Kesaksian Tiara

Waktu terus bergulir. Sudah sekitar setengah jam berlalu sejak Ao menemani Tiara disekap di gudang tua. Hingga sejauh ini  Ao tak lagi berkata apa-apa dan ini membuat Tiara kembali merasa gelisah. Sampai akhirnya...

"Tiara, nanti, saat kubilang 'lari', larilah sekencang-kencangnya. ke pintu langsung!" Bisik  Ao pelan.

Tiara terkejut dengan bisikan Ao itu. Karenanya ia pun kembali bertanya.

"Tapi kan di luar gudang, ada gangster juga, Ao..?"

"Tenang saja!"

Sudah. setelah perbincangan singkat itu, Tiara kembali harus menahan diri dalam kesunyian.

Tapi kali ini ia tak lagi merasa gelisah. Setelah dilihatnya Ao nampak tenang dan yakin bahwa  mereka benar akan bisa bebas.

Selama sisa waktu menunggu itu, Tiara pun mencoba mengurut sendi-sendi kakinya yang sedikit keram. Gerakannya ini agak dicurigai oleh tiga gangster yang ada di ruangan itu.

Karenanya Tiara buru-buru memasang tampang nyengir. Tampang nyengirnya Tiara itu tampak aneh di mata para gangster. Karena Tiara tak sadar bahwa sesungguhnya rasa takut telah bercampur dengan cengiran terpaksa miliknya.

Dan akhirnya, datanglah detik-detik kebebasan yang diharapkan oleh Tiara.

Ini dimulai dengan Ao yang tetiba saja berteriak dan menunjuk ke salah satu pojok gudang.

"Apa itu!"

Spontan, semua gangster termasuk juga Tiara ikut menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Ao. Nampak di sana terdapat asap putih yang membumbung di udara.

Seorang gangster mendekati pojokan itu, lalu berteriak,

"Cil! Api, Cil! Api!"

Dari tempat duduknya, Tiara bisa melihat sebuah balok kayu terbakar. Api yang membakar balok kayu itu tetiba saja membesar.

Ini menyebabkan kedua gangster lain menjadi panik dan segera mendekati sumber api itu sambil membawa air botol. Dan saat itulah,  Ao menarik tangan Tiara.

"Lari!" pekik Ao mengejutkan gadis itu.

Pada mulanya Tiara terkejut dengan tarikan  Ao yang tiba-tiba. Namun  sedetik kemudian ia sadar bahwa inilah kesempatan bebas yang ditunggunya sedari tadi.

Maka Tiara pun kemudian segera berlari sekencang-kencangnya ke arah pintu.

"Sial! bocahnya kabur, Kol!"

Tiara mendengar teriakan gangster di belakangnya itu. Ia pun kian menggegaskan langkahnya menuju pintu.

Meski samar-samar ada kekhawatiran dalam hatinya. Takut jika gangster di belakang nya dapat menangkap dirinya dan Ao kembali.

" Ao! gimana kita ngadepin gangster yang di luar!?" tanya Tiara saat teringat dengan keberadaan gangster di luar gudang.

"Terus saja lari!" jawab Ao ringkas dan padat.

Setelah mencapai pintu dan keluar dari gudang, barulah Tiara  mengerti apa maksud dengan ucapan Ao tadi. Mereka memang hanya perlu untuk terus berlari karena semua gangster yang berada di luar gudang kini sudah bergeletakan tak sadarkan diri di tanah.

"Mereka kenapa?" tanya Tiara sambil berlari.

"Tidur!"

"Kenapa bisa ti.. Argh!"

Tetiba saja Tiara jatuh. Kakinya terjebak di antara ranting-ranting dua pohon yang telah rubuh.

Mendengar teriakan Tiara, Ao pun sadar dengan apa yang terjadi. Ia bergegas kembali dan membantu Tiara membebaskan kakinya dari himpitan ranting pohon itu.

Entah kenapa, mereka kesulitan untuk membebaskan kaki Tiara dari himpitan ranting pohon. Tiara sendiri merasa seperti ada tangan yang mencengkeramnya erat-erat hingga tetap terjebak di himpitan batang pohon itu.

Diliriknya Ao, yang sesaat melebarkan matanya. Tiara tertegun. Ia merasa baru saja melihat kilat emas di mata Ao.

Tapi gadis itu buru-buru menjernihkan pikirannya lagi dari prasangka aneh. Tiara pikir ia masih terlalu lelah usai disekap hampir seharian, sehingga netranya menduga melihat yang aneh-aneh.

Kemudian, ketakutan kembali dirasakan Tiara ketika dilihatnya sang atasan gangster datang mendekati mereka.

Dan selanjutnya, Tiara merasakan kakinya yang terjebak mulai bisa diangkat. Ia segera menunduk ke arah kakinya. Ia kembali tertegun. Karena sekilas saja ia melihat keanehan pada tangan Ao.

Tangan kawannya itu seperti memanjang dan menembus ke dalam kayu pohon sebelum akhirnya kembali ke wujud tangan biasa.

Tiara segera mengangkat pandangannya ke wajah Ao. Kali ini ia dibuat benar-benar tercengang.

"Ma..matamu!...emas!!" seru Tiara.

Sesaat Tiara menyaksikan ketika mata Ao melebar. Ia dapati perasaan terkejut dan takut di mata kawannya itu. Namun itu hanya berlangsung sebentar saja.

Karena kemudian perhatiannya langsung kembali ke arah ketua geng. Lalu beberapa hal terjadi secara cepat dan bersamaan.

Tiara melihat sesuatu terjadi pada tangan ketua geng. Lengan ketua geng itu tetiba saja menghitam dan kisut dan... memanjang!

Panjangnya bahkan mampu meraih kerah kemeja putih Tiara dan kemudian mengangkatnya hingga berdiri dan menggantung beberapa senti dari atas tanah. Lalu tetiba pula Tiara merasa tubuhnya dihempaskan jauh ke arah belakang hingga membentur keras ke sebuah pohon.

Di waktu yang bersamaan ketika ia membentur pohon, dilihatnya kawannya, Ao, berdiri dan mengacungkan tangannya ke arah ketua geng. Lalu entah ilusi atau bukan, Tiara melihat tubuh Ao membesar dan berubah menghitam dan kisut.

Sesuatu yang tadinya adalah lengan milik Ao kini telah memanjang secara drastis dan tampak mengancam ke arah ketua geng. Kemudian Tiara tak tahu lagi apa yang terjadi. Karena tiga detik setelah benturannya dengan pohon, dunia pun menggelap bagi Tiara. Ia akhirnya terjatuh pingsan...lagi.

***

Saat sadar, samar-samar Tiara mendengar namanya dipanggil. Ketika kesadarannya menajam, ia dapati Ao, San dan Flo yang mengelilinginya.

"Tiara.. bangun.." itu suara San.

"Bangun Tiara..." kali ini adalah suara Flo.

"Mau sampai kapan kau akan tidur? sudah mau magrib lo!" ini suara Ao.

Tiara terkejut mendengar ucapan Ao. Tapi ada hal lain yang membuatnya tergesa-gesa untuk duduk dan melihat ke tiga temannya itu.

Diamatinya baik-baik kondisi Ao, San dan Flo sebelum akhirnya ia mendesah lega dan memeluk orang yang berjongkok paling dekat dengannya.

"Syukurlah.. kalian gak papa. Tia takut banget kalo sampe terjadi apa-apa sama kalian," ucap Tiara.

Lalu Tiara merasakan tubuh orang yang dipeluknya menegang. Ia pun melepaskan pelukannya dan melihat wajah Ao yang nampak terkejut.

Selanjutnya Tiara menoleh ke arah San dan Flo yang kini hanya diam menatapnya. Lalu kembali melihat wajah Ao yang masih juga terkejut.

Kemudian Tiara mengingat peristiwa terakhir sebelum ia pingsan. Ketua geng yang menghempaskannya dengan tangan hitam yang memanjang. Dan Ao yang membesar dan menghitam dan tangan yang juga bisa memanjang..

Tiara segera melihat tangan Ao yang kini menjuntai santai di samping tubuhnya. Itu adalah tangan yang normal.

Secara spontan di raihnya tangan Ao untuk diamatinya lekat-lekat.

"Tanganmu tadi hitam.. dan memanjang.. bagaimana bisa sekarang...?" ucap Tiara dengan suara bisikan.

Tak ada jawaban untuk pertanyaan itu. Justru tangan Ao malah menegang sebelum kemudian ditariknya hingga lepas dari pegangan Tiara. Lalu Tiara melihat keterkejutan yang kini ada di wajah ketiga kawannya.

"A..ada apa, teman-teman?" tanya Tiara dengan gugup.

***

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

wah gimana ya ?

2023-07-13

0

Dhevirra Syafitri

Dhevirra Syafitri

semangat author

2023-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!