Setelah Nicole berlalu pergi, Gabriel kemudian berlari mengikuti arah Dhezia berjalan. Gabriel penasaran dengan gadis yang menarik perhatiannya ketika menari itu. Dan benar saja, dalam beberapa menit Gabriel menemukan Dhezia yang sedang berjalan menuju apartemen sederhana yang ditempatinya. Dhezia tidak menyadari jika ada seorang laki laki yang mengikutinya. Setelah hampir 20 menit berjalan. Sampailah Dhezia di depan apartemen tempat ia tinggal. Dhezia menaiki tangga menuju lantai dua. Lalu menuju pintu apartemennya. Dhezia mengeluarkan kunci hendak membuka pintu apartemen itu. Namun, ketika hendak masuk ada seorang laki laki menyapanya dari belakang punggungnya.
"Gadis penari?" sapa Gabriel.
Dhezia menoleh kebelakang. Berapa terkejutnya Dhezia ketika mendapati yang menyapanya ternyata Gabriel.
"Gab-Gabriel, I-iya ada apa, mengapa disini?"
Dhezia menjawab dengan pertanyaan beruntun karena ia gugup.
"Aku melihatmu menangis di seberang jalan tadi, ketika aku sedang bersama kekasihku," jawab Gabriel datar.
'Bersama kekasihku' entah kenapa kalimat Gabriel terakhir membuat Dhezia sakit hati mendengarnya. Tubuhnya bergetar.
“Seperti inikah rasanya perasaan yang tak berbalas?” batin Dhezia.
"Mengapa kau menangis?" tanya Gabriel lagi.
"Ah tidak, tadi ada sesuatu yang masuk di mataku, aku hanya kelilipan," jawab Dhezia mencari alasan.
"Tidak mungkin, jelas-jelas tadi kau menangis, aku melihatmu menyeka air mata di di seberang sana," jawab Gabriel menyanggah apa yang dikatakan perempuan di depannya itu.
Sementara Dhezia hanya diam tak bergeming. Enggan menjawab pertanyaan Gabriel. Hatinya sudah terlalu sakit mengetahui fakta tentang Gabriel yang sudah memiliki perempuan dihatinya.
Apartemen Dhezia berada di lantai dua dari gedung yang terdiri atas sepuluh lantai itu. Akses jalan antara pintu pintu apartemen yang berhadapan tidak lebar sehingga ketika ada penghuni apartemen lain yang akan lewat mereka harus menepi ke dekat dinding. Gabriel yang menyadari hal itu bergerak cepat mengambil kunci dari genggaman tangan Dhezia, kemudian membuka pintu Apartemen Dhezia dengan dua kali putaran kunci, dan Gabriel berhasil masuk ke dalam apartemen Dhezia.
"Hey, mengapa kau masuk?" protes Dhezia yang sontak terkejut melihat Gabriel kini masuk ke apartemennya.
"Kita bisa menganggu penghuni apartemen lain yang akan lewat jika terus berdiri disana, jadi kau tinggal disini?" tanya Gabriel santai sambil memandangi apartemen sederhana yang ditinggali gadis itu.
“Benar benar gadis timur yang rapi,” batin Gabriel. Ia melihat rak rak buku yang tertata rapi. Kasur dengan sprei yang rapi, semua barang barang di apartemen Dhezia sangat terawat, tak ada debu yang menempel diantara barang barangnya itu. Jauh berbeda dengan Nicole yang sering berantakan kamarnya. Gabriel melihat figura yang terpajang di dinding.
“Ini foto kamu dengan keluargamu di Indonesia?” tanya Gabriel.
Dhezia hanya diam. Ia tak memiliki keinginan untuk menajwab laki laki bule itu.
Namun, sebenarnya Dhezia juga sedikit senang dapat melihat Gabriel dari dekat. Siapa yang menyangka laki laki bule itu akan mengikutinya. Tetapi, Dhezia juga harus sadar bahwa laki laki di depannya itu sudah terisi hatinya.
Ada Nicole yang sudah menempati hatinya.
"Mengapa masih diam? Jadi mengapa kau tadi menangis?"
Lagi lagi Gabriel menanyakan hal yang sama.
"Memangnya apa pedulimu?" sahut Dhezia pada akhirnya.
"Hey, aku peduli, melihatmu menangis di seberang jalan tadi aku bergegas mengikutimu, aku bahkan menyuruh Nicole pulang sendiri!” jelas Gabriel.
“Nicole. Gabriel kembali menyebut nama kekasihnya itu. Tidakkah kau tau
Gabriel? Bahwa aku menyukaimu?” batin Dhezia.
"Iya mengapa kau peduli denganku? Sementara kau adalah kekasih
Nicole?"
Ucapan Dhezia membuat Gabriel gugup seketika. Benar juga, mengapa Gabriel harus peduli dengan gadis penari itu? Tidak, Gabriel tidak peduli, dia hanya penasaran dengan gadis penari timur yang bernama Dhezia dan mengapa Dhezia menangis saat melihatnya bersama Nicole di seberang jalan tadi.
"Cih! Mengapa bergantian kau yang diam?" ledek Dhezia pada Gabriel.
"Kau tidak suka aku peduli kepadamu? Aneh sekali, padahal semua gadis biasanya suka jika melihatku peduli dengan mereka," ucap Gabriel dengan percaya diri.
"Tidak, Aku tidak sama seperti mereka!" tolak Dhezia tidak mau disana samakan dengan perempuan lain.
"Hey, gadis penari, apa kau sadar aku ini siapa? Aku Gabriel Holdon! Tim Renang inti Amerika. Pemenang medali emas di Olimpiade Tokyo! Wahai gadis penari," jelas Gabriel panjang lebar memamerkan segudang prestasinya.
"Hihi..." sahut Dhezia. Ia yang mendengar ocehan laki laki di depannya itu pun tertawa geli dan rasa sakit hatinya kian menurun.
Dhezia memang perempuan yang sangat mengagumi laki laki berprestasi, terlebih lagi Dhezia datang ke Amerika dengan beasiswa. Dan juga, setau Dhezia sejauh ini Gabriel adalah laki-laki pertama yang memperhatkannya dan menyapanya lebih dahulu.
"Briel....," panggil Dhezia pada akhirnya.
Gabriel menatap Dhezia. Didengarnya suara gadis di depannya itu menyebut namanya. Sebenarnya Dhezia tidak buruk juga, Gadis berkulit sawo matang dengan rambut terurai itu lumayan manis. Berbeda dengan kekasihnya Nicole yang berkulit putih sewajarnya perempuan Amerika. Dhezia benar benar gadis idaman
para laki laki barat seperti Gabriel.
"Maf jika ini terburu- buru, tapi aku.... menyukaimu," ucap Dhezia menyatakan perasaannya.
Entah apa yang mempengaruhi Dhezia sehingga mendapatkan kekuatan untuk
menyatakan perasaannya pada Gabriel. Sementara Gabriel yang mendengar apa yang
dikatakan Dhezia barusan hanya mengangkat satu alisnya, meminta penjelasan
lebih.
"Dengar Briel…, aku Dhezia Anastasya, hari ini aku mengungkapkan perasaanku yang sudah ada sejak kamu melihatku menari pada kelas musik dan tari semester lalu," lanjut Dhezia.
“Jadi? Kau tadi menangis karena tau aku sedang Bersama Nicole? Maadkan aku,” ujar Gabriel penuh penyesalan.
"Tak apa, aku hanya merasa harus mengatakannya kepadamu, karena setelah ini aku harus pulang ke Indonesia, tidak apa apa kamu tidak membalas perasaanku karena aku tau memang hatimu untuk Nicole, bukan untukku,” lanjut Dhezia.
Gabriel yang mendengar perkataan tulus gadis di depannya itu kian merasa bersalah.
"Maaf, seharusnya aku tau ini lebih awal, agar aku tak menyakitimu, dan bisa berhati hati ketika sedang Bersama Nicole, Anastasya. Maaf juga, aku belum bisa membalas perasaanmu, Anastasya. Tetapi kita masih bisa berteman," jawab Gabriel merasa bersalah. Kemudian memeluk gadis di depannya itu.
Dhezia merasakan pelukan hangat Gabriel, ia merasa begitu menyedihkan. Harus di pulangkan ke Indonesia dan cintanya di tolak oleh Gabriel. Dhezia hanya tak habis pikir, bagaimana bisa ia menyukai pacar orang.Dan Dhezia tau jika Gabriel akan menolaknya jika ia mengungkapkan perasannya. Tetapi tidak apa apa, setelah ini mungkin ia tidak akan bertemu dengan Gabriel lagi. Jadi, Dhezia mungkin akan merasa lega.
"Barangkali memang benar, beberapa orang di dunia ini dipertemukan hanya untuk jatuh cinta, tapi bukan untuk bersama," batin Dhezia dengan rasa sedihnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Sery
perhatianmu membuat Dhezia sedih
2023-04-18
0