oleh fakta bahwa tiga orang gangster sudah menyambutnya di depan pintu.

 Tiara pun segera berbalik arah ke pintu keluar lainnya. Namun usahanya gagal karena seorang gangster pun sudah menjaga pintu satunya. Akhirnya Tiara menyerah pasrah ketika keempat gangster itu mendekatinya dengan wajah-wajah sangar mereka.

Dan selanjutnya, Tiara merasakan sebuah pukulan pada bagian belakang lehernya, yang membuat dunianya jadi gelap seketika.

***

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

tidak ada hujan, tidak ada angin kok dikejar pasti ada masalah yang masih disimpan sama author

2023-07-13

0

Dhevirra Syafitri

Dhevirra Syafitri

nyicil terus nih bacanya

2023-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!