Setelah Gabriel mengatakan bahwa ia tidak bisa membalas perasaan Dhezia dan hanya bisa menjalin pertemanan, Gabriel menawarkan diri untuk mengantar Dhezia ke Bandara.
"Kamu bilang akan pulang ke Indonesia sekarang? Perlukah aku mengantarkanmu ke Bandara?” tanya Gabriel.
Sebenarnya Gabriel sedikit tidak rela jika gadis di depannya yang baru ia sapa pertama kali itu kini akan meninggalkannya. Tapi Gabriel juga sadar akan perasaannya yang juga masih menyayangi Nicole, sehingga Gabriel memutuskan untuk berteman saja dengan Dhezia.
"Tidak perlu, aku akan ke bandara sendiri, Briel.. ," tolak Dhezia dengan suara lirih.
Gabriel yang mendengar penolakan dari Dhezia pun menyadari bahwa ia harus segera pergi dari apartemen Dhezia, sebelum Dhezia tambah hancur perasaannya karena Gabriel tidak bisa membalas perasaan Dhezia.
"Maafkan aku Anastasya, aku akan pulang sekarang," kata Gabriel merasa bersalah.
"Tidak apa apa, Briel.., aku paham dengan betul, perasaan tidak bisa dipaksakan, terimaksih sudah memperdulikanku, berjalan di belakangku saat melihatku menangis, dan memelukku. Jaga dirimu disini Briel..," ucap Dhezia tersenyum ke arah Gabriel.
Gabriel merasa bahwa perempuan di depannya ini memang tulus akan perasaannya. Tanpa disangka Gabriel yang melihat Dhezia tersenyum seketika mendekatkan bibirnya ke kening Dhezia. Muuach.
"Setelah ini aku tidak bisa melihatmu lagi, hati hati di perjalanan pulang nanti, gadis penari," ucap Gabriel. Lantas berpamitan meninggalkan Apartemen Dhezia.
***
Setelah mengemasi barang barangnya, Dhezia mengembalikan kunci apartemen sewannya dan berpamitan kepada pemilik apartemen bahwa ia akan pulang ke Indonesia.
Kemudian Dhezia pun bergegas ke Bandara, Dhezia terbang dari Bandar Udara International LAX, yang merupakan Bandar Udara untuk melayani penerbangan di Kota Los Angeles, California, Amerika Serikat.
LAX terletak di baratdaya Los Angeles di Kota Westchester. Letaknya sekitar 27 km dari pusat kota. Bandar Udara LAX memiliki Sembilan terminal penumpang berbentuk huruf “U” juga disebut sebagai “tapal kuda”. Setiap terminal dilayani oleh sebuah Bus Shuttle.
Dhezia mengantri untuk Rapit test sebelum menaiki pesawat, kemudian ia mengecek barang bawaannya dan melakukan check in juga pemeriksaan. Dhezia mencari pintu keberangkatan dan masuk ke pesawat. Pramugari Amerika mengarahkan Dhezia duduk sesuai nomor kursi. Beberapa menit sebelum lepas landas terdengar
suara nyaring Pramugari menyerukan petunjuk dan peringatan.
“Ladies and gentlemen, welcome onboard Flight 132 Corissa Airlines with service from Los Angeles to Jakarta. We are currently third in line for take-off and are expected to be in the air in approximately ten minutes time. We ask you please to please fasten your seatbelts at this time, and secure all baggage underneath your seats or in the overhead compartments. We also ask that your seat and folding trays are in the upright position for take-off. Please
turn off all electronic devices you bring, including mobile phones and laptops.
Smoking is prohibited for the duration of the flight on the entire aircraft, including the lavatories. Thank you for choosing The Airlines. Enjoy your flight,”. (“Ibu dan bapak, selamat datang di penerbangan nomor 132 Corissa
Airlines dengan pelayanan dari Los Angeles menuju Jakarta. Kita sedang berada dalam antrian ketiga untuk take off, dan diharapkan untuk mengudara dalam waktu sekitar sepuluh menit. Kami meminta anda untuk memasang sabuk pengaman anda saat ini dan simpan semua koper di bawah kursi atau di kompartemen atas. Kami juga meminta agar kursi dan meja anda berada dalam posisi tegak untuk take-off. Tolong matikan seluruh alat elektronik yang anda bawa, termasuk telepon genggam dan laptop. Merokok dilarang selama penerbangan di seluruh bagian pesawat termasuk di kamar mandi. Terimakasih sudah memilih The Airlines. Nikmati perjalanan anda,”)
Dhezia mengingat setiap detail kata yang diucapkan Pramugari. Dhezia merasa ini mungkin penerbangan terakhirnya. Tidak apa- apa, meski ada sedikit rasa kecewa dipulangkan ke Indonesia dan cintanya ditolak, Dhezia masih percaya jika bersungguh- sungguh ingin menuntut ilmu dan ikhlas akan takdir cinta, pasti nanti ada jalannya. Dhezia memejamkan mata, menikmati perjalanan terbang di udara.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih hampir 21 jam di udara akhirnya Dhezia tiba di Jakarta. Dhezia memesan grab bike menuju arah Stasiun Pasar Senen untuk membeli tiket kereta api menuju Semarang. Setelah menunggu hampir setengah hari di stasiun akhirnya kereta Dhezia datang, Dhezia naik kereta api menuju Semarang. Setelah tiba di Stasiun Tawang Semarang, Dhezia berjalan ke halte bus Trans Semarang terdekat menuju Terminal Terboyo Semarang untuk melanjutkan tujuan terakhirnya pulang ke Kota kelahirannya, Kudus.
***
Setelah menempuh perjalanan mulai dari Los Angeles menggunakan pesawat, grab bike, kereta api, dan bis, Dhezia akhirnya sampai di Kudus. Bapak dan Ibu menyambutnya dengan senyum ketika Dhezia pulang. Mereka masih sama. Tidak ada yang berubah sedikitpun, semuanya sama, perhatiannya, kehangatannya, rasa
tulusnya, dan kasih sayangnya. Mungkin begitulah orangtua, sejauh apapun kita pergi pasti merekalah tempat kita untuk pulang.
Dhezia dapat kuliah di luar negeri karena beasiswa, oleh sebab itu tidak banyak oleh-oleh yang bisa Dhezia bawa, ada perusahaan yang mau menanggung biaya hidup sederhana dan biaya kampus saja Dhezia sudah bersyukur.
Dhezia hanya membawa baju, buku- bukunya, dan 1 buah Katsina Doll dari Amerika. Brielle yang memberinya. Semacam boneka khas Amerika Serikat yang berupa figure- figure kecil yang diukir dan dihiasi dengan hiasan oleh penduduk asli Amerika Pueblo di Arizona dan New Mexico, terutama Hopi. Dhezia mungkin setengah percaya, tetapi katanya Katsina Doll dapat menjadi jimat keberuntungan bagi yang memilikinya.
Dhezia sampai rumah pukul 21.00 WIB, badannya sudah pegal sekali menempuh perjalanan dari Los Angeles sampai Kota Kudus. Sementara adiknya, Laura Dheziasia keluar dari pintu kamar dan menyapanya.
"Kakak..!!" teriak Laura.
"Iyaaa dek, kakak sudah pulang," ucap Dhezia kemudian memeluk adiknya yang baru duduk di bangku SD kelas 4 itu.
"Aku sudah merapikan tempat tidur buat kakak, jadi mana oleh olehnya?" tanya Laura meminta buah tangan dari kakaknya.
"Eum..kakak sibuk mengurus perjalanan pulang dek, jadi kakak gak bawa apa apa," ucap Dhezia menjelaskan.
Laura tampak kecewa mendengar jawaban kakaknya. Dhezia yang menyadari hal itu kemudian berkata kepada Laura
" Besok pagi pagi setelah mandi kita beli es krim sama buku buat kamu,ya," usul Dhezia pada adiknya.
"Hore... kak Dhezia baik, yaudah kakak tidur sekarang ya kak, tadi Laura udah nyiapin tempat tidur buat kakak, udah Laura ganti semua spreinya," ucap Laura.
Kedua orangtua Dhezia berhasil mendidik anaknya menjadi pribadi yang baik.
Sementara ibunya dari dapur sibuk membuatkan Dhezia teh manis hangat kesukaan Dhezia.
"Kak, jangan tidur dulu ya, ini ibuk buatin teh hangat," kata ibunya berseru dari dapur.
"Iya buk, ini Dhezia mau menata barang barang dulu, lalu mandi baru tidur," sahut Dhezia.
Setelah menata barang barangnya, kemudian Dhezia bergegas mandi, setelah selesai mandi Ibunya datang membawakan 2 cangkir teh hangat.
"Ini dua kak Ame, yang satu buat adik," kata ibu menaruh teh hangat di meja kamar Dhezia dan Laura
" Iya, terimaksih buk..," ucap Dhezia pada ibunya
"Bagaimana Amerika? Ame lebih senang disana kan?" Ibunya menghampiri Dhezia dan duduk di tepi ranjang, Ibunya bertanya lagi, padahal Ibunya sudah sering menelfon ketika Dhezia di Amerika, bertanya pertanyaan yang
sama. Mungkin ibunya terlalu khawatir pada Dhezia.
" Iya senang disana, tapi mau bagaimana lagi buk, beasiswanya dihentikan," ucap Dhezia dengan nada kecewa.
Bu Ratia tampak sedih mendengar perkataan putri sulungnya barusan. Dhezia menyadari ibunya tampak sedih kemudian berkata,
"Tidak apa apa buk, bukannya ibu seharusnya senang Dhezia pulang ke Indonesia? Dulu ibuk begitu khawatir saat Dhezia memutuskan mengambil beasiswa kuliah disana, maafkan Dhezia ya buk sudah membuat ibuk khawatir, Dhezia besok rencananya mau langsung mencari kerja, agar bisa cepat melanjutkan kuliah juga," kata Dhezia panjang lebar kepada ibunya yang tampak khawatir kepadanya.
"Kamu mau kerja setelah itu kembali kuliah disana?" Ibunya bertanya dengan nada semakin khawatir.
"Tidak bu, sepertinya terlalu mahal, tidak mungkin kalo tanpa beasiswa bisa kuliah kembali disana, mau kerja lima tahun pun sepertinya belum cukup buat biaya kuliah disana buk, bagimana kalo Dhezia mendaftar kuliah di Semarang saja buk?"
"Tidak apa apa, ibuk membolehkan jika hanya di Semarang, hanya dua jam dari sini,"
"Baiklah buk," Dhezia menganggukkan kepalanya di depan kepada ibunya.
"Yaudah, itu tehnya diminum, lalu kamu tidur ya, Zia." Ibunya selalu memanggil putri sulungnya itu dengan panggilan Zia.
"Baik buk, selamat malam," ucap Dhezia pada ibunya. Kemudian ibunya berlalu meninggalkan kamar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Sery
semoga jodohmu segera segera terlihat, Zia
2023-04-18
0