20. Dhezia Sakit

Setelah perdebatannya dengan Rigel, Allen melajukan motornya secepat mungkin. Berharap rasa sakit di hatinya akan keluarga yang tidak pernah peduli dengannya sejak ia menjadi tentara akan segera hilang. Tetapi, sia sia saja.

Rasa sakitnya kini tak hilang juga. Allen butuh seseorang yang dapat memahami dirinya sepenuhnya. Dhezia. Ya, hanya perempuan itu yang terpikir di benak Allen sekarang. Kemudian Allen melajukan motornya menuju rumah Dhezia. Mungkin, begitulah laki-laki,, disaat hatinya hancur karena keluarganya, ia akan mencari perempuan yang dicintainya.

Matahari kini tampak menghilang dan saat senja itu, Allen tiba dirumah Dhezia,

Tok.. tok.. tok..

"Assalamualaikum," ucap Allen sembari mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam," jawab Bu Ratia. Kemudian bergegas keluar untuk melihat siapa yang datang.

"Maaf, mas cari siapa ya?" tanyanya ragu.

Sebenarnya Bu Ratia sudah pernah melihat Allen, tentara yang dikirim dari Semarang untuk  bertugas di Balai Desa Bambu. Tetapi mungkin, Bu Ratia belum tau nama dari tentara muda itu. Bu Ratia hanya mendengar desas desus

masyarakat sekitar saja, jika ada salah satu tentara yang dikirim dari Semarang itu adalah anak pemilik Mall besar di Semarang.

"Saya cari Dhezia Anastasya, tante," jawab Allen berusaha menyembunyikan raut sedih di wajahnya.

Bu Ratia terlihat bingung, mengapa tentara itu mencari putrinya? Bu Ratia lantas bertanya, "Maaf, ada perlu apa ya mas mencari putri saya? Apa mas mau jemput Ame untuk diisolasi di Balai Desa?" tanya Bu Ratia khawatir.

"Isolasi? engga kok tante, saya disini cuma mau ketemu sama Dhezia aja," jawab Allen.

"Saya kira mau diisolasi, soalnya Ame teh lagi sakit, sebentar coba ibu panggilkan ya, silakan masuk dulu," ucap Bu Ratia mempersilakan Allen masuk.

"Iya, terimakasih tante," jawab Allen.

"Anastasya sakit? Ah, kenapa waktu gue sakit hati dia juga lagi sakit? Mungkin kita jodoh ya" batin Allen. Kemudian masuk ke ruang ramu rumah Dhezia

dan duduk di sofa.

Sementara Bu Ratia tampak berjalan masuk ke kamar Dhezia, berencana hendak membangunkan putrinya itu. Tetapi, ketika dilihatnya wajah putrinya masih pucat dan matanya masih terpejam. Akhirnya Bu Ratia mengurungkan niatnya. Tidak tega membangunkan putrinya itu. Bu Ratia lantas kembali ke ruang tamu dan berkata

kepada Allen.

"Maaf, nak. Ame nya  masih tidur, soalnya tadi demam, Ibu ndak tega kalo harus membangunkannya," jelas Bu Ratia pada Allen

"Sekarang sudah turun bu demamnya? Buk, apa saya boleh minta izin buat liat Dhezia sebentar?" tanya Allen. Berharap perempuan paruh baya itu mengizinkannya melihat Dhezia.

Bu Ratia tampak bimbang, takut jika terjadi apa- apa dengan putrinya, tetapi saat melihat Allen Bu Ratia tampak tidak tega juga pada Allen, sepertinya Allen anak yang baik, lantas Bu Ratia menjawab, "Baiklah, boleh, nak. Tetapi

pintu kamarnya nanti Ibu buka saja ya,"

"Baik, tante. Terimkasih," ucap Allen.

"Mari, nak. Lewat sini," ujar Bu Ratia

"Iya, tante,"

Ketika memasuki kamar Dhezia, dilihatnya gadis itu masih terbaring lemah dengan mata terpejam. Benar- benar pucat. Bu Ratia mempersilakan Allen duduk di samping ranjang Dhezia. Allen tampak mengamati gadis itu dari dekat. Meski wajah gadis itu tampak pucat, dia masih benar- benar cantik.

"Siapa namamu, nak?" Tanya Bu Ratia

"Allen, tante," jawabnya

Dilihatnya pemuda yang mungkin selisih satu atau dua tahun dengan putri sulungnya itu masih mengenakan pakaian lorengnya, Bu Ratia lantas bertanya kembali, "Kamu tentara dari Semarang yang bertugas disini, nak?"

"Iya tante, tapi besok mungkin kami sudah pulang ke Semarang, sepertinya kasus positif di Desa Bambu sudah mereda," lirih Allen.

Bu Ratia hanya menganggukkan kepalanya, dan sesaat melihat ke arah pemuda itu, kemudian bertanya,

"Nak Allen sudah makan?" tanyanya.

Dilihatnya pemuda itu lagi, meski tubuhnya tampak kekar dengan otot ototnya, wajah Allen tampak pucat, dengan sedikit mata berkaca. Sepertinya Nak Allen sedang sedih. Bagaimanapun juga, Bu Ratia seorang ibu. Dengan mudah bisa merasakan jika pemuda yang selisih satu atau dua tahun dengan anak pertamanya

itu sedang sedih.

"Eum, belum tante, tadi di suruh ke balai desa untuk makan, tapi saya kesini dulu," jelasnya

"Ibu ambilin makan ya," tawar Bu Ratia.

"Eh, ngga usah, tante, takut ngerepotin," tolak Allen.

"Udah gapapa, ndak merepotkan kok, sebentar ibu ambilkan, titip Amenya sebentar ya, Nak." kata Bu Ratia

"Iya tante," jawab Allen akhirnya.

Sesaat kemudian Bu Ratia berlalu meninggalkan kamar. Allen menatap penuh punggung Bu Ratia yang berjalan meninggalkan kamar. Lalu ia mendekatkan dirinya ke arah Dhezia yang masih tertidur.

"Sosok ibu yang baik, kapan ya Mamahku jadi kayak ibumu?" gumamnya. Allen bertanya pada Dhezia yang masih tampak terpejam matanya.

Tetapi, tanpa di sadari, Dhezia perlahan membuka matanya. Sayup sayup ia mendengar ada seseorang yang bergumam di dekatnya.

"A-Allen?" panggilnya dengan terbata.

"Iya, ini aku. Bagaimana keadaanmu?" tanya Allen. Setelah melihat Dhezia, kini rasa sedihnya perlahan hilang.

"Eum.. lemas," lirihnya.

"Mau tak ambilin minum?" tanya Allen datar.

"Engga, mau kamu bersikap hangat aja, ngga nyebelin kayak biasanya," jawab Dhezia.

"Saya emang kayak gini," Sahut Allen.

Tak lama kemudian, Bu Ratia datang membawa 2 piring nasi, lauk, dan 2 jus wortel.

"Ini Nak Allen, makan dulu," ucap Bu Ratia memberikan sepiring nasi pada Allen.

"Maaf tante, saya disini malahan ngerepotin," ujar Allen.

"Tidak merepotkan, Nak. Silakan dimakan dulu, Ame nya sudah bangun? Gimana keadaan kamu, kak?" tanya Bu Ratia sambil memegang kening Dhezia.

"Sudah baikan buk," jawab Dhezia.

"Yaudah ini, kamu makan sekalian bareng Allen ya, Ibu mau mengambilkan Bapak makan, habis itu ngajarin Laura mengerjakan tugas daringnya," ucap Bu Ratia.

"Iya, buk, maaf Dhezia belum bisa ngajarin Laura ngerjain tugas, buk," ucap Dhezia.

"Iya, kamu kan lagi sakit, kak, biar Ibu aja yang ngajarin, gimanapun juga ibu juga pernah sekolah, walaupun nggak sampai sarjana, hanya SMA. Tapi kalo pelajaran SD ya ibuk bisa, hihi," jelas Bu Ratia sembari tertawa.

"Makasih nih," ucap Dhezia.

"Ibuk, tinggal dulu ya, kak."

"Iyaa, buk," jawab Dhezia.

Setelah Bu Ratia meninggalkan kamar, Dhezia melihat Allen, masih tidak percaya jika Allen lah yang kini berada di depannya. Mengunjunginya ketika ia sakit. Dilihatnya, Allen tampak biasa saja, tidak salah tingkah ataupun gugup. Berbeda dengan diri Dhezia yang saat ini sedang sakit tetapi jantungnya berdegup kencang. Bagaimana bisa Allen masuk ke kamarnya? Ibunya yang mengizinkannya? Atau dia memaksa masuk sendiri? Dhezia sibuk dengan pikirannya.

"Nih, makan dulu," ucapan Allen membuyarkan lamunannya.

"Nanti aja, belum laper," jawab Dhezia.

"Makan, abis itu minum obat," ujar Allen

"Nanti aja, Lex," tolak Dhezia.

"Makan, kamu harus cepat sembuh, kasian ibuk loh, beruntung kamu punya ibu yang baik," kata Allen.

" Iya makan, tapi nanti,"

"Susah juga ya ngadepin kamu, lebih susah daripada nembak tepat sasaran," ucap Allen ketus.

"Biarin,"

"Yaudah khusus kali ini aja, aku suapin. Besok udh balik ke Semarang sepertinya," jelas Allen.

Deg! Allen kembali ke Semarang? Apa itu artinya ia tidak akan bisa melihat Allen lagi? Harusnya ia senang, Allen tidak mengganggunya lagi, tapi entah kenapa Dhezia malah merasa sedih mendengar kabar kembalinya Allen ke Semarang.

Allen mengambil piring Dhezia dan menyuapkan nasi ke gadis itu.

"Ayo, buka mulut, Amore," kata Allen.

Kini Dhezia barulah mau membuka mulutnya. Menerima sesuap nasi dari Allen.

"Kalo gak lagi sakit, gak mau saya nyuapin kamu kayak gini," kata Allen.

"Jadi, ini ngga ikhlas? Yaudah biar aku makan sendiri," jawab Dhezia.

"Saya suapin aja, tapi gantian kamu suapin saya, ya. Saya juga belum makan," tawar Allen.

Dilihatnya Allen di depannya. Entah kenapa dirinya terlalu lemas jika harus berdebat dengan Allen, kemudian Dhezia berkata, "baiklah, yaudah buka mulut," perintah Dhezia.

"Aaaa...," Allen membuka mulutnya.

"Baru kali ini aku nyuapin cowok," ucap Dhezia.

"Gapapa kan, biar pernah," sahut Allen datar.

"Kamu cowok pertama yang pernah aku suapin," jelas Dhezia.

"Jadi kamu belum pernah pacaran?" tanya Allen.

"Belum, kamu sudah?" sahut Dhezia.

"Menurutmu?"

"Sudah, dari caramu menjahili perempuan polos seperti aku, mulai dari sengaja menyemprot disinfektan, hingga menyuruhku untuk hal hal gila, pasti kamu sudah memiliki banyak perempuan," jelas Dhezia.

"Aku tidak punya," jawabnya singkat.

Dreeett...drreeettt...

Tiba tiba ponsel Allen bergetar. Rigel. Allen segera mengangkatnya,

["Halo, Lex. Kamu dimana?"] tanya Rigel melalui panggilan Whatsappnya.

["Di rumah Dhezia, Gel. Gimana?"]

["Simak grup, jadwal kita balik diajuin sekarang, Siaga 1"] jelas Rigel.

[" Ya. Gue balik sekarang,"] sahut Allen.

["Ok"] ujar Rigel di panggilan telfon itu.

Tak lama kemudian Allen mengakhiri panggilan telfonnya, segera berpamitan pada Dhezia,

"Maaf, saya harus balik sekarang, cepat sembuh ya, jaga dirimu disini, Anastasya."

Cup!

Allen mencium kening gadis itu sekilas.

"Ini untuk hutang malam ini, lunas ya hari ini," kata Allen.

"Untuk besok? Aku belum bisa mengganti, dan kamu sudah harus kembali ke Semarang. Jika aku sudah mendapatkan uangnya aku akan menemuimu di Semarang, Len." ucap Dhezia.

"Baiklah, saya pamit." kata Allen. Ketika hendak melangkahkan kakinya keluar kamar, Dhezia tiba- tiba memanggil pria itu.

“Len…,tunggu…,” panggil Dhezia lirih.

Allen meloleh kearah Dhezia, “Apa?”

“Ini..,” Dhezia bangkit dari ranjangnya, kemudian meraih Katsina Doll yang berada di tas ransel samping ranjangnya, dan menyerahkan boneka Katsina Doll itu pada Allen.

“Apa ini? Buat gue?” Allen memandangi boneka itu.

“Kembalikan padaku saat kita bertemu lagi nanti, aku juga akan ke Semarang,” ucap Dhezia.

“Oke, sampai bertemu kembali, Amore.” kata Allen. Kemudian meneguk segelas jus tomatnya dan secepatnya keluar dari kamar Dhezia.

"Saya pamit dulu ya, tante. Harus balik ke Semarang sekarang. Terimaksih atas makanannya," pamit Allen ketika sampai di ruang tamu dan mendapati Bu Ratia yang sedang membantu Laura mengerjakan tugasnya.

"Oh, iya Nak Allen, hati hati dijalan," pesan Bu Ratia.

"Iya tante, dada Laura," pamitnya pada Laura sambil melambaikan tangannya.

"Iya, kak, hati hati." ucap Laura.

Allen kemudian berlalu meninggalkan rumah mereka dan menuju Balai Desa Bambu untuk persiapan kembalinya ke Semarang.

***

Episodes
1 1.Corona Virus Mengubah Semuanya!
2 2. Dhezia Frustasi
3 3. Ditolak Gabriel
4 4. Pulangnya Dhezia ke Indonesia
5 5. Pertemuan dengan Allen, Basah Kuyup!
6 6. Cekcok Allen dan Dhezia
7 7. Membeli Obat Demam
8 8. Rusaknya IPhone 14 Allen!
9 9. Bertemu Citra
10 10. First Kiss with Allen
11 11. Allen Tersenyum Licik
12 12. Lurah Jahat
13 13. Menyelamatkan Dhezia
14 14. Telfon dari Allen
15 15. The Bite Kiss
16 16. Dhezia Menangis
17 17. Diantar Pulang Allen
18 18. Pujaan Hati Allen
19 19. Allen Sedih
20 20. Dhezia Sakit
21 21. Kembalinya Allen ke Semarang
22 22. Dhezia ke Semarang
23 23. Perjanjian dengan Yovien
24 24. Kota Lama Semarang
25 25. Stasiun Tawang
26 26. Meremas dan Melempar Katsina Doll
27 27. Allen Menemui Dhezia
28 28. Allen Marah
29 29. Kedatangan Yovien
30 30. Sandal Jepit Maut
31 31. Payung untuk Allen
32 32. Kissing Under Umbrella
33 33. Jatuhnya Selimut Allen
34 34. Makan 10 Detik
35 35. Masa Lalu Allen dan Yovien
36 36. Flash Back in Bali 1
37 37. Flash Back in Bali 2
38 38. Flash Back in Bali 3
39 39. Flash Back in Bali 4
40 40. Flash Back in Bali 5
41 41. Kembali ke Masa Sekarang, 2021
42 42. Perdebatan Tuan Xander dan Nyonya Clarista
43 43. Permintaan Nyonya Clarista
44 44. Melacak Keberadaan Allen
45 45. Tak Mampu Mengungkapkan Perasaan
46 46. Memesan Taxi Online
47 47. Bunga Aster
48 48. Trans Semarang
49 49. Xander Japanesse Food
50 50. Memakai Baju Maid (Pelayan)
51 51. Curhat dengan Rigel
52 52. Membeli Roti untuk Dhezia
53 53. Gold Eksekutif Room
54 54. Allen Terpesona
55 55. Makan dengan Allen
56 56. Hidangan Mahal
57 57. Kejahatan Novia
58 58. Menggendong Dhezia
59 59. Kejadian di Xander Mall
60 60. Rumah Sakit Tentara (RST)
61 61. Menunggui Acre di RST
62 62. Perhatian Sementara
63 63. Kecupan Sekilas Allen & Mengakhiri Perjanjian dengan Yovien
64 64. Pesan dari Brielle
65 65. Menyuapi Dhezia
66 66. Membantu Dhezia Mandi
67 67. Mendekap Erat Allen
68 68. Penjelasan Allen
69 69. Mencubit Pipi Dhezia
70 70. Dhezia Boleh Pulang dari RST
71 71. Kamar Mess Dhezia
72 72. Menciumi Dhezia
73 73. Severius dan Candra
74 74. Simpang Lima Semarang
75 75. Candra dan Severius ke Club
76 76. Mengetahui yang Sebenarnya
77 77. Allen dan Yovien Bertengkar
78 78. Titik Terang Kesalahpahaman
79 79. Tamat (Allen Melamar Dhezia)
Episodes

Updated 79 Episodes

1
1.Corona Virus Mengubah Semuanya!
2
2. Dhezia Frustasi
3
3. Ditolak Gabriel
4
4. Pulangnya Dhezia ke Indonesia
5
5. Pertemuan dengan Allen, Basah Kuyup!
6
6. Cekcok Allen dan Dhezia
7
7. Membeli Obat Demam
8
8. Rusaknya IPhone 14 Allen!
9
9. Bertemu Citra
10
10. First Kiss with Allen
11
11. Allen Tersenyum Licik
12
12. Lurah Jahat
13
13. Menyelamatkan Dhezia
14
14. Telfon dari Allen
15
15. The Bite Kiss
16
16. Dhezia Menangis
17
17. Diantar Pulang Allen
18
18. Pujaan Hati Allen
19
19. Allen Sedih
20
20. Dhezia Sakit
21
21. Kembalinya Allen ke Semarang
22
22. Dhezia ke Semarang
23
23. Perjanjian dengan Yovien
24
24. Kota Lama Semarang
25
25. Stasiun Tawang
26
26. Meremas dan Melempar Katsina Doll
27
27. Allen Menemui Dhezia
28
28. Allen Marah
29
29. Kedatangan Yovien
30
30. Sandal Jepit Maut
31
31. Payung untuk Allen
32
32. Kissing Under Umbrella
33
33. Jatuhnya Selimut Allen
34
34. Makan 10 Detik
35
35. Masa Lalu Allen dan Yovien
36
36. Flash Back in Bali 1
37
37. Flash Back in Bali 2
38
38. Flash Back in Bali 3
39
39. Flash Back in Bali 4
40
40. Flash Back in Bali 5
41
41. Kembali ke Masa Sekarang, 2021
42
42. Perdebatan Tuan Xander dan Nyonya Clarista
43
43. Permintaan Nyonya Clarista
44
44. Melacak Keberadaan Allen
45
45. Tak Mampu Mengungkapkan Perasaan
46
46. Memesan Taxi Online
47
47. Bunga Aster
48
48. Trans Semarang
49
49. Xander Japanesse Food
50
50. Memakai Baju Maid (Pelayan)
51
51. Curhat dengan Rigel
52
52. Membeli Roti untuk Dhezia
53
53. Gold Eksekutif Room
54
54. Allen Terpesona
55
55. Makan dengan Allen
56
56. Hidangan Mahal
57
57. Kejahatan Novia
58
58. Menggendong Dhezia
59
59. Kejadian di Xander Mall
60
60. Rumah Sakit Tentara (RST)
61
61. Menunggui Acre di RST
62
62. Perhatian Sementara
63
63. Kecupan Sekilas Allen & Mengakhiri Perjanjian dengan Yovien
64
64. Pesan dari Brielle
65
65. Menyuapi Dhezia
66
66. Membantu Dhezia Mandi
67
67. Mendekap Erat Allen
68
68. Penjelasan Allen
69
69. Mencubit Pipi Dhezia
70
70. Dhezia Boleh Pulang dari RST
71
71. Kamar Mess Dhezia
72
72. Menciumi Dhezia
73
73. Severius dan Candra
74
74. Simpang Lima Semarang
75
75. Candra dan Severius ke Club
76
76. Mengetahui yang Sebenarnya
77
77. Allen dan Yovien Bertengkar
78
78. Titik Terang Kesalahpahaman
79
79. Tamat (Allen Melamar Dhezia)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!