Bertemu di Jalan

"Kita harus pergi meninggalkan desa ini secepat nya! Sebelum kelompok king lainnya datang dan menyadari keberadaan kita di desa ini!" titah Ao aka. King Amman kemudian.

"Tapi, Tuan! Bagaimana dengan gadis itu? Apakah kepergian kita nanti tak akan membawa dampak buruk kepadanya? Bagaimana jika kelompok King lain mengaitkan Tiara dengan keberadaan kita?"

"Justru jika kita di sini terlalu lama, dia akan berada dalam bahaya yang lebih besar lagi! Bersihkan saja semua tikus yang tersisa dari kelompok King Chan di desa ini! Musnahkan mereka, tanpa terkecuali!" titah King Amman kembali.

"Baik, Tuan! Kami akan melaksanakan titah Tuan ku sekarang!" seru San dan Flo secara bersamaan.

Kedua abdi nya King Amman tersebut lalu hendak berlalu pergi. Namun tepat sebelum keduanya membalikkan badan, King Amman kembali menghentikan langkah mereka.

"Dan ingat! Aku tak ingin mendengar ada kesalahan lagi nanti!" King Amman pun memberikan ultimatum nya.

"Baik, Tuan ku!"

Detik selanjutnya, dua bayangan melesat cepat di antara sela-sela pepohonan nan lebat. Keduanya adalah penjelmaan dari ghullian San dan juga Flo.

Tinggallah Ghullian King Amman kini yang kembali menatapi langit senja yang menggelap. Mata emas nya berkilau di kegelapan malam yang pekat dan gulita.

Secercah harapan melambung tinggi di benak ghullian King tersebut.

Amman berharap, jika saja ia bisa terlahir sebagai manusia biasa. Mungkin saja ia tak akan sesulit ini berdampingan dengan gadis itu. Tiara..

***

Sementara itu di markas utama Gangster Dravgon.

Dua kilat bayangan menebas satu persatu makhluk yang berada di markas Gangster yang terkenal di kampung kecil tersebut.

Tanpa pedang ataupun benda tajam, kedua bayangan berhasil menumpahkan darah setiap makhluk di sana.

Sat.. Set.. Sat.. Set..

Dan tak sampai setengah jam kemudian, tak ada lagi makhluk hidup yang tersisa di markas Dravgon tersebut.

Dua bayangan itu lalu melesat secepat kilat dan pergi meninggalkan tempat mereka menuai tragedi barusan. Dalam perlindungan malam, keduanya lalu berhenti di pinggir sungai dan masuk ke dalam air.

Perlahan dua bayangan itu kembali menjelma sebagai Ghullian San dan juga Flo.

Keduanya kini membersihkan diri mereka dari amis darah yang menguar kuat dari tubuh keduanya. Amis darah yang berasal dari korban pembantaian mereka beberapa menit yang lalu.

Keduanya kini tak mengenakan sehelai pun busana yang menutupi tubuh masing-masing mereka.

Hanya dalam lima menit, San selesai membersihkan diri terlebih dulu. Diikuti kemudian oleh Flo.

"Hh.. San.. Aku merasa bersalah sekali kepada Tuan kita. Karena kelalaian ku.."

Flo menunduk sedih, memikirkan apa yang terjadi selama 24 jam terakhir ini. Melihat rekan sekaligus juga kekasihnya itu bersedih, San pun segera meraih bahu Flo dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Shh.. Berhenti menyalahkan dirimu lagi, Flo. Ini sudah terjadi. Dan Tuan kita juga sudah memaafkan mu. Tugas kita selanjutnya hanyalah tetap mendampinginya kemana pun ia melangkah pergi!" tutur San mencoba bijak.

"Tapi, San.."

"Sudah lah, Flo. Sebaiknya kita bergegas kembali. Tuan pasti sudah menunggu kita terlalu lama!" ajak San kembali mengingatkan Flo.

Perlahan Flo menganggukkan kepalanya sekali.

"Kau benar, San. Ayo kita segera kembali!" sahut Flo menuruti ajakan San.

Sebelum pergi, keduanya saling menyemangati satu sama lain lewat kecupan dalam yang cukup singkat. Setelah nya, barulah mereka kembali berubah menjadi dua bayangan hitam yang membelah udara malam secepat kilat.

Tujuan keduanya saat ini adalah kembali ke Tuan mereka lagi. Dan tuan mereka adalah King Amman, pewaris sah dari raja Ghullian yang sedang bertahta saat ini, King Jey.

***

Keesokan harinya..

Tiara terbangun dengan kondisi sekujur badan yang terasa remuk. Dalam hatinya ia bertanya-tanya kenapa ia bisa bangun dalam kondisi sejelek ini.

"Bu..Ara berangkat ya!" pamit Tiara pada Ibu nya.

Tiara adalah putri sulung dari pasangan Hasan dan Hasni. Ia memiliki seorang adik yang baru berumur enam tahun. Namanya Arya.

"Kak Ara! Nanti belikan Alya mainan yoyo ya!" pinta Arya dengan kalimat cadel.

Tiara merasa gemas kepada Arya karena kecadelan adik lelaki nya itu. Sehingga kemudian ia pun mencubit kedua pipi Arya dengan cukup kencang.

"Aduh! sakit, Kak!" keluh Arya.

Tiara tak menggubris keluhan adiknya itu. Ia hanya berujar,

"Ibu melarang Kakak untuk beli mainan lagi buat kamu, Dek. Jadi, no no no ya! Kamu belajar aja dulu yang rajin di rumah. Tahun depan kan Arya masuk sekolah kan?" seru Tiara menyemangati sang adik.

Arya merengut sebal.

"Alya gak suka belajal. Capek!" Keluh Arya kembali.

Tiara hanya menanggapi dengan menggelengkan kepalanya berkali-kali. Selanjutnya Tiara mengacak-acak rambut adik lelakinya itu. Dan lalu berpamitan.

"Sudah ya. Kakak mau berangkat dulu. Baik-baik di rumah ya adeknya Kakak yang ganteng ini!" pamit Tiara seraya meninggalkan kecupan di kening Arya.

Sementara itu yang dikecup malah merengut sebal karena permintaan yoyo nya tak diindahkan.

"Ibu.. Alya mau yoyo!" teriak Arya ambil mencari sosok sang ibu di seluruh area rumah.

Dan Tiara sendiri lalu melangkahkan kaki nya menuju sekolah.

Sesampainya di sekolah, Tiara langsung mencari keberadaan sosok Ao dan dua teman kulit hitam nya. Namun netra gadis itu tak melihat keberadaan murid pindahan tersebut.

Tiara langsung lunglai kecewa. Dan ia lebih kecewa lagi, setelah bel masuk berbunyi namun keberadaan Ao, San dan juga Flo tak kunjung muncul ke sekolah.

***

Sepulang sekolah..

"Ara! Main ke rumah ku yuk!" Ajak Lita. teman sebangku Tiara.

"Mm..." Tiara terlihat ragu untuk menjawab.

Tadinya gadis itu berencana untuk mengunjungi rumah singgah tempat Ao, San dan Flo tinggal. Ia ingin tahu, kenapa tiga temannya itu tak pergi ke sekolah hari ini.

Tapi karena Lita mengajaknya untuk main, akhirnya Tiara pun menerima ajakan Lita.

"Boleh. Tapi nanti mampir dulu ke rumah ku, Ya, Lit. Aku harus minta ijin dulu ke Ibu," jawab Tiara kemudian.

Kedua sekawan itu kemudian berjalan pulang menuju rumah Tiara. Di tengah perjalanan, pandangan Tiara tertarik pada seorang lelaki dewasa berkulit hitam yang sedang berdiri di pinggir jalan.

Sebenarnya ada tiga orang dewasa yang sedang berdiri di pinggir jalan yang bersebrangan dengan tempat Tiara jalan saat ini. Namun perhatian Tiara tertuju pada lelaki yang berdiri di tengah.

Tiara merasa yakin kalau lelaki itu sedang memperhatikannya lekat-lekat.

"Lit.. Lihat deh. Sama Om-Om yang berdiri di seberang jalan sana itu!" Bisik Tiara ke telinga Lita.

Lita pun mengikuti arah pandang Tiara dan melihat ke arah tiga orang berkulit hitam di seberang jalan.

"Kenapa memangnya, Ra?"

"Menurut mu, lelaki yang di tengah itu lagi ngelihatin aku gak sih? Kayaknya dari tadi dia ngelihatin ke arah ku terus soalnya.." gumam Tiara kembali dengan volume suara sedang.

Setelah jeda beberapa detik, Lita pun menjawab.

"Iya, Ra. Duh.. seram banget sih ya. Kita lari aja yuk! Jangan-jangan mereka penculik lagi!" Ajak Lita dengan ekspresi was-was.

"Hah! Masa sih?"

"Iya, Ra! Udah! Ayo lari aja lah! Di sini kan sepi orang, Ra!" Ajak Lita yang langsung menarik tangan Tiara untuk ikut lari bersamanya.

Sementara itu, pandangan Tiara masih sempat tertuju sekali lagi kepada lelaki hitam di tengah sana. Entah kenapa, firasat Tiara mengatakan kalau lelaki itu tak memiliki niat jahat terhadapnya.

Justru, yang lebih anehnya lagi adalah, Tiara merasa kalau ia mengenal baik lelaki itu. Walaupun ingatan gadis itu tak bisa menemukan momen saat ia pernah bertemu dengan lelaki asing yang tak pernah ia temui sebelumnya ini.

'Siapa dia? Kenapa aku justru merasa sedih saat melihat tatapan yang ditujukannya kepada ku?' batin Tiara pun gundah dan gelisah karena sebab yang tak ia mengerti sebabnya kenapa.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!