Rencana Ao

"Kol, bocahnya udah sadar!"

Sebuah suara bass asing terdengar saat Tiara mulai membuka mata. Kegelapan dan rasa pusing di kepala adalah dua hal yang pertama kali  disadarinya.

'ini dimana?'

Pertanyaan itu sempat menggantung selama sedetik dalam benak Tiara. Sebelum akhirnya kesadaran menghampirinya. Bahwa ia berada dalam tangkapan para gangster yang mengejarnya tadi. Kemudian, kembali  ia menyadari satu hal lain.

"Jam...Jam berapa sekarang?"

Tiara tak menyadari bahwa  baru saja ia mengucapkan pertanyaan  itu cukup keras, sehingga seorang gangster yang duduk paling dekat dengannya akhirnya tertawa pelan.

"Heh. Ni bocah berani juga. Dia malah nanya jam. Heh. Heh. Heh," kekeh anggota gangster itu.

Lalu, seorang gangster lain ikut berkata.

"Namanya juga anak sekolah. Ya neng? Kelas berapa Neng?"

Takut-takut dan sedikit ragu Tiara menjawab pertanyaan gangster itu.

"Kke..kelas.. delapan.."

"Kelas delapan? Emang SD bukannya sampe kelas enam doang ya, Cil?" Tanya gangster itu pada kawannya.

"Dodol, lu! Kelas delapan tu artinya kelas 2 SMP. Masa gitu aja lu kagak tau!"

"Ooh..."

Selagi mendengarkan obrolan dua gangster itu,  Tiara mengamati ruangan tempatnya berada kini.

Saat ini  Tiara duduk bersandar di ruangan yang minim cahaya dengan banyak balok-balok kayu tua. Ukuran ruangan ini cukup luas. Sekitar 10 x 7 meter.

Selain balok-balok kayu, ia hanya bisa melihat sebuah kursi dan meja yang berada sekitar 2 meter dari tempatnya duduk.

Dan di ruangan ini  ia hanya bertiga dengan dua gangster ini. Sampai kemudian  dilihatnya sesosok gangster lain datang dari arah pintu masuk.

Melihat sosok yang baru datang, kedua gangster di dekat Tiara langsung sigap berdiri. Dari sikap kedua gangster itu, Tiara menduga bahwa gangster yang baru datang ini adalah atasan gangster.

Gangster itu kemudian mendekati tempat Tiara duduk. Dan kini Tiara bisa melihat lebih jelas rupa orang yang dikira Tiara sebagai atasan gangster itu.

Orang itu memiliki tinggi tubuh sekitar 170-an dengan tubuh yang gempal dan cukup kekar. Ia memiliki rahang yang lebar dengan garis dahi seperti yang dimiliki orang-orang suku Batak. Mata agak sipit, hidung pesek, serta bibir tipis berwarna kehitaman. Mungkin akibat terbiasa menghisap rokok.

Orang itu mengenakan jaket kulit berwarna hitam di atas kaos hitam bergambarkan tulang ikan di bagian depannya. Celana jins biru pucat menjadi pilihan serasi yang dipakai gangster itu sehingga menampakkan penampilan kasar dan urakan.

Ditambah lagi dengan aksesoris rantai dengan bandul-bandul tengkorak dan hiasan logam runcing lainnya yang dipakainya secara asal di bagian pinggang. Terlihat pula oleh Tiara sebuah tato entah gambar apa di telapak tangan sebelah kanan orang itu. Membuat Tiara jadi tambah takut dan kini menundukkan kepalanya dalam-dalam.

***

Sementara Tiara ada di markas para gangster, Ao, San dan Flo kini sudah berada di dalam kelas. Entah bagaimana ketiganya bisa masuk dan duduk di bangku mereka saat ini. Dan ekspresi mereka pun nampak seperti tak mengalami pengejaran oleh gangster tadi pagi.

Ketiganya sibuk mengikuti kegiatan sekolah saat ini. Ao dan San kemudian terlihat berkumpul bersama kelompok putra yang bermain bola. Dan Flo tampak berpasangan dengan remaja putri lain bernama Emi, bermain bulutangkis.

Tak ada dari mereka yang mengingat ataupun menduga bahwa kawan mereka, Tiara saat ini diculik oleh para gangster yang sempat mengejar mereka tadi pagi.

Ao, San dan Flo baru menyadari bahwa Tiara tak pulang ke rumahnya, ketika Emak Tiara datang ke rumah Ao pada sore harinya, menjelang waktu ashar. Emak datang dan menanyakan keberadaan putri semata wayangnya itu yang sampai sore itu tak kunjung pulang.

Tak seperti biasanya yang selalu memberi kabar lewat telpon jika memang hendak pulang sore. Emak menduga barangkali Ao tahu keberadaan putrinya itu saat ini. Karena salah salah satu tetangga melihat Tiara bersama Ao dan dua temannya.

Ditanya seperti itu, Ao memiliki dugaan. Tapi ia tak mengatakan dugaannya itu kepada Emak. Ia malah berbohong dan mengatakan tak tahu.

Tapi setelah dilihatnya Emak telah pergi, Ao segera memanggil San dan Flo yang saat itu memang berada di ruangan lain di rumahnya.

Saat keduanya sudah berada di hadapan, Ao langsung memicingkan matanya. Ia menatap tajam Flo yang kini terlihat menundukkan kepalanya dalam-dalam. Di samping Flo, San pun sama-sama menunduk.

Entah kenapa sikap ketiga remaja itu telah berubah. Mereka tidak lagi bersikap seperti remaja umumnya. Lebih seperti orang dewasa dalam tubuh anak kecil.

"Tiara ada di tangan gangster itu. Kita ke markas mereka sekarang juga!" ucap Ao dengan nada asing, seperti nada seorang pria dewasa yang memberikan titah kepada anak buahnya.

"Tapi Tuan! itu berbahaya!" ucap San berusaha mencegah niat Ao, atau 'tuan'-nya seperti yang ia katakan.

"Biar saya saja yang membereskan ini, Tuanku!" Kali ini Flo memberanikan diri tuk bicara.

"Dan kau akan membuat masalah lagi, Flo? seperti semalam tadi? Mereka mengenalimu sebagai 'orang' yang terakhir kali dilihat mereka bersama Chan."

"Saya akan kembali menjadi ghullian. Jadi mereka tak akan mengenali saya, Tuan.."

"Saat hari masih terang begini, kau ingin menjadi ghullian untuk menghadapi segerombolan manusia itu seorang diri?"

"Ss...saya..."

"Cukup! Kita pergi bertiga ke sana. Kita bersihkan mereka diam-diam dan mengembalikan Tiara ke rumahnya. Kita harus menjaga ketenangan di kampung ini. Agar kelompok lain tak mengenali penyamaran kita di sini!" ucap Ao menutup kalimatnya.

"Baik, Tuan.." ucap San dan Flo bersama-sama.

***

'Sudah sore-kah?'

Tiara kini sedang makan sebungkus roti yang tadi disodorkan oleh gangster bernama Bocil.

Selagi makan, ia memikirkan apa yang dibicarakan oleh atasan gangster dengannya tadi. Bahwa saat ini mereka sedang mencari seorang anak seumurnya yang mereka duga mengetahui keberadaan bos mereka.

Semalam tadi, bos mereka pergi setelah menerima telepon dari orang tak dikenal. Bos mereka kemudian pergi seorang diri.

Mungkin karena khawatir, seorang anak buahnya mengikuti dari belakang diam-diam. Lalu anak buahnya itu melihat bos mereka terlibat perbincangan serius dengan seorang remaja berpakaian seragam sekolah Tiara. Lalu bos mereka pergi dengan anak perempuan itu entah kemana.

Sayangnya, di pertengahan jalan, gangster yang mengikuti malah kehilangan jejak. Dan sejak itu, bos mereka tak lagi bisa dihubungi. Sampai sekarang.

Setelah mengetahui bahwa bos mereka dalam bahaya, maka seluruh anak buah pun dikerahkan oleh wakil bos untuk mencari keberadaan sang bos. Mereka mengelompokkan diri menjadi beberapa kelompok dan berjaga di beberapa pos yang biasa dilewati oleh anak sekolah.

Sebelumnya gangster yang mengetahui wajah remaja perempuan yang bersama bos semalam tadi, telah menjelaskan ciri-ciri anak perempuan itu.

Tinggi sekitar 158 cm. Rambut dipangkas pendek. Serta berasal dari ras kulit hitam. Ciri-ciri yang mudah dikenali di wilayah Waduk Ulung, karena tak banyak orang kulit hitam yang tinggal di sana.

Tiara yang mendengar ciri-ciri tersebut, langsung saja teringat pada kawan barunya, Flo.

'Tapi benarkah Flo?...' Tanya Tiara dalam hati.

'Kalau benar Flo, kenapa dia bisa berurusan dengan bos gangster? bukankah dia, San, dan Ao baru pindah dua minggu lalu? ahh.. yang paling penting saat ini adalah, bagaimana caraku untuk pulang? kenapa pula aku masih dikurung di sini??'

Saat Tiara memikirkan cara agar dia bisa pulang, terdengarlah suara Ao yang berteriak-teriak dari luar.

"Tiaraa... Tiaraa.. Tiara di dalam kan?" teriak Ao di luar gudang.

' Ao?' pekik batin Tiara.

"Ao!! Tiara di sini! di sini!!" balas Tiara dengan berteriak pula.

Aksi dua remaja itu yang saling berteriak cukup mengganggu para gangster di gudang tempat Tiara dikurung. Alhasil gangster itu pun ikut menangkap Ao dan memasukkannya ke dalam gudang bersama Tiara.

Saat itu ada tiga orang gangster di dalam gudang, serta lima gangster lainnya di luar pintu.

Tiara mengira kini ia bisa lebih lega bernapas karena ia tak lagi seorang diri. Meski ia juga merasa heran bagaimana dan kenapa Ao bisa berada di sini.

Maka setelah gangster-gangster agak jauh dari mereka, Tiara pun berbisik pada  Ao.

"Ssstt... Ao..kenapa ke sini..?"

 Ao pun lalu membalas ucapannya dengan berbisik pula.

"Tenang. Kita akan bebas sebentar lagi!" ucap Ao dengan nada kalem.

Tiara masih bingung dengan jawaban menggantungnya  Ao. Apalagi ia juga penasaran dengan dugaannya tentang Flo. Maka ia pun kembali bertanya pada kawannya itu.

"Aaooo... gimana caranya?.. oya. Flo.."

"Heh bocah! diem  lu!"

Tiara terkejut ketika tetiba saja seorang gangster sudah berada di dekatnya dan membentaknya. Gadis itu akhirnya memilih untuk diam dan banyak berdoa.

Berharap ucapan Ao tentang 'bebas' itu bisa benar-benar bisa lekas terjadi.

Aamiin.

***

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

rupanya MC kita menjadi semacam umpan ya....

2023-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!