Paket Surat

Sementara itu, ketiga sosok yang sempat diperhatikan oleh Tiara kini menatap kepergian Tiara dengan pandangan yang beragam.

Satu lelaki yang menjadi pusat perhatian Tiara tadi tiba-tiba saja berkata.

" Apa kalian sudah membersihkan jejak kita di kampung ini?" tanya lelaki yang adalah King Amman.

"Sudah, Tuan. Semua jejak keberadaan kita sudah tak lagi bersisa di kampung ini," lapor lelaki di belakang King amman, yakni Sanrest aka. San.

"Bagus. Kalau begitu. Sebaiknya kita pergi sekarang juga sebelum kelompok King lain muncul ke sini,"

"Tapi Tuan.. Apa Anda tak ingin berpamitan terlebih dulu dengan nona Tiara?" tanya Florentin, aka. Flo tiba-tiba.

Tiba-tiba saja langkah kaki King Amman terhenti kala mendengar pertanyaan dari Flo.

San segera memberikan tatapan mengingatkan pada kekasihnya itu untuk tak lagi bicara. Namun Flo tak menghiraukan peringatan darinya. Wanita itu kembali melanjutkan ucapannya lagi.

"Maaf, Tuan, jika saya lancang. Tapi menurut saya, Tuan masih bisa berhubungan baik dengan Nona Tiara. Tuan bisa menjadi sahabat pena nya. Jadi meski jauh, Tuan tetap bisa menjalin hubungan dengan Nona Tiara. Apalagi jejak surat membutuhkan waktu untuk ditelusuri.." usul Flo dengan berani.

"Flo.. diamlah!" Bisik San terdengar khawatir.

Tapi Flo tak menggubris peringatan dari San. Entah kenapa ia merasa sedih bila melihat sikap acuh Tuan nya terhadap perasaannya sendiri. Apalagi Flo juga menyadari kalau Tiara adalah anak yang baik. Dan Tiara juga adalah perempuan pertama yang berhasil menyentuh hati Tuan mereka yang selama ini sering bermuram durja.

Flo pikir, mungkin Tiara adalah malaikat yang telah dikirim oleh Tuhan bagi Tuan mereka di dunia ini. Walaupun Flo sendiri tak cukup yakin dengan masa depan keduanya. Tapi, bukankah tak ada salahnya untuk terus berhubungan baik, jika memang itulah yang membuat Tuan nya merasa senang?

Setelah terdiam beberapa lama, tiba-tiba saja King Amman berkata.

"Kalau begitu, kau akan mengurusnya nanti. Ku bilang, nanti saja ya, Flo. Karena kita harus pergi dulu sejauh mungkin dari tempat ini. Sebelum kita terlambat, dan justru malah membahayakan nyawa Tiara lagi. Kau mengerti, Flo?"

Mendengar jawaban dari Tuannya itu, Flo pun seketika sumringah. Dalam hatinya ia bersyukur berkali-kali.

'Syukurlah.. Tuan mau menerima saran ku!' pekik Flo dalam hati.

"Baik Tuan!" jawab Flo segera.

Di samping Flo, San melirik ke arah Tuannya dengan pandangan tak mengerti. Ia tak tahu harus berkomentar apa. Karena menurutnya, usulan dari Flo tadi tak ada gunanya bagi sang Tuan.

Dalam hatinya San berencana untuk menanyakan usulan Flo ini nanti saat mereka sedang berdua saja. Ia harus tahu, apa sebenarnya isi kepala dari kekasih sekaligus juga rekan kerjanya itu.

"Sekarang, ikuti aku!"

Tak lama setelah mengatakan itu, sosok King Amman pun berjalan memasuki gang kecil yang sepi orang. Setelah memastikan kalau tak ada yang melihat, King Amman merubah bentuknya menjadi bayangan hitam. Bayangan tersebut lalu merayap di sepanjang jalan gang yang sepi itu, dan membaur bersama bayangan lain.

Tepat di belakang wujud bayangan Amman, San dan Flo pun mengikuti langkah nyata Tuan mereka. Keduanya bersama-sama mewujud jadi bayangan hitam, yang ikut merayap secara cepat di atas jalanan sepi. Hingga bayangan ketiganya pun menghilang kembali dalam perlindungan hutan lebat nan sunyi.

***

Lima tahun kemudian..

Tiara baru saja pulang dari bekerja di pabrik rumahan. Ia merasa pinggang nya pegal sekali setelah hampir seharian ia duduk bekerja membuat adonan bakso kecil.

Industri rumahan tempat Tiara bekerja memang membuat makanan seafood menjadi berbagai jenis produk, salah satunya adalah bakso cepat saji. Dan pekerjaan Tiara sehari-harinya adalah mencetak adonan bakso secara manual, alias dengan tangannya sendiri.

Tiara sebenarnya ingin mencari pekerjaan lain. Ia sudah mengirimkan surat lamaran ke berbagai pabrik besar. Sayangnya belum ada satupun yang lolos seleksi.

Sejak lulus SMa dua tahun yang lalu, Tiara yang senang menunggu panggilan dari pabrik besar itu akhirnya memutuskan untuk menyambi kerja di pabrik rumahan pengolahan kepiting. Dan pekerjaan ini tanpa sadar telah dua tahun dilakoninya hingga saat ini.

"Kita pisah sini ya, Ra! Hati-hati di jalan ya, Ra!" Pamit Bu Saadah, teman kerja Tiara di pabrik rumahan kepiting tersebut.

Keduanya kebetulan satu kampung. Dan dari Bu Saadah jua lah Tiara mengenal pekerjaan ini. Tiara langsung tertarik untuk bekerja di sana karena mendengar upahnya yang cukup besar. Seratus ribu rupiah, dengan jam kerja antara jam delapan pagi hingga jam delapan malam. Ini terbilang upah yang besar untuk skala pabrik rumahan.

"Iya, Bu.. Jumpa besok ya Bu!" jawab Tiara tak kalah ramah.

Setelah itu, Tiara melanjutkan kembali perjalanan pulangnya menuju rumah.

Memang, ia hanya tinggal berjalan kaki selama dua puluh menit saja dari rumahnya ke pabrik tempatnya bekerja. Sepuluh menit pertama ia lalui seorang diri, hingga sampai ke rumah Bu Sa'adah. Setelah itu sisa perjalanannya ia lalui bersama dengan janda dua anak tersebut.

Kini Tiara berjalan sendirian melewati gang-gang kecil menuju rumah nya. Gelapnya sekitar tak membuat Tiara merasa takut. Padahal ia juga harus melewati sebuah area pekuburan yang terkenal angker.

Tapi sejauh ini Tiara tak pernah diganggu oleh makhluk halus di area pekuburan itu. Tiara yakin, setan-setan hanya akan menggangu orang-orang yang dalam hatinya menyimpan rasa takut. Sementara dirinya sendiri kan pemberani.

Jadi Tiara santai saja jalan sendirian di jalanan sepi itu.

Setelah melalui perjalanan dua puluh menit berjalan kaki, akhirnya Tiara sampai juga di rumahnya.

"Assalamu'alaikum! Bu, Ara pulang!" tutur Tiara mengucapkan salam.

Gadis itu kemudian menghampiri Bu Hasni yang sedang jongkok di kamar mandi untuk mencuci piring.

"Sudah pulang, Ra? Syukurlah.. Sudah makan, Nak?"

"Sudah, Bu.. Ibu kok belum tidur? Kan Ara udah bilang, nanti yang cuci piring biar Ara aja.. Ibu gak apa-apa langsung tidur. Kan Ibu capek seharian dagang gorengan.." Tegur Tiara dengan lembut.

"Ah. Ibu kasihan sama kamu, Nak. Kamu kan pulangnya lebih malam dari Ibu. Lagian Ibu juga belum mengantuk kok," sahut Ibu mengelak.

"Hh.. Arya sudah tidur, Bu?" tanya Tiara tiba-tiba sambil ikut berjongkok di samping ibunya.

Gadis itu lalu ikut membantu Bu Hasni membilas cucian piring yang telah disabuni oleh ibunya itu.

"Ada di kamar nya. Mungkin sedang belajar, Ra. Sekarang kan lagi musim ujian. Sudah.. lebih baik kamu mandi aja, Nak. Jangan terlalu malam mandi nya. Ibu sudah siapkan air panas untuk kamu di panci. Nanti tinggal tuangkan saja ke ember sendiri ya!" Usir Bu Hasni kemudian.

"Tanggung, Bu. Sebentar lagi deh Ara bantuin ibu ya?" pinta Ara membujuk Bu Hasni.

"Sudah.. Gak apa-apa tinggal aja, Ra. Ini tinggal bilasin aja kok sedikit. Mending kamu mandi dulu sana! Ayo Ra! Jangan kemalaman mandi nya. Gak baik buat kesehatan kamu lho!" Bu Hasni mengulang nasihatnya untuk Tiara.

Akhirnya Tiara pun bangkit berdiri dan mengikuti titah sang ibunda.

Tepat sebelum gadis itu hendak masuk ke kamar mandi, ia mendengar suara ibu nya setengah berteriak memberitahu.

"Oh ya, Ra. Tadi ada paket surat untuk kamu.. Mungkin dari sahabat pena mu itu!" ujar Bu Hasni yang hendak kembali ke kamar nya untuk beristirahat.

Mendengar info tersebut, seketika wajah Tiara yang letih pun langsung berubah sumringah.

"Iya, Bu?! Makasih ya, Bu!" sahut Tiara dengan senyum merekah.

Dalam hatinya gadis itu sudah tak sabar untuk segera membaca paket surat yang telah cukup rutin sampai ke rumah nya yang sederhana ini.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!