"Iya, saya akan lihatin, tapi tunggu sebentar ya pak, saya telfon ibu saya dulu, biar ibu ndak khawatir, bisa jadi tidak sekedar melihat saja, kita bisa main lama malam ini disini." ucap Dhezia bernegosiasi.
Kemudian ia dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan yang berisi shere lok. Tidak pada ibunya. Tetapi pada Allen! Dhezia berharap pria itu akan menolongnya.
Pak Lurah yang mendengar perkataan gadis disampingnya itu tampak berfikir kemudian mengiyakan. Pak Lurah berfikir ternyata Dhezia juga menginginkan 'itu' padanya. Pak Lurah tampak senang.
"Iya, telfon dulu ibumu Dhezia," kata Pak Lurah pada gadis itu. Pak Lurah sama sekali tak sadar jika itu hanya tipu daya Dhezia untuk bisa lolos terhadap perlakukan menjijikkannya.
Dhezia kemudian dengan hati hati memencet tombol Call pada nomor Allen! Huh. Untung saja Dhezia belum memberi nama kontak itu. Hanya ada nomor saja. Untunglah pak Lurah tidak tahu yang ia telfon itu benar benar ibunya atau tidak.
“Hahaha, dasar Lurah tua bangka! Enak aja mau minta “itu” sama aku, gak peduli apa perasaan istri yang nunggu di balai desa sampai tengah malem gini? Dasar lurah tak tau diuntung!” umpat Dhezia mati- matian dalam hatinya. Ia terus menghubungi nomor Allen. Berharap tentara menyebalkan itu mengangkat telfonnya.
***
Sementara disisi lain, Allen masih saja tampak khawatir pada Dhezia. Ia mondar mandir didepan aula sambal mengamati ponselnya. Namun, ia tak sabar lagi jika harus berdiam diri dengan rasa khawatirnya. Dengan cepat Allen bertanya pada Pak Hasan di Ruang Staff. Allen memasuki ruangan tanpa permisi.
"Pak, Rumahnya Dhezia sebelah mana?" Allen bertanya dengan nada sedikit emosi karena kekhawatirannya pada Dhezia.
"Gang flamboyan masuk..Tapi kenapa kamu kok tanyain rumah Dhezia?" tanya pak hasan pada Allen yang tiba tiba bertanya alamat rumah Dhezia.
"Ok makasih." Allen tidak menjawab pertanyaan pak Hasan dan hanya mengucapkan terimaksih.
Setelah ia keluar dari pintu Staff Ponselnya berdering. Dan terpampang jelas nama DHEZIA ANASTASYA di layar ponselnya. Ponselnya hanya berdering beberapa detik saja. Kemudian Allen membuka Whatsapp nya begitu melihat ada chat yang masuk berisi shere lokasi. Deg!
“Pasti terjadi apa apa dengan gadis itu,” pikirnya.
Dengan cepat ia masuk ke ruang staff dan meminjam motor inventaris balai desa yang sering dipakainya ketika melakukan kegiatan penyemprotan.
"Pinjem motornya bentar ya pak!" ucap Allen pada Pak Hasan yang sedang bersama Bu Lurah dan satu orang lainnya di ruang Staff.
"I-iya, silakan, Lex."
Pak Hasan yang melihat Allen tampak bingung mengenai apa yang terjadi, sampai sampai Allen terburu buru begitu.
Allen kemudian melajukan motornya dengan cepat menuju lokasi Dhezia.
Sementara disisi lain, Jantung Dhezia berdegup kencang. Dhezia takut.
"Ayok, Dhezia. Sekarang pak lurah mau lihat," kata pak lurah mendekatkan diri kearah Dhezia.
"Tangan kamu mulus sekali, saying." Kini Pak Lurah memegang tangan kiri Dhezia, sementara tangan kanan Dhezia masih memegang ponselnya.
Kemudian pak lurah tampak mendekatkan kepalanya, hendak mencium pundak Dhezia.
“Ya tuhan, gimana ini, tolong aku, kenapa Allen belum datang juga?” Gumamnya dalam hati.
“Apa Allen tidak akan datang? Ah aku lupa jika lelaki itu hanya suka menjahilinya saja. Tidak mungkin lelaki itu menolong dirinya sekarang.” Dhezia bingung dan semakin ketakutan.
Sementara Pak Lurah sudah menempelkan bibirnya di pundak kanan Dhezia. Dan sepertinya hendak melakukan hal yang lebih jauh lagi.
"Ja-jangan pak." Dhezia yang ketakutan tak terasa air mata sudah membasahi pipinya. Dhezia menangis.
"Tidak apa, hanya sebentar." Pak lurah dengan kasar memeluk tubuh Dhezia yang tengah duduk di sampingnya. Di tempat duduk mobil samping kemudi.
Sesaat kemudian saat pak lurah tengah memeluk Dhezia itu terdengar suara motor berhenti tepat di samping mobilnya. Allen!
Dhezia hampir tidak percaya Allen benar benar datang menyelamatkannya. Allen Dengan cepat turun dari motor, melihat kearah mobil itu dan emosinya kian memuncak saat ia melihat Pak Lurah sedang memeluk Dhezia didalam mobil itu.
Dan-
BRUAAAKKK!!!! PYARRR!!
Dengan kasar Allen memecahkan kaca mobil samping kanan sebelah kemudi mobil itu menggunakan tangannya. Kemudian memencet sentralock pintu mobil itu, sehingga pintunya dapat terbuka. Allen kemudian bergegas berlari ke pintu sebelah kiri mobil, tempat Dhezia duduk , dan membuka pintunya.
Dengan tangan kanan yang bersimbah darah akibat memecahkan kaca mobil itu, Allen segara menarik Dhezia keluar dari mobil itu, dan memeluknya.
"Kamu gapapa kan?" Allen memeluk erat Dhezia.
"Aku..takut." Dhezia membenamkan wajahnya ke dada bidang Allen. Dhezia menangis dalam pelukan Allen. Ia menumpahkan seluruh air matanya.
"Iyaa, lo gapapa sekarang. Lepasin pelukannya sebentar boleh? Saya mau ngasih pelajaran ke orang itu." Allen meminta izin pada Dhezia sembari matanya menatap tajam Pak Lurah yang masih terpaku di dalam mobil.
Pak Lurah menyadari Allen sedang menatap tajam kearahnya, buru buru keluar dari mobilnya.
"Mau kemana, Anda? Pak Lurah kah ini? Lurah macam apa yang TEGA MELAKUKAN ITU pada seorang gadis yang merupakan warganya sendiri?" Geram Allen melepaskan pelukan Dhezia kemudian berjalan kearah pak lurah yang sudah berada diluar mobilnya.
"Apa? Kamu akan melaporkan saya? Kamu lupa kalo saya seorang Lurah? Tidak akan mungkin ada yang percaya padamu, Allen!!" bentak Pak Lurah sembari menyombongkan diri.
"Hahahaaaaaaa"
Allen tertawa sekeras mungkin mendengar perkataan pak lurah, kemudian melanjutkan,
"Bapak ini bodoh apa gimana? Sepertinya bapak lupa siapa saya? Meski saya adalah seorang tentara sekarang tapi SAYA ADALAH ALLEN XANDER YUDHA!! Pewaris utama Xander Grup!! Yakin bapak mau berurusan sama
saya??!!" ancam Allen.
Pak Lurah tampak bergetar tubuhnya mendengarkan ancaman Allen.
"Bahkan saya MAMPU! Kalo harus membeli semua warga disini dengan uang, dan menyuruh mereka untuk demo menurunkan bapak!!" ancamnya lagi.
"Ini kali pertama dan terakhir bapak mendengar peringatan dari saya! Jangan sedikitpun berani menyentuh gadis ini lagi!! DIA MILIKKU!!!" Allen dengan geram menegaskan perkataannya.
Pak Lurah diam. Sepertinya Pak Lurah berhadapan dengan orang yang salah.
Sementara Dhezia hatinya luluh seketika. Mendengar pernyataan Allen yang menyebut Dhezia adalah miliknya. Tampak terluas senyum kecil di sudut bibirnya.
"Ayok, saya antar kamu pulang," Allen meraih tangan Dhezia kemudian menuntunnya naik keatas motor.
"I-iya Lex.” jawab Dhezia terbata.
"Pegangan, peluk saya!" perintah Allen datar.
"Iyaa."
Dhezia tidak banyak protes dan hanya menuruti perkataan pria itu.
Ditengah kedinginan malam, dan tangannya yang telah bersimbah darah. Dhezia berpegangan dan melingkarkan tangannya ke dada Allen, memeluknya dari belakang.
“Tidak apa apa jika tangannya harus terluka, asalkan Dhezia dengan tulus memeluk dirinya” batin Allen dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments