Janji King Amman

Keesokan malamnya..

King Amman sudah memakai setelan tuxedo hitam. Wajahnya yang hitam tetap terlihat tampan dalam bayangan sinar rembulan yang bersinar sempurna di langit kota Ghullian.

Di belakang King Amman, abdi setianya, San, ikut berjalan mengikuti langkah nya.

Keduanya lalu tiba di pekarangan sebuah bangunan berbentuk kelopak bunga berukuran besar. Di mana di sanalah Putri Silensia tinggal seorang diri.

Sejak lama putri Silensia memang audah tinggal sendirian di ujung kota Ghul tersebut. Ia memilih untuk hidup terpisah dari ayahnya yang seorang panglima terkemuka bagi kerajaan Ghullian ini.

"Putri Silensia.. Malam yang indah.." Sapa King Amman begitu berhadapan dengan Silensia di pekarangan rumahnya.

"Duduklah, Yang Mulia King Amman. Maaf jika kediaman hamba tak sesuai dengan selera Yang Mulia," sahut silensia berusaha merendah.

Amman lalu duduk pada salah satu dudukan yang terbuat dari belahan batu berukuran besar, tepat di pekarangan rumah Silensia. Selanjutnya ia mulai perbincangannya dengan putri dari Army Bhol tersebut.

"Aku jarang melihat Putri dalam pesta Ghul setiap minggu nya.." tutur Amman mengawali perbincangan.

"Saya tak terlalu menyukai pesta. Yang Mulia. Jadi lebih sering saya berada di rumah saja.." jawab Silensia dnegan pandangan tertunduk.

"Kenapa begitu?"

Silensia tercenung. Ghullian wanita itu tak mengerti dengan isi pikiran sang pewaris tahta kerajaan Ghul di hadapannya itu.

"Mengapa Yang Mulia begitu tertarik dengan pendapat saya? Saya hanya rakyat biasa yang tak mempunyai status penting di kerajaan ini," sahut Silensia merendah.

"Hm.. anggap saja aku tertarik padamu. Amat jarang ku temui ghullian yang tak menyukai pesta Ghul. Padahal di sana umumnya para ghul wanita akan saling memamerkan batu hiasan yang mereka miliki, bukan?"

Selanjutnya pandangan Amman menelisik secara kilat penampilan Silensia. Secara sepintas, sikap dan tutur kata Silensia sedikit mengingatkannya pada Tiara.

Meski tentu saja, bagi Amman, Tiara adalah mutiara yang tak ada duanya di hidupnya yang kelam ini.

Amman tercenung lama saat mengingat Tiara. Karena itulah Silensia jadi merasa bingung. Ghul wanita itu lalu memberanikan diri menegur King Amman.

"Yang Mulia?"

Panggilan dari Silensia itu berhasil membuyarkan lamunan King Amman. Ia oun sontak tersadar dan fokus menatap kembali ke wajah Silensia.

Ditatap lekat oleh Sang Pewaris Tahta, Silensia jadi tersipu-sipu. Di antara gelapnya permukaan kulit sang ghul wanita, terdapat rona kemerahan yang sekilas bisa dilihat pada wajahnya yang bisa dibilang rupawan bagi bangsa Ghul.

Terlebih lagi Silensia memiliki warna mata yang umumnya jarang dimiliki oleh para kaum ghul.

Karena warna mata Silensia adalah kuning kenari. Tak seperti kebanyakan kaum ghul yang umumnya bermata merah.

King Amman tiba-tiba mengalihkan pandangan nya. Sesaat tadi ia hampir seperti melihat bayangan wajah Tiara di wajah Silensia. Keduanya memang memiliki garis wajah yang cukup mirip bila dipandang sekilas.

"Aku akan menemui Ayah mu. Kita akan merencanakan pertunangan dua pekan mendatang," ujar Amman secara tiba-tiba.

Silensia lalu menatap bingung kepada Amman.

"Pee..pertunangan? pertunangan siapa?" tanya Silensia dengan pandangan lugu.

"Pertunangan kita, tentu saja. Kau mau kan menerima tawaran ku ini, Putri Silensia?" tanya King Amman dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

Silensia terperangah mendengar lamaran yang keluar dari mulut Amman barusan. Sehingga butuh waktu beberapa saat baginya untuk mencerna kalimat Sang Pewaris tadi.

Setelah memahami keseriusan dalam ajakan King Amman, tiba-tiba saja Silensia bertanya.

"Apa ini ada kaitannya tentang perebutan tahta pewaris yang sedang Yang Mulia hadapi saat ini? Tapi.. Yang Mulia bisa saja memilih wanita ghul lainnya yang lebih lantas dibandingkan dengan saya yang..biasa ini.." tanya Silensia beruntun.

King Amman tak segera menjawab pertanyaan Silensia. Terlebih dulu ia melempar pandangan ke atas. Menatap sinar rembulan yang terlihat membulat sempurna sepanjang waktu di atas langit kota Ghul ini.

Setelah terdiam beberapa lama lagi, barulah King Amman menjawab pertanyaan gadis di hadapannya itu.

"Aku membutuhkan teman yang se visi dengan ku, Putri. Dan aku menemukan kalau kita memiliki visi yang sama terhadap hal tertentu.."

"Dan apakah itu, Yang Mulia? Mohon beri penjelasan yang lebih bisa saya mengerti lagi.."

"Manusia.."

"Apa? ma..manusia..?"

Tiba-tiba saja Silensia jadi terlihat gugup. Tanpa safar ia pun memutar-mutar gelang karet hitam yang ada di pergelangan tangan nya.

"Ya. Ku lihat, kamu memiliki beberapa perhiasan yang asalnya dari dunia manusia. Seperti misalnya gelang di tangan mu itu. Atau juga cincin Titanium yang tersemat di tangan mu itu. Setahu ku, benda-benda seperti ini hanya bisa dibeli di dunia manusia saja. Karena benda yang tak berharga seperti itu umumnya tak menarik bagi wanita ghul seperti mu.." tutur King Amman menjelaskan analisisnya.

Silensia tercenung lama. Ia tak menyangka kalau preferensi nya terhadap dunia manusia ternyata dapat diketahui dengan mudahnya oleh Sang Pewaris Tahta dari kerajaan Ghul ini.

Memang, ada banyak rumor terkait preferensinya ini. Namun sejauh ini Silensia selalu berhasil menangkis rumor tersebut setiap kali Ayahnya, Army Bhol datang dan mengkonfrontasi kan rumor tersebut ke hadapan Silensia.

Jadi, Silensia sungguh terkejut karena King Amman sangat mudah mengenali beberapa ornamen yang ada di tubuhnya.

"Ini hanya perhiasan saja, Yang Mulia. Ini tak memiliki arti apapun juga," Silensia berusaha mengelak dari tudingan King Amman tadi.

"Benarkah itu? Lalu bagaimana dengan aroma manusia yang masih tercium oleh ku ini? Aku yakin, belum lama ini kamu kedatangan tamu manusia ke tempat mu ini, Putri? Aku penasaran, apakah ayahmu, Army Bhol mengijinkan putrinya dikunjungi oleh seorang manusia?" tanya King Amman mengintimidasi Silensia.

Kini wanita Ghul itu jelas-jelas tercengang. Ia tak menyangka kalau lelaki ghul di hadapannya itu masih bisa mencium aroma dari Amanda, teman wanita nya yang memang sering datang berkunjung ke tempatnya oni.

Padahal Silensia sudah menebarkan serbuk bunga Melati yang umumnya mampu menutupi jejak aroma Amanda, setiap kali kawan manusianya itu dayang berkunjung ke rumahnya ini.

"Ya..Yang Mulia!" pekik Silensia kini merasa cemas.

Wanita ghul itu khawatir, bila King Amman akan memberitahukan rahasia besarnya ini kepada ayahanda nya. Jika itu dilakukan nya. Maka tamat sudah riwayat Silensia nanti.

Menyadari kecemasan yang dirasakan oleh Silensia, King Amman pun berusaha menenangkannya.

"Jangan khawatir. Rahasia mu akan aman bersama ku, Putri. Hanya saja, aku berharap kau bisa mempertimbangkan usulan ku atas aliansi di antara kita berdua,"

"Karena jujur saja, seperti katamu tadi. Saat ini aku memang sedang membutuhkan seorang istri demi bisa menyatakan hak ku atas tahta kerajaan ini,"

"Bukankah ini adalah tawaran yang bagus untuk mu, Putri? Karena dengan menerima tawaran ku ini, kamu juga akan lebih bebas berkomunikasi dengan teman manusia mu itu. Karena aku akan mengijinkan mu pergi mengunjunginya ke dunia manusia. Jadi, bagaimana, Putri Silensia?"

"Benarkah janji mu itu Yang Mulia? Dan kenapa aku harus percaya pada ucapan mu itu? Mohon maaf atas kelancangan saya dalam bertanya.."

"Tak apa-apa. Aku mengerti. Hm.. Kenapa katamu?"

Sampai di sini, King Amman kembali tercenung diam selama beberapa detik. Sampai akhirnya sang pewaris tersebut kembali membuka suaranya kembali.

"Jawabannya sederhana saja, Puteri. Karena kita memiliki visi yang sama terkait hubungan dengan manusia.." jawab King Amman dnegan sejujurnya.

"A..Apa?!" Kini Silensia pun jauh lebih terkejut dibanding mendengar pernyataan King Amman sebelum-sebelumnya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!