Setelah keluar dari Ruang Perpustakaan Desa itu, Jantung Dhezia masih berdegup kencang, serasa mau copot saja jantungnya. Nafasnya tersenggal senggal. Dhezia sudah mencium Allen! Bagaimana pandangan Allen terhadap Dhezia saat ini? Akankah Allen menganggapnya gadis murahan?
“Arghh!! Tau lah pusing gue! Biarin! bodo! Lagian adegan kiss tadi kan Allen yang nyuruh!” pekik Dhezia dalam hati.
Drett..drett...drett…
Terdengar bunyi notifikasi chat di Whatsapp nya. Dhezia segera membaca pesannya siapa tau itu dari Citra yang akan mengajaknya pulang. Akan tetapi, dugannya itu salah. Benar benar salah. Allen yang mengirim pesan pada Dhezia.
(“Thanks, ya. Besok lagi!”) Isi pesan Allen. Syok!
Dhezia yang membaca pesan itu di layar ponselnya kakinya menjadi lemas seketika! Tapi Dhezia harus menguatkan kembali kakinya dan segera menemui Citra. Kemudian menyuruh Citra mengantarkannya pulang.
“Huft, syarat besok pikirin besok!” gerutunya pada diri sendiri seraya berjalan menuju Ruang Staff.
Begitu sampai di Ruang Staff, Dhezia tampak mencari cari keberadaan Citra.Anak itu tidak tampak batang hidungnya. Di Ruang Staff hanya ada Kepala Dusun dan lelaki paruh baya yang piket Satgas Covid dari Desa. Karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Dhezia kemudian memberanikan diri untuk masuk kedalam ruangan dan bertanya kepada mereka dimana keberadaan Citra.
Tok! tok! tok!
Dhezia mengetuk pintu Ruang Staff
"Selamat Malam, Pak." ucap Dhezia salam sebelum masuk ruangan.
Pak Hasan mendengar ada yang mengetuk pintu ruangan itu pun langsung menoleh melihat siapa yang datang.
"Iya, Selamat Malam, ini mbak Dhezia kan? Yang menang di Audisi Puteri Desa 2019 kan?" Pak Hasan langsung menebak identitas Dhezia ketika melihat wajah Dhezia.
"Hehe, iya Pak Hasan. Ini saya Dhezia," ucap Dhezia pada Pak Hasan.
"Tuh kan bapak bener. Lalu ada perlu apa kesini Zia?" tanya Pak Hasan.
"Dhezia mencari Citra pak," jawab Dhezia.
"Oh, Citranya tadi katanya mau ke Aula, Zia. Coba kamu cari di Aula Balai Desa," suruh Pak Hasan.
"Oh, ya. Baik Pak. Terimakasih Pak Hasan. Dhezia ke Aula dulu ya, Pak. Mari," pamit Dhezia sambil menundukkan kepala sebagai wujud rasa sopan pada pak Hasan yang mempunyai jabatan perangkat desa tersebut.
Dhezia kemudian berjalan meninggalkan Ruang Staff dan menuju Aula Balai Desa. Di Aula Balai desa tampak terlihat tiga orang tentara muda yang tadi siang Dhezia temui. Dhezia juga sempat membelikan teh pucuk untuk mereka. Ada Rigel, Severius, dan pandangan mata Dhezia terbelalak ketika menyadari seorang pria yang barusaja diciumnya di ruang perputakaan sudah ada di Aula. Allen!
“Ngapain Gadis ini masih disini? Mau nyium Gue lagi? Haha.”
Allen berekspektasi dalam hati Dhezia akan menciumnya lagi.
Tanpa menunggu lama Allen pun menghampiri Dhezia yang barusaja masuk dari pintu Aula.
"Cari siapa, Nona?" tanya Allen bernada manis sambil tersenyum licik.
"Ci-tra," jawab Dhezia.
Dhezia yang masih terkejut ketika melihat Allen berusaha terlihat tenang meski jantungnya berdegup kencang.
Dhezia takut orang- orang mengetahui apa yang terjadi denganya dan Allen. Dan Dhezia lebih takut lagi ketika orang- orang beranggapan kalo dirinya adalah cewek murahan.
"Oh Citra. Gatau, lagi keluar sama adek gue Candra kek nya," jawab Allen santai.
“Gimana bisa setelah yang terjadi tadi nih cowok santai banget gini ya, benar- benar menyebalkan!” pekik Dhezia dalam hati. Kemudian melanjutkan bertanya.
"Kira- kira mereka lama?" tanyanya Dhezia pada Allen.
"Mana saya tau, saya bukan ibuk mereka," jawab Allen masih saja ketus sama Dhezia. Padahal cowok itu habis diciumnya.
"Yaudah, aku permisi dulu," kata Dhezia pada Allen.
“Huh. Padahal kan aku barusaja memenuhi syaratnya. Bagaimana bisa Allen tetap bersikap sadis gitu padaku?” pekiknya lagi dalam hati. Kemudian berlalu meninggalkan Aula itu.
Sementara Rigel yang melihat Allen dan Dhezia tampak menyadari pasti telah terjadi sesuatu pada mereka berdua.
"Severius, liat Abangmu Allen itu kayaknya nyembunyiin sesuatu dari kita," ujar Rigel.
"Iya bang, ada yang aneh. Biasanya si abang boss gak pernah peduli kalo ada cewek yang datang kesini, tadi kok mendadak nyamperin tuh cewek," sahut Severius.
"Nah kan betul. Kemarin si bianca kesini aja gak digubris sama sekali. Pasti terjadi sesuatu nih!"
Rigel tampak mendelik kearah Allen.
"Lo pada gak inget cewek tadi siang yang gue semprot pakai disinfektan?" tanya Allen pada mereka.
Kemudian Rigel dan Severius tampak mengingat ingat wajah cewek tadi siang. Iya. Itu cewek yang sama dengan cewek yang barusan masuk ke Aula.
" Lo apain dia lagi, Len?" tanya Rigel segera menginterogasi.
"Iya, abang apain dia lagi? Kasian bang! Abang gak inget setelah Abang jahilin dia tadi kita malahan di beliin teh pucuk?" kata Severius mengingatkan Abangnya itu.
"Tadi waktu saya mau beli Autan di Toserba, cewek itu gak sengaja nabrak saya waktu saya telfon Candra, akhirnya hp saya terlempar kejalan raya kemudian dilindas mobil pincanto yang lewat," terang Allen panjang lebar
menjelaskan kejadian yang menimpanya ketika didepan Toserba, sebelum teman dan adik lettingnya itu menyerbunya.
"Terus? Abang suruh dia ganti?" tanya Severius penasaran.
"Engga sekarang, saya kasih waktu, tapi dengan syarat," ucap Allen sembari tersenyum menang.
"S-syarat??!" Rigel dan Severius bertanya bersamaan.
"Ada hawa hawa syaratnya pasti aneh aneh ini," kata Rigel.
" Apa bang syaratnya?" tanya Severius penasaran.
"Gue suruh dia cium gue, haha.." Allen menjawab sambil tertawa.
"Hah?!!" jawab Severius syok mendengar jawaban abangnya itu barusan.
"Maksud lo, ciuman kecup biasa atau sampe basah basah gitu?" ucap Rigel memperjelas.
"Kepo aja ini kalian! Dilarang kepo ya! Ini urusan gue sama tuh cewek," sahut Allen pada mereka berdua.
"Terus ini sekarang abang pakai apa?" tanya Severius pada Allen.
"Sejak kapan hp saya cuma satu?" kata Allen
"Heh, kamu gak ingat abangmu Allen itu pewaris utama Xander Grup? Hp tak lebih dari harga permen karet baginya," sahut Rigel.
Allen yang mendengar perkataan Rigel barusan langsung berkata, "Gue gamau jadi Presdir, mau jadi tentara aja! Mengabdi pada negara, bermanfaat bagi orang banyak, sederhana tapi keren bisa pake loreng!" sahut Allen menggebu- gebu.
"Iyoo Pak Tentara," sahut Rigel menyenangkan hati temannya itu.
Sementara Dhezia yang telah keluar dari pintu Aula Balai Desa, tampak berdiri di dekat jalan raya disamping gerbang Balai Desa. Dhezia menunggu Citra yang katanya sedang keluar bersama Candra.
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Kawasan balai Desa belum terlihat sepi. Saat Dhezia tengah menunggu kedatangan Citra, terlihat mobil Pak Lurah dan Bu Lurah memasuki pintu gerbang Balai Desa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments