Have Me in Your Dream?

"Tiara? Ada apa tadi? Kenapa lagi sama Arya?" Tanya Bu Hasni yang tiba-tiba masuk ke kamar Tiara.

"Ibu..mm.. Arya marah sama Tiara, Bu. Soalnya tadi Tiara tegur dia. Dan dia gak terima.." terang Tiara kepada Bu Hasni.

"Memangnya kalian berselisih karena apa, Ra?"

"Itu.. mm.."

Pada mulanya Tiara ragu-ragu untuk menceritakan perihal ponsel yang ia terima dari Ao. Namun karena kini ibunya telah bertanya. mau tak mau Tiara merasa perlu untuk menceritakan yang sebenarnya.

"Soal ponsel ini, Bu.."

Bu Hasni lalu melihat ponsel yang berada di tangan sang putri.

"Kamu baru beli ponsel baru? Terus Arya minta yang baru juga begitu?" tebak Bu Hasni dnegan sangat tepat.

"Ini sebenarnya bukan Tiara dapat dari beli sendiri, Bu.."

"Lho..? Terus kamu dapat dari mana, Ra?"

"Tiara dikasih sama teman Ara, Bu.."

Bu Hasni langsung mengernyitkan dahi.

"Teman? Teman yang mana ya. Ra? Ibu gak nyangka kamu punya teman sebaik itu, sampai-sampai ngasih kamu ponsel.. Tolong jelasin ke ibu, Ra.. Kamu dapat ini dengan cara yang baik, kan?" Selidik Bu Hasni.

"Ya ampun, Bu.. Tiara bersumpah, Tiara gak suka neko-neko, Bu. Ara benar-benar dikasih ponsel ini sama teman Ara. Itu loh. yang sering ngirim paket hadiah dan surat juga ke sini.." Terang Tiara membela diri.

"Oo.. Jadi ponsel ini tuh isi paket yang sampai kemarin?"

"Iya, Bu. Tadinya Ara mau balikin lagi ponsel nya ke teman Ara itu. Tapi dianya nolak. Katanya dia minta Ara anggap ini sebagai kado ulang tahun Ara bulan depan. Agak gak enak juga sih, Bu.. Menurut ibu, Ara harus gimana ya?" Tiara meminta pendapat pada sang ibunda.

Bu Hasni pun tercenung beberapa jenak sebelum akhirnya memberikan nasihat nya.

"Kalau memang pemberian itu niatnya sebagai hadiah, dan teman mu itu ridha juga yak menyusahkan dirinya, ya sah-sah aja sih kalau kamu menyimpan hadiah itu. Apalagi ini bisa dianggap sebagai rejeki kamu juga kan? Menolak rejeki kan gak baik ya, Ra.."

"Iya, Bu.. Terus, tentang Arya gimana ya, Bu? Dia kayaknya pingin banget tukeran ponsel sama ponsel yang ini. Tapi Ara mempertimbangkan perasaan teman Ara juga. Takutnya kalau Ara kasihin ponsel pemberiannya ini ke Arya, khawatirnya itu malah akan menyinggung perasaan temannya Arya. Tapi kalau gak gitu, Arya juga marah sama Ara.." tutur Tiara yang masih merasa dilema.

"Soal Arya, Biarkan saja dia menenangkan dirinya dulu, Ra. Adik mu itu sesekali perlu belajar. Kalau gak semua keinginannya bisa terpenuhi dengan begitu mudah,"

"Biar Arya belajar untuk berjuang dan berusaha terlebih dulu untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Yah.. Walaupun untuk saat ini, sebaiknya adik mu itu fokus dulu ke pelajaran di sekolahnya sih. Akhri-akhir ini ibu temukan nilai merah di kertas ulangan nya. Kamu bisa tolong bantu nasihati Arya nanti ya, Ra.. Suruh dia lebih rajin lagi belajarnya," ujar Bu Hasni panjang kali lebar.

"Iya, Bu.. Nanti kalau Arya udah gak marah, Tiara bantu menasihatinya pelan-pelan deh.." janji Tiara pada ibunda nya.

"Ya sudah. Sebaiknya sekarang kamu istirahat dulu deh. Ra. Ini sudah malam. Besok kamu masih masuk kerja kan?" titah Bu Hasni tak bisa ditolerir lagi.

"Iya, Bu. Ara juga mau tidur nih sekarang. Makasih ya. Bu.."

"Sama-sama, Ra.."

"Ibu juga langsung tidur ya, Bu.. Met malam.."

"Malam juga, Ra.."

Menit berikutnya Bu Hasni pun keluar dari kamar Tiara untuk kemudian kembali ke kamarnya lagi, beristirahat.

Sementara itu Tiara mengunci pintu kamarnya terlebih dulu baru membaringkan tubuhnya di atas kasur.

Tepar sebelum ia hendak memejamkan kedua matanya, ponsel nya tiba-tiba saja bergetar.

Drrt... Drrtt... Drrtt..

Tiara sontak saja terkejut. Ia memang menggunakan mode getar pada ponsel nya. Jadi gadis itu langsung sigap bangun dan membuka kunci layar ponsel nya.

Mata Tiara langsung menyusuri layar ponsel demi bisa melihat satu nama yang sudah ia harap-harapkan kemunculannya sedari pagi tadi.

"Ao?!" Tiara memekik pelan.

Jantungnya sudha berdegup tak karuan usai melihat nama pemanggil yang tertampil di layar ponsel nya.

Tanpa membuang waktu lagi, gadis itu langsung saja mengangkat telepon dari sahabat penanya, Ao.

"Halo.. Ao..?" Sapa Tiara sedikit grogi.

"Halo juga, Tiara.. Kamu belum tidur?"

"Belum.. baru mau tidur barusan.."

"Oh! Kalau begitu, sebaiknya aku tutup telepon nya saja ya, kalau kamu memang sudah mau tidur," ujar Ao dari seberang telepon.

"Eh, Jangan! Tanggung banget, masa nelepon nya cuma sebentar? ehh?!!"

Tiara langsung mengunci rapat mulutnya.

'Iishkk! Ara! Kamu tuh malu-maluin diri sendiri aja sih bisanya!' Tiara merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Sementara itu berusaha menyembunyikan wajahnya dengan bantal guling yang ia peluk di atas kasur.

"Hahaha.. Kamu lucu banget sih, Ra.."

Tiara bergeming tak menyahut apa-apa..

"Ehem! Jadi, lusa nanti kamu bisa kan untuk ketemuan?" ujar Ao begitu tiba-tiba.

"Apa?! lu..lusa? kok mendadak banget aih? Kata kamu kita ketemuannya minggu depan.!" Protes Tiara yang belum siap untuk pertemuan kembali dengan Ao.

"Ucapan ku ada benarnya juga kan, Ra? Lusa juga termasuk ke dalam minggu depan kan?" sahut Ao tak merasa bersalah.

"Mana bisa begitu, O! Minggu depan ya Minggu depan. Itu artinya ada rentang waktu sekitar tujuh hari lamanya sejak kamu mengucapkan janji untuk ketemu!" tukas Tiara mencoba bersikap tegas.

"Tapi gimana dong, Ra? Kalau nunggu sampai tujuh hari lagi, itu masih lama sekali.. Sementara aku sudah terlalu ka.."

"Uhuk! uhuk!!"

Tiara tak sengaja tersedak oleh saliva nya sendiri. Meski begitu ia bisa menebak kelanjutan ucapan Ao dalam kalimatnya tadi.

Setelah Tiara reda dari batuk mendadaknya, suasana di antara keduanya tiba-tiba saja menjadi hening.

Tiara bahkan sampai dua kali menengok layar ponselnya. Mengira kalau panggilan telepon nya dengan Ao mungkin tak sengaja telah terputus, karena Ao tak kunjung bicara kembali.

Pada akhirnya gadis itu lah yang memberanikan dirinya kembali untuk bicara.

"Ao.." Panggil Tiara dengan suara lembut.

"Hmm..?"

"Lusa juga gak apa-apa deh.." imbuh Tiara dengan wajah yang telah berubah jadi merah padam.

Ia bersyukur Ao tak sedang melihat rupa wajahnya yang bak kepiting rebus saat ini. Jika Ao melihatnya, sudah tentu Tiara akan kelewat malu untuk bicara lagi dengan sahabat pena nya itu.

"Bagus. Kalau begitu, aku akan sangat menantikannya. Lusa nanti, aku akan menjemput mu ya, Ra. Jadi, bersiap-siaplah!"

"Ehh? ka..kamu mau jemput aku, O?"

"Ya! aku ingin mengajak mu pergi jalan-jalan ke sebuah bukit. View nya terkenal indah. Jadi, nanti pakailah pakaian yang membuatmu nyaman, oke?" pesan Ao begitu perhatian.

"Baiklah, O.."

"Kalau begitu, kamu tidur dulu ya, Ra.."

"Kamu juga, O.."

"Have me in your dream, Ra.." bisik Ao dengan lirihan syara nya yang dalam.

"Have a.. ehh??"

Tiara berhenti berucap, saking terkejut nya ia saat menyadari makna kalimat Ao yang terakhir tadi. Namun belum sempat ia mengkonfrontasikan nya kepada Ao, tahu-tahu panggilan telepon nya telah terputus begitu saja.

Tak ayal, Tiara pun langsung mencak-mencak kesal bercampur kebingungan jadinya.

"Dia tadi bilang apa sih? Apa aku salah dengar ya??" gumam Tiara bingung sendiri.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!