Tin!Tin!Tin!
Bunyi klakson dari mobil yang barusaja masuk itu terdengar nyaring. Dhezia dengan cepat menepikan diri. Kini Dhezia merapat disamping Aula. Para Tim Satgas Covid Desa dengan cepat keluar dari Ruang Staff. Tampak juga Rigel, Severius, dan Allen keluar dari Aula. Sepertinya mereka menyadari jika ada Pak Lurah dan Bu Lurah datang.
"Selamat Malam, Pak Lurah, Bu Lurah," sapa Pak Hasan pada mereka.
"Iya selamat malam, saya habis patroli keliling jalan jalan RT tadi, siapa tau masih ada yang melanggar aturan PSBB, terus lewat depan sini, saya lihat balai desa masih ramai jadi saya mampir," ucap Pak Lurah langsung
memberikan penjelasan meskipun belum ada yang bertanya padanya.
"Oh begitu, Pak Lurah dan Bu Lurah kita memang sangat rajin sekali, tidak peduli siang atau malam tetap menjaga kita semua," kata Pak Hasan menyanjung Pak Lurah.
"Hahaha, pak Kadus (kepala dusun) ini bisa saja," kata Pak Lurah sambil tertawa senang dirinya disanjung oleh Pak Hasan. Pak Lurah kemudian mengedarkan pandangannya, dan melihat sosok Dhezia disamping Aula balai desa.
"Ini mbak siapa kok saya belum pernah lihat wajahnya?" tanya Pak Lurah begitu melihat Dhezia disamping Aula.
"Sa-" Belum sempat Dhezia menjawab Pak Lurah, sudah didahului oleh Pak Hasan yang menjelaskan identitas Dhezia.
"Oh ini mbak Dhezia pak, Puteri Desa 2019 yang seangkatan sama Citra," kata Pak Hasan pada Pak Lurah.
Maklum, Pak Lurah belum pernah melihat Dhezia sebelumnya karena ia adalah Pak Lurah baru di Desa bambu itu.
"Oh, ada keperluan apa disini mbak?" tanya pak lurah.
Pertanyaan Pak Lurah yang tiba-tiba membuat Dhezia bingung mencari cari alasan. Tidak mungkin kan ia mengatakan kalo tujuannya kesini adalah memenuhi syarat mencium Allen.
"Sa-ya me-me-" Dhezia tampak kebingungan.
Melihat Dhezia yang tampak kebingungan menjawab itu. Allen dengan cepat menjawab.
"Mencari Citra pak, tapi Citranya baru keluar sama adek letting saya, Candra. Katanya mencari obat nyamuk," kata Allen pada Pak Lurah.
"Owalah, kalo gitu kamu pulang saja sekarang. Ini bukannya saya mengusir kamu loh, tapi ini kan sudah jam 11 malam, tidak baik bagi anak gadis keluar malam malam," kata Pak Lurah dengan perhatian.
Pak Lurah memang selalu perhatian kepada setiap warganya, terutama warganya yang seorang gadis, dan cantik!
"Baik, pak. Tapi saya tidak bawa motor pak, tadi diantar Citra kesininya, tapi Citranya belum balik kesini sampai sekarang," kata Dhezia menjelaskan kepada Pak Lurah.
"Ya sudah, biar saya saja yang mengantar kamu ya." Pak Lurah menawarkan diri mengantar Dhezia pulang.
"Ti-dak usah pak, saya ndak enak sama bu Lurah kalo bapak yang mengantar saya pulang," kata Dhezia dengan hati hati.
"Saya aja yang mengantar Dhezia pulang, pak!" Allen tiba tiba berkata pada Pak Lurah akan mengantar Dhezia.
“Mampus gue, lagi lagi harus berurusan sama Allen! Kalo Allen yang mengantar gue bisa abis gue!” pekik nya dalam hati.
“Tapi, kalo gue nunggu Citra ntar kemalaman, ibuk bisa marah.”
Dhezia bingung apa yang harus dilakukannya.
"Kamu kan gak bawa motor, Lex, biar saya saja. Bu Lurah disini sebentar ya bu, dengan Pak Hasan," kata Pak Lurah.
“Yes, Pak Lurah yang nganter gue! Itu artinya gue gak akan menghadapi Allen lagi malam ini.” Dhezia tersenyum senang dalam hati. Ada sedikit perasaan lega di hatinya.
"Iya pak, ibu tunggu disini," kata Bu Lurah mengiyakan suaminya itu mengantar Dhezia.
Bu Lurah terlalu percaya pada suaminya, hingga tidak menyadari jika suaminya itu suka mendaratkan pandangannya kepada gadis gadis cantik.
"Mari Bu Lurah, tunggu di ruang Staff ya bu," kata pak hasan pada Bu Lurah.
Sementara Allen tampak khawatir pada Dhezia begitu mendengar Dhezia akan diantar oleh Pak Lurah. Allen yang juga seorang laki laki, tentu saja langsung mengetahui sifat dan modus modus Pak Lurah.
"Ya sudah yuk, Dhezia. Saya antar kamu pulang," kata pak lurah.
"Iya, terimaksih banyak, Pak." jawab Dhezia sambil tersenyum.
Sesaat sebelum masuk ke mobil Pak Lurah, Allen menahan tangan Dhezia dan berbisik di telinga gadis itu.
"Kalo ada apa apa telfon saya, pak Lurah itu berbahaya!" kata Allen pada telinga kanan Dhezia.
Dhezia hanya diam tidak menjawab Allen, Dhezia menarik tangannya yang ditahan Allen, kemudian masuk kedalam mobil Pak Lurah dan menutup pintunya. Sesaat kemudian Mobil Pak Lurah itu melaju keluar dari Kawasan Balai Desa.
“Ada apa-apa apanya? Berbahaya apanya? Justru Allen lah yang menurut Dhezia lebih berbahaya!” batinnya dalam hati.
"Rumah saya di RT01 RW06, pak. Masuk gang Flamboyan," kata Dhezia pada Pak Lurah yang sedang menyetir.
Tidak seperti saat di balai desa tadi, kini Pak Lurah tampak hanya diam dan menyetir mobilnya. Pak Lurah berfikir mencari tempat yang aman, agar bisa melakukan aksinya yaitu 'mencari kepuasan' pada Dhezia.
“Cantik sekali gadis di sampingku ini, bahkan lebih cantik dari Citra. Ah tentu saja cantik, kalo tidak cantik mana bisa menjadi seorang Puteri Desa 2019. Sayang sekali kalo hanya 'dilewatkan' begitu saja,” batin Pak Lurah terpesona dengan kecantikan Dhezia yang kemudian memunculkan niat jahatnya.
"Gang flamboyan? " Akhirnya pak lurah membuka suara.
"Iya pak," jawab Dhezia.
Mobil Pak Lurah tampak sudah berbelok memasuki Gang flamboyan. Barusaja memasuki Gang Flamboyan, Pak Lurah menghentikan mobilnya ditepi kiri jalan yang lampu penerangannya sedang mati. Gelap.
"Rumah saya masih masuk agak jauh pak," kata Dhezia yang heran kenapa Pak Lurah tiba tiba menghentikan mobilnya.
"Masuk? Dhezia mau masuk tambah jauh?" Pak Lurah mulai berbicara ngelantur.
"Maksud saya, Rumah saya masih jalan ini lurus kedepan lagi, Pak."
"Iya, bapak anterin kamu, tapi beri bapak itu dulu," Pak Lurah dengan tidak sopan menunjuk dada Dhezia yang duduk di kursi depan sebelah nya.
"Pak Lurah, jangan macem macem ya," ucap Dhezia masih berusaha sok tenang dan memperingatkan Pak Lurah.
"Tidak macam macam, hanya sedikit saja, Dhezia. Bapak cuma mau lihat,"
"Tidak pak!" Jawab Dhezia dengan tegas. Ia ingat apa yang dikatakan Allen padanya barusan. Kini Dhezia menyadari jika Pak Lurah itu benar benar berbahaya. Dhezia tampak takut sekarang. Jalanan sepi. Siapa yang akan menolongnya jika terjadi apa apa nanti?
Tetapi, tidak kehabisan pikir, Dhezia yang tampak mencari ide dan cara agar Pak Lurah tidak jadi melakukan sesuatu yang aneh aneh kepadanya. Dengan cepat Dhezia menemukan cara.
“Duh terpaksa pura pura buat jadi cewek murahan! Maafkan aku ya Tuhan,” kata Dhezia dalam hati.
Kemudian ia bernegosiasi dengan Pak Lurah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments